RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

URGENSI DIKELUARKANNYA PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PPPK.

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Diatur mengenai Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Dan Kode

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RPP MANAJEMEN PPPK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

M A N A J E M E N A S N

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DISIPLIN ASN DENGAN BERLAKUNYA PP NOMOR 11 TAHUN 2017

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah pengelolaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RUU RI TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

tentang - Dr.Sihabudin,SH.,MH - Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi

2 c. bahwa dalam rangka melakukan penyesuaian ketentuan pelaksanaan mengenai kepegawaian berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

BAHAN PANITIA KERJA (PANJA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA NO RUU APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN PASAL

PERATURAN NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGELOLA KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No pemberhentian dan pensiun, yang merupakan bagian yang terintegrasi dengan Sistem Informasi ASN. Manajemen PNS dalam Peraturan Pemerintah in

UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA PROVINSI BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA PROVINSI BANTEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan dalam penyelenggaraan sistem pengadaan Pegawai Negeri Sipil, sehingga ketentuan te

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Draf RUU 17 Juli 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangka

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 92 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 120 TAHUN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

FINAL HARMONISASI RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 107 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja; 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. 2. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan. 3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh

- 2 - pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. 4. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. 5. Instansi Pemerintah adalah instansi Pusat dan Instansi Daerah. 6. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga nonstruktural yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 7. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. 8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara. 9. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 10. Pejabat Yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB II STATUS DAN KEDUDUKAN PPPK Pasal 2 (1) PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan peraturan perundang-undangan di bidang aparatur sipil negara. (2) Perjanjian kerja sebagaimana dimasud pada ayat (1) dilakukan antara Pejabat Pembina Kepegawaian selaku pemberi kerja dan PPPK selaku penerima kerja yang menimbulkan hubungan hukum publik antara kedua belah pihak.

- 3 - Pasal 3 (1) PPPK berkedudukan sebagai unsur aparatur negara. (2) Dalam statusnya sebagai unsur aparatur Negara, PPPK dilarang melakukan tindakan mogok kerja dan demonstrasi kepada Pemerintah. Pasal 4 (1) PPPK melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah. (2) PPPK harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. BAB III MANAJEMEN PPPK Bagian Kesatu Umum Pasal 5 Manajemen PPPK merupakan pengelolaan PPPK dengan menerapkan sistem merit untuk menghasilkan PPPK yang profesional, melaksanakan nilai dasar dan etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pasal 6 (1) Manajemen PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi: a. penetapan kebutuhan; b. pengadaan; c. penilaian kinerja; d. penggajian dan tunjangan; e. pengembangan kompetensi; f. pemberian penghargaan; g. disiplin; h. pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan i. perlindungan. (2) Pembinaan Manajemen PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada Instansi Pusat dan Instansi Daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pelaksanaan Manajemen PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada Instansi Pusat dan Instansi Daerah dilaksanakan oleh Pejabat Yang Bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- 4 - Pasal 7 (1) Jabatan yang dapat diisi oleh PPPK yaitu: a. jabatan yang mensyaratkan kompetensi keahlian dan keterampilan tertentu; atau b. jabatan yang kompetensinya tidak tersedia atau terbatas di kalangan PNS dan diperlukan untuk peningkatan kapasitas organisasi. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk jabatan yang harus diduduki oleh PNS. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden. Bagian Kedua Penetapan Kebutuhan Pasal 8 (1) Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK dilakukan secara terintegrasi dalam penyusunan kebutuhan Pegawai ASN di setiap Instansi Pemerintah. (2) Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. (3) Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan sesuai dengan siklus anggaran. (4) Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (5) Dalam menetapkan Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Menteri memperhatikan pendapat menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan pertimbangan teknis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara. Bagian Ketiga Pengadaan Paragraf 1 Umum Pasal 9 Setiap warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan kualifikasi, kompetensi, dan persyaratan lain yang

- 5 - ditetapkan mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi PPPK. Pasal 10 (1) Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan PPPK dalam rangka mengisi jabatan tertentu yang lowong pada Instansi Pemerintah pada setiap jenjang jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (2) Pengadaan calon PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui tahapan: a. perencanaan; b. pengumuman lowongan; c. pelamaran; d. seleksi; e. pengumuman hasil seleksi; dan f. pengangkatan menjadi PPPK. (3) Proses pengadaan calon PPPK dilakukan pada tahun anggaran berjalan setelah ada penetapan kebutuhan. Pasal 11 Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah melalui penilaian secara obyektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, kebutuhan, dan persyaratan lain yang dibutuhkan dalam jabatan. Paragraf 2 Perencanaan Pengadaan Pasal 12 Perencanaan pengadaan PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian setelah kebutuhan PPPK ditetapkan oleh Menteri. Pasal 13 Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengangkat Pegawai nonpns sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan. Paragraf 3 Pengumuman Lowongan Pasal 14 (1) Pengumuman lowongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik

