BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ialah dengan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka. menghasilkan perubahan yang positif dalam diri anak.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah. mempunyai peran yang sangat penting, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpisah, melainkan dunia menjadi saraf global telekomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maka akan tercipta suatu masyarakat yang cerdas, intelek, dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR DAN KETRAMPILAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL ( PTK

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP MATEMATIKA PADA VOLUME BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, bertanggung jawab serta produktif. Pendidikan pada dasarnya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas, melainkan juga

(PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan. meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari anak-anak sampai dengan orang

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat cenderung memasuki era globalisasi. yang berkualitas. Dalam era globalisasi, pendidikan pun dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tekhnologi sangat besar. Semua dapat dilihat dalam fenomena kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

I PENDAHULUAN. datang. Pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia yang mampu menjawab segala tantangan dan hambatan di era globalisasi seperti sekarang ini. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya manusia yang dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi salah satu syarat suatu bangsa dalam pergaulannya secara global. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara. (Undang- Undang Sisdiknas 2003 pasal 1 ayat 1 ) Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia seutuhmya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana untuk pembinaan sumber daya manusia. Pendidikan bertujuan untuk menumbuh kembangkan potensi manusia agar menjadi manusia dewasa, beradap, dan 1

2 bermoral. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, dan nilainilai pada individu, kelompok, dan masyarakat. Melalui pendidikan diharapkan mampu membentuk individu- individu yang berkompetensi di bidangnya sehingga sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. (Rubino Rubiyanto, dkk, 2008 : 1) Menurut Sugiyanto ( 2009 : 12 ) proses pembelajaran di kelas sebagai bagian integral ( tidak dapat dipisahkan ) dari kehidupan masyarakat. Pendidikan di era global harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan intelektual, sosial maupun personal pada setiap peserta didik. Pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas harus mampu menumbuhkembangkan berbagai kompetensi peserta didik. Hal inilah yang akan mendukung keterampilan intelektual, sosial dan personal yang didasarkan pada logika, inspirasi, dan budi pekerti secara komprehensif antara guru dan siswa. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar biasanya diukur dengan keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai materi yang diberikan. Semakin banyak siswa yang dapat mencapai tingkat pemahaman dan penguasaan materi, maka akan semakin tinggi keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut. Menurut Nasution ( 2005 : 36 ) tujuan proses belajar mengajar secara ideal agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh murid. Guru sebagai subjek proses belajar masih banyak di hadapkan oleh beberapa permasalahan yang menyangkut tentang siswanya, seperti kegagalan

3 siswa dalam belajar untuk mencapai suatu ketuntasan belajar minimal yang di syaratkan, serta lemahnya para siswa dalam memahami hasil belajar yang diperolehnya. Banyak hal yang perlu di bahas dalam permasalahan tersebut, serta beberapa faktor yang menghambat sulitnya belajar. Seperti sikap acuh dalam pelajaran, motivasi siswa dalam belajar masih kurang, minat belajar yang kurang, serta keadaan lingkungan yang kurang kondusif dalam upaya menunjang siswa dalam upaya memahami pelajaran. Beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya siswa dalam memahami pelajaran adalah akibat dari lingkungan belajar siswa, dan dari siswa itu sendiri. Faktor yang berasal dari lingkungan belajar siswa meliputi dukungan guru, dukungan belajar, sarana belajar, dukungan keluarga, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri meliputi bakat, intelegensi, motivasi, dan sebagainya. Berdasarkan faktorfaktor tadi jangankan anak untuk memahami pelajaran untuk mengetahui kebermaknaan pelajaran saja mungkin tidak akan mencapai suatu keberhasilan dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu hal yang paling mendasar adalah bagaimana agar siswa mampu memahami topik atau pelajaran yang diterima sehingga akan timbul suatu pemahaman belajar yang tentunya akan didapatkan oleh siswa. Ruseffendi (2006 :8) mengemukakan: Siswa sebagai individu yang potensial tidak dapat berkembang banyak tanpa bantuan guru dan masyarakat sekitarnya. Malahan ada kemungkinan perkembangannya terhambat oleh guru dan kondisi masyarakat. Dengan demikian keberhasilan murid itu seolah-olah ada dalam genggaman guru terutama, dan masyarakat.

4 Berdasarkan pada pendapat tersebut, secara khusus bahwa ternyata seorang guru merupakan faktor penting dalam keberhasilan belajar siswa, maka seorang guru memiliki suatu upaya dalam meningkatkan mutu atau kualitas pembelajaran. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) yang diberikan kepada siswa untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematik dan kritis. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. ( kurikulum 2004, 2003 : 1 ) Standar kompetensi mata pelajaran matematika SD terdiri dari 3 aspek yaitu : untuk kelas 1 sampai dengan kelas 5 mencakup aspek : (a) Bilangan; (b) Geometri dan pengukuran; sedangkan untuk kelas 6 mencakup aspek : (a) Bilangan; (b) Geometri dan pengukuran; (c) Pengelolaan data. (Permen Diknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi) Pendidikan matematika merupakan bagian dari sistem pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan menalar dan memecahkan masalah. Inti dari pembelajaran matematika adalah siswa mampu menjadi pembelajar, penalar dan pemecahan masalah yang baik. Ini sesuai dengan tujuan umum dari pembelajaran matematika, yaitu : 1) belajar untuk berkomunikasi, 2) belajar untuk menalar, 3) belajar untuk