- 6 - (2) Pengumuman lowongan jabatan dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari kalender sebelum tanggal penerimaan lamaran. (3) Dalam pengumuman lowongan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling sedikit memuat: a. jumlah dan jenis jabatan yang lowong; b. kualifikasi, kompetensi, dan deskripsi tugas setiap jabatan yang lowong; c. syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar; d. alamat dan tempat lamaran ditujukan; e. cara menyampaikan lamaran; dan f. batas waktu pengajuan lamaran. Paragraf 4 Pelamaran Pasal 15 (1) Setiap pelamar PPPK yang mengajukan pelamaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c harus memenuhi persyaratan administrasi. (2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. warga negara Indonesia; b. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun pada saat melamar; c. tidak pernah dipidana dengan pidana penjara atau pidana kurungan karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan, tindak pidana yang ada hubungannya dengan jabatan, dan/atau tindak pidana umum; d. tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai PNS, atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta; e. mempunyai pendidikan formal, kecakapan, keahlian, dan keterampilan sesuai dengan jabatan yang dilamar; f. tidak menjadi anggota/pengurus partai politik dan/atau terlibat politik praktis; g. sehat jasmani dan rohani; dan h. syarat lain yang diperlukan sesuai dengan jabatan. Paragraf 5 Seleksi Pasal 16 (1) Pelamar PPPK yang memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 berhak

- 7 - mengikuti seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf d. (2) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh tim seleksi yang dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. (3) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Instansi Pemerintah berdasarkan prinsip merit. Pasal 17 Calon PPPK untuk mengisi jabatan pelaksana, fungsional keterampilan pemula, fungsional ahli pertama, dan fungsional ahli muda harus mengikuti seleksi yang terdiri atas: a. tes kompetensi dasar yang terdiri atas tes wawasan kebangsaan, tes karakter pribadi, dan tes intelegensia; b. tes kompetensi bidang; dan c. wawancara. Pasal 18 (1) Seleksi calon PPPK untuk mengisi Jabatan fungsional jenjang ahli Madya dan ahli Utama, dilakukan melalui: a. penilaian atas sertifikasi kompetensi yang dimiliki; atau b. penilaian keahlian calon; yang dilakukan oleh tim penilai Instansi Pemerintah. (2) Instansi Pemerintah pembina jabatan fungsional menetapkan kriteria, syarat, prosedur, dan pengawasan penilaian keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Ketentuan mengenai tata cara penetapan kriteria, syarat, prosedur, dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 19 Seleksi calon PPPK untuk mengisi Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Madya dari kalangan bukan PNS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 (1) Materi tes kompetensi dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a disusun mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Pengolahan hasil tes kompetensi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Instansi Pemerintah dengan mengacu pada Peraturan Menteri yang mengatur mengenai pengadaan PPPK.

- 8 - (3) Materi tes kompetensi bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan materi yang disusun oleh instansi pembina jabatan fungsional. (4) Dalam hal instansi pembina jabatan fungsional belum dapat menyusun materi tes kompetensi bidang, penyusunannya dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. (5) Materi tes kompetensi bidang untuk jabatan pelaksana disusun oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Paragraf 6 Pengumuman Hasil Seleksi Pasal 21 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan dan mengumumkan pelamar PPPK yang dinyatakan lulus seleksi. (2) Kelulusan seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan nilai ambang batas kelulusan yang ditetapkan oleh Menteri. Paragraf 7 Pengangkatan PPPK Pasal 22 (1) Pelamar PPPK yang dinyatakan lulus seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 wajib menyerahkan kelengkapan administrasi kepada Pejabat Yang Berwenang untuk ditetapkan pengangkatannya sebagai PPPK. (2) Pejabat Yang Berwenang menyampaikan kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk dimasukkan dalam sistem informasi ASN. (3) Calon PPPK yang datanya sudah dimasukkan dalam sistem informasi kepegawaian ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan nomor induk PPPK. (4) Calon PPPK yang sudah mendapatkan nomor induk PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diangkat sebagai PPPK pada tingkat jabatan yang dilamar. (5) Pengangkatan PPPK pada jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian.

- 9 - (6) Pejabat Pembina Kepegawaian wajib menyampaikan tembusan Keputusan pengangkatan PPPK kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara. Pasal 23 (1) PPPK yang telah diangkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 wajib menandatangani perjanjian kerja dengan Pejabat Pembina Kepegawaian. (2) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam tahun anggaran berjalan dan penetapan berlakunya tidak berlaku surut. (3) Masa perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling singkat 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja. (4) Dalam hal perjanjian kerja PPPK diperpanjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Pembina Kepegawaian wajib menyampaikan tembusan surat keputusan perpanjangan perjanjian kerja kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk pemutakhiran data dalam sistem informasi ASN. Pasal 24 (1) PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS. (2) Untuk diangkat menjadi calon PNS, PPPK harus mengikuti semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi calon PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kelima Penilaian Kinerja Pasal 25 Penilaian kinerja PPPK bertujuan menjamin objektivitas prestasi kerja yang sudah disepakati berdasarkan perjanjian kerja antara Pejabat Pembina Kepegawaian dengan PPPK yang bersangkutan. Pasal 26 (1) Penilaian kinerja PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dilakukan berdasarkan perjanjian kerja dengan memperhatikan target, capaian, hasil, manfaat yang dicapai, dan perilaku PPPK. (2) Penilaian kinerja PPPK dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- 10 - Pasal 27 (1) Penilaian kinerja PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, dilakukan secara obyektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan. (2) Penilaian kinerja PPPK dilakukan pada akhir tahun dan dievaluasi setiap 6 (enam) bulan. Pasal 28 Penilaian kinerja PPPK berada di bawah kewenangan Pejabat Yang Berwenang pada setiap Instansi Pemerintah. Pasal 29 Penilaian kinerja PPPK didelegasikan secara berjenjang kepada atasan langsung dari PPPK. Pasal 30 Hasil penilaian kinerja PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perpanjangan perjanjian kerja, pemberian tunjangan, dan pengembangan kompetensi yang obyektif. Bagian Keenam Hak dan Kewajiban Pasal 31 PPPK berhak memperoleh: a. gaji dan tunjangan; b. cuti; c. perlindungan; dan d. pengembangan kompetensi. Pasal 32 PPPK wajib: a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah; b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;

- 11 - g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagian Ketujuh Penggajian dan Tunjangan Pasal 33 (1) Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PPPK. (2) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko pekerjaan. (3) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara untuk PPPK di Instansi Pusat dan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk PPPK di Instansi Daerah. (4) Selain gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPPK dapat menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan Pasal 34 (1) Gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dibayarkan terhitung mulai tanggal yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugas yang dinyatakan dengan surat pernyataan oleh Pejabat Yang Berwenang atau pejabat yang ditunjuk. (2) Dalam hal penempatan PPPK diluar domisilinya, PPPK terhitung melaksanakan tugas sejak yang bersangkutan berangkat menuju tempat tugas yang dibuktikan dengan surat perintah perjalanan dari Pejabat Yang Berwenang menugaskan. Bagian Kedelapan Pengembangan Kompetensi Pasal 35 (1) PPPK diberikan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. (2) Kesempatan untuk mengembangkan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direncanakan setiap tahun oleh Instansi Pemerintah.

- 12 - (3) Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dievaluasi oleh Pejabat Yang Berwenang dan dipergunakan sebagai salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya. Pasal 36 (1) Pengembangan kompetensi bagi PPPK dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan penataran. (2) Pelaksanaan pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 5 (lima hari) dalam 1 (satu) tahun masa perjanjian kerja. (3) Dalam hal perjanjian kerja diperpanjang, pelaksanaan pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan paling lama 10 (sepuluh) hari tiap tahun. Bagian Kesembilan Pemberian Penghargaan Pasal 37 (1) PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan. (2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pemberian: a. tanda kehormatan; b. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau c. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan. (3) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) PPPK yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa pemutusan hubungan perjanjian kerja tidak dengan hormat dicabut haknya untuk memakai tanda kehormatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- 13 - Bagian Kesepuluh Disiplin Pasal 38 (1) Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PPPK wajib mematuhi disiplin PPPK. (2) Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PPPK serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin. (3) PPPK yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. (4) Disiplin PPPK diatur lebih lanjut oleh Pejabat Pembina Kepegawaian setiap Instansi Pemerintah. (5) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi disiplin bagi PPPK diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kesebelas Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja Pasal 39 (1) Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat karena: a. jangka waktu perjanjian kerja berakhir; b. meninggal dunia; c. atas permintaan sendiri; d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pengurangan PPPK; atau e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban sesuai perjanjian kerja yang disepakati. (2) Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena: a. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana; b. melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat; atau c. tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai dengan perjanjian kerja. (3) Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan hormat karena:

- 14 - a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan okum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum; c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau d. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun atau lebih dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan berencana. Pasal 40 (1) Pemutusan hubungan kerja PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ditetapkan Pejabat Pembina Kepegawaian. (2) Pejabat Pembina Kepegawaian wajib menyampaikan tembusan surat keputusan pemutusan hubungan kerja PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk dihapuskan datanya dalam sistem informasi ASN. Pasal 41 (1) Pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) huruf b sebagai berikut: a. tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama paling sedikit 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) tahun dihitung secara kumulatif. b. tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah berturutturut selama 3 (tiga) hari kerja. (2) Tahapan pemutusan hubungan perjanjian kerja karena pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa: a. surat Peringatan Pertama diberikan apabila tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari pertama; b. surat Peringatan Kedua diberikan apabila tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari kedua; dan c. pemutusan hubungan kerja diberikan apabila tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari ketiga.