5 memecahkan masalah, 4) belajar untuk mengaitkan ide matematika, 5) pembentukan sikap positif terhadap matematika. Pada kenyataannya saat ini di sekolah-sekolah khususnya di SD, mata pelajaran matematika dirasakan kurang optimal diserap oleh siswa. Peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran, mereka lebih banyak diam, mendengarkan guru menjelaskan contoh pengerjaan soal-soal matematika, yang terkadang siswa diminta menghapal rumus-rumus dan perkalian. Padahal pelajaran matematika bukan pelajaran yang perlu dihapalkan tetapi harus diterapkan, harus banyak latihan agar siswa mampu mengerti dan memahami suatu langkah penyelesaian soal sehingga siswa menjadi terampil memecahkan masalah matematika, bahkan mungkin memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Banyak siswa sekolah dasar yang menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, bahkan ada yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Padahal matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting bagi siswa, karena mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol- simbol serta ketajaman yang dapat memeperjelas dan membantu menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari- hari. Permasalahan di atas ditemukan peneliti di SD Negeri II Trukan Pracimantoro lebih dari 50% siswa yang tidak mampu mengerjakan soal-soal matematika terutama pengerjakan soal cerita. Siswa sulit untuk memahami

6 masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan perhitungan, apalagi memeriksa lagi proses dan hasilnya. Mereka lamban dalam menyelesaikan soal-soal cerita, banyak waktu terbuang hanya untuk mengerjakan satu soal cerita saja. Hal ini menunjukan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Hal itu terjadi karena dalam pembelajaran materi soal cerita guru cenderung menggunakan metode konvensional, guru hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa secara satu arah, siswa belajar hanya dengan mendengarkan dan mencatat materi pelajaran. Jadi materi yang disampaikan tidak benar- benar dipahami oleh siswa. Seringkali siswa mencoba untuk menyelesaikan kesulitan ini sendiri tanpa mengkomunikasikan dengan siswa lain atau guru, sehingga guru tidak mengetahui materi mana yang sudah dipahami atau belum dipahami oleh siswa. Selain itu guru dan siswa lain tidak dapat membetulkan apabila terjadi kekeliruan tentang materi yang disampaikan. Oleh karena itu diperlukan suatu inovasi pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan siswa, salah satu dengan penerapan metode pembelajaran yang tepat. Guru dituntut harus dapat menerapkan metode pembelajaran apa yang paling tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Penggunaan metode ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan dan dapat mempengaruhi peserta didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan belajar mengajar merupakan pekerjaan yang menuntut kesungguhan guru.

7 Dari kesulitan siswa dalam materi soal cerita matematika, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran baru yang lebih menekankan pada kegiatan belajar siswa aktif berinteraksi dan bekerjasama dengan siswa lain selama pengajaran matematika. Sebagai salah satu alternatif adalah metode pembelajaran kooperatif. Menurut Agus Suprijono (2009 : 54) metode pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentu- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Mengingat kemampuan belajar siswa tidak sama, sehingga dengan interaksi antar siswa diharapkan dapat mempererat hubungan pribadi yang positif antar siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Djam an Satori ( 2007 : 2. 47 ) menyatakan bahwa mengenal dan sanggup menggunakan metode pembelajaran adalah kemampuan dasar guru yang paling utama dalam meraih sukses di sekolah. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Salah Salah satu metode pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah metode Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray ( TS- TS ). Menurut Spancer Kagan ( dalam Wahyuningsih, 2009 : 11 ) metode pembelajaran TS- TS adalah metode pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi ke kelompok lain. Nasution ( 2005 : 36 ) menyatakan murid sering lebih paham akan apa yang disampaikan temannya daripada guru. Metode Two Stay Two Stray

8 ini mengajar sangat cocok diterapkan dalam kegiatan belajar soal cerita matematika sebab siswa dapat saling bertukar pikiran dan bekerjasama dengan kelompokknya dan juga dengan kelompok lain untuk memahami materi sehingga semua kelompok mampu menguasai materi yang diberikan oleh guru dan bisa mengerjakan kuis. Selain itu metode Two Stay Two Stray dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Metode pembelajaran ini didasarkan pada kebersamaan melalui kerjasama satu dengan yang lain. Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan dalam metode Two Stay Two Stray. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Two Stay Two Stray Sebagai Upaya Meningkatan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 02 Trukan Pracimantoro Wonogiri Tahun 2011/ 2012. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut : 1. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal- soal bentuk cerita. 2. Metode yang digunakan guru selama ini masih konvensional. 3. Siswa hanya memperoleh informasi dari satu arah. 4. Guru jarang mengajak siswa untuk berdiskusi atau belajar secara kelompok.

9 C. Pembatasan Masalah Agar penelitian dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah pada peningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada siswa kelas V SD Negeri 02 Trukan Pracimantoro Wonogiri tahun 2011/2012 melalui penggunaan metode Two Stay Two Stray. D. Perumusan Masalah Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pada intinya permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dari berbagai permasalahan yang ada di lapangan. Dengan demikian permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah penerapan metode Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita metematika siswa kelas V SD N 02 Trukan Pracimantoro Wonogiri tahun 2011/ 2012?. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan di atas, maka peneliti bertujuan Untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika melalui metode Two Stay Two Stray pada siswa kelas V SD Negeri 02 Trukan Pracimantoro Wonogiri tahun 2011/ 2012.

10 F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya yaitu : 1. Manfaat Teoritis Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika siswa setelah strategi pembelajaran Two Stay Two Stay diterapkan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Siswa dapat berinteraksi dan bekerja sama, selain itu juga dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan soal cerita matematika. b. Untuk Guru Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru sekolah dasar, khususnya guru kelas V bahwa metode pembelajaran melalui metode Two Stay Two Stray dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang lebih menarik dan kreatif, terutama pada mata pelajaran matematika. c. Untuk Sekolah Dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan prestasi belajar matematika di kelas V SD Negeri 02 Trukan Pracimantoro Wonogiri.