- 15 - Bagian Kedua belas Perlindungan Pasal 42 (1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: a. jaminan hari tua; b. jaminan kesehatan; c. jaminan kecelakaan kerja; d. jaminan kematian; dan e. bantuan hukum. (2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dilaksanakan sesuai dengan sistem jaminan sosial nasional. (3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya. BAB V PENGAWASAN Pasal 43 (1) Menteri melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Manajemen PPPK. (2) KASN melakukan penelusuran data dan informasi terhadap pelaksanaan sistem merit dalam kebijakan dan Manajemen PPPK. (3) Hasil penelusuran data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Menteri. BAB VI KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 44 Ketentuan mengenai teknis pelaksanaan Manajemen PPPK dalam Peraturan Pemerintah diatur dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 45 Pegawai nonpns yang telah diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lainnya sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini harus diberhentikan paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

- 16 - BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 46 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pegawai nonpns yang bekerja di lingkungan instansi pemerintah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 47 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, sistem manajemen sumber daya manusia yang dibentuk atas perintah Undang-Undang di luar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494), dinyatakan tetap berlaku. Pasal 48 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO AMIR SYAMSUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR

RANCANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA I. UMUM Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN. Pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan Pegawai ASN. Pegawai ASN terdiri dari PNS dan PPPK. PPPK adalah warga negara indonesia yang memenuhi syarat tertentu yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja dalam jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah. Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu, PPPK harus memiliki profesi dan Manajemen PPPK yang berdasarkan pada Sistem Merit atau perbandingan antara kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dimiliki oleh calon dalam rekrutmen, pengangkatan,dan penempatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Manajemen PPPK perlu diatur secara menyeluruh dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, hak dan kewajiban, gaji dantunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan. Ruang lingkup peraturan pemerintah ini meliputi kriteria dan jabatan PPPK, penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dantunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, hak dan kewajiban, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1)

- 18 - Ayat (2) Yang dimaksud dengan hukum publik adalah hukum administrasi negara. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan keahlian dan keterampilan tertentu adalah keahlian dan keterampilan yang dibuktikan dengan sertifikasi keahlian dan keterampilan. Jabatan yang dimaksud ini antara lain jabatan fungsional tertentu dan jabatan pelaksana yang membutuhkan keahlian dan keterampilan tertentu. Huruf b Peningkatan kapasitas organisasi adalah kemampuan manajerial yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan dan pengembangan organisasi dalam rangka peningkatan kinerja pemerintahan dan pembangunan. Ayat (2) Jabatan yang harus diduduki oleh PNS antara lain jabatan fungsional Agen, jabatan fungsional Sandiman, jaksa, dan Pengelola Keuangan Negara. Ayat (3) Pasal 8 Pasal 9

- 19 - Pasal 10 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pada setiap jenjang jabatan adalah pengisian PPPK yang bersifat multi entry dari jenjang jabatan pertama, menengah, dan atas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan calon PPPK adalah seseorang yang melamar PPPK. Ayat (3) Pasal 11 Yang dimaksud dengan jabatan adalah jabatan yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenai jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK. Pasal 12 Yang dimaksud dengan kebutuhan PPPK yang ditetapkan oleh Menteri adalah jumlah dan jenis jabatan yang dibutuhkan oleh masing-masing instansi. Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20

- 20 - Pasal 21 Ayat (1) Ayat (2) Nilai ambang batas kelulusan hanya diberlakukan pada Tes Kemampuan Dasar. Pasal 22 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Penyampaian tembusan surat keputusan pengangkatan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara dimaksudkan untuk membangun data kepegawaian PPPK secara nasional. Pasal 23 Pasal 24 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Penyampaian tembusan surat keputusan perpanjangan perjanjian kerja kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara dimaksudkan untuk membangun data kepegawaian PPPK secara nasional.

- 21 - Pasal 25 Pasal 26 Penilaian kinerja PPPK dilakukan di tingkat individu, di tingkat unit, atau di tingkat organisasi. Pasal 27 Ayat (1) Ayat (2) Penilaian kinerja PPPK dilakukan untuk kinerja PPPK mulai bulan Januari sampai dengan Desember. Evaluasi setiap 6 (enam) bulan dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja. Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37

- 22 - Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Ayat (1) Ayat (2) Penyampaian tembusan surat keputusan pemutusan hubungan kerja kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara dimaksudkan untuk membangun data kepegawaian PPPK secara nasional. Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR...