BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upi Supriatna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

2015 KECENDERUNGAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhakti tri Gunarto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO LAGU DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PENGUASAAN TABEL PERIODIK PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Penelitian

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. karena itu Indonesia memiliki potensi bencana gempa bumi dan dapat menimbulkan ancaman bencana yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Huda (2012, hlm.3) merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat mereka masing-masing. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 mengemukakan bahwa pendidikan yaitu: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Pendidikan sangat berperan penting untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang lebih baik, kecerdasan, ahklak mulia serta keterampilan sehingga dapat memajukan pendidikan bangsa Indonesia. Pendidikan, khususnya sekolah, harus memiliki sistem pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang didasarkan pada upaya meningkatkan keingintahuan peserta didik. Peningkatan keingintahuan peserta didik dapat dilakukan dengan adanya proses pembelajaran. Pembelajaran menurut Corey dalam (Putra, 2013, hlm.16) pembelajaran ialah suatu proses yang menunjukan bahwa lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus. Menurut Susilana dan Riyana (2008, hlm.1) pembelajaran yaitu: Suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajaran dan guru sebagai fasilitator yang

2 terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process) Pembelajaran bukan semata-mata menyampaikan materi saja, tetapi memperhatikan kondisi peserta didik, guru, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhinya demi mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Rusman (2012,hlm.131) Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Pembelajaran geografi memiliki dasar atau landasan berfikir mengenai konsep, tujuan dan teori belajar yang menunjang pembelajaran geografi, baik secara formal ataupun informal. Pembelajaran geografi sangat penting untuk dipelajari karena mempelajari segala aspek yang berkenaan di bumi yaitu geosfer, serta peserta didik dapat mempelajari interelasi dan interaksi dalam ruang yang terjadi dipermukaan bumi baik aspek fisik maupun sosial. Arvey dan Holly dalam (Maryani, 2006, hlm.110) menyatakan bahwa: Pembelajaran geografi sangat penting untuk memahami 1) ketimpangan distribusi sumber daya alam, 2) meluruskan pandangan tentang pengetahuan yang sifatnya pragmatis, 3) advocacy pendekatan deduktif, prediktif, 4) berguna bagi memahami masalah-masalah kemanusiaan dunia. Empat alasan dan pendapat ahli di atas menegaskan pentingnya eksistensi pembelajaran geografi dipersekolahan. Sumaatmadja (1997, hlm.12) mengatakan bahwa pengajaran geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang aspek-aspek

3 keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Dengan adanya hal tersebut menyebabkan pembelajaran geografi sangat penting diajarkan di sekolahsekolah baik ditingkat sekolah dasar sampai sekolah tingkat menengah atas. Menurut Daldjoeni (1982, hlm. 5) pengajaran geografi disekolah sebenarnya mengandung dua tujuan yaitu : (1) Tujuan material yang artinya mempelajari hal-hal untuk diketahui belaka sehingga untuk jenis ini dibutuhkan latihan mengingat; (2) tujuan formal yang mengandung pengembangan daya cipta, latihan sikap pribadi dan kesediaan melayani masyarakat. Hal ini semua bertalian erat dengan didaktik dan metodik khusus geografi yang perlu diketahui oleh para guru geografi. Pembelajaran geografi memiliki tujuan yang harus selaras dengan tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran geografi memiliki tujuan pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan peserta didik, dalam lingkup kehidupan bermasyarakat, kehidupan sosial dan kehidupan alam lingkungan. Ruang lingkup pembelajaran geografi lebih menelaah tentang bumi dalam hubungannya dengan manusia. Pembelajaran geografi sama dengan ruang lingkup geografi yaitu lebih menekankan alam lingkungan sebagai sumberdaya bagi kehidupan, persebaran mahluk hidup, interaksi ruang manusia dengan lingkungannya dan kesatuan regional dipermukaan bumi. Untuk dapat menelaah tersebut perlu adanya proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan pembelajaran aktif bagi peserta didik dan hal tersebut akan mewujudkan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Namun dalam belajar maupun proses belajar mengajar peserta didik kenyataannya mendapat banyak hambatan, tidak terkecuali pembelajaran geografi yaitu faktor proses belajar mengajar seperti faktor guru yang berkenaan dengan kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (termasuk kualitas guru) dan faktor peserta didik itu sendiri.

4 Fakta lain di lapangan saat ini menunjukan bahwa sebagian besar pembelajaran terkesan hanya berpusat pada guru (teacher oriented) yang menganggap guru adalah satu-satunya sumber informasi, dan peserta didik hanya sebagai penerima informasi serta dalam proses pembelajaran peserta didik masih terkesan pasif dan kelas dikuasai oleh hanya segelintir peserta didik saja yang aktif. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Lie (2007, hlm. 6) guru sudah berusaha dan mendorong peserta didik untuk berpartisipasi di dalam kelas namun kebanyakan peserta didik terpaku menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang. Dalam hal ini perlu adanya proses pembelajaran yang tidak hanya satu arah. Selain itu, Pandangan bahwa pelajaran geografi adalah pelajaran hafalan menghasilkan kondisi kelas yang pasif dan membosankan. Hal tersebut, menjadikan pembelajaran geografi terkesan tidak menarik untuk dipelajari. Menurut Maryani (2009, hlm. 397) di persekolahan ilmu geografi seringkali dianggap tidak menarik untuk dipelajari, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: (1) pelajaran geografi sering terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai, dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya; (2) ilmu geografi seringkali dikaitkan ilmu yang hanya pembuatan peta; (3) geografi hanya menggambarkan tentang perjalananperjalanan manusia di permukaan bumi; (4) proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta actual, tidak menggunakan media kongkrit dan teknologi mutahir; (5) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini. Dari kesimpulan tersebut pembelajaran geografi yang lebih menekankan pada permasalahan yang ada di permukaan bumi dalam kondisi tersebut peserta didik sulit untuk dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di permukaan bumi khususnya di lingkungan tempat tinggal mereka. Selain itu, tuntutan guru dalam pembelajaran geografi harus dapat membuka wawasan berpikir kritis dan kreatif dari peserta didiknya sehingga mereka dapat

5 mempelajari berbagai fakta, konsep, generalisasi, dan teori, serta mampu menghubungkan dengan kehidupan nyata disekitarnya maupun cakrawala global. Berdasarkan penelitian Marsudi (2011, hlm) Rendahnya berpikir kritis siswa saat ini diakibatkan karena selama ini pembelajaran masih didominasi oleh guru melalui pendekatan ceramah dan ekspositori, guru jarang mengajak siswa untuk menganalisis secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir kritisnya. Dari temuan tersebut, tampak bahwa pembelajaran geografi yang diselenggarakan oleh guru belum memberikan keleluasaan berpikir, sehingga dapat dikatakan bahwa selama ini pembelajaran geografi kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik secara optimal. Kondisi pembelajaran seperti ini perlu diperbaiki mengingat peningkatan kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan akhir dari pendidikan pada umumnya. Proses pembelajaran dalam konteks ini merupakan salah satu alternatif yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir peserta didik dalam hal penalaran, komunikasi, dan koneksi dalam memecahkan suatu masalah yang ada lingkungan yaitu dengan pendekatan Earth Science Community (EARTHCOMM) dan Pembelajaran Berbasis Masalah. Pendekatan Earth Science Community (EARTHCOMM) pada pembelajaran geografi yang mana pembelajaran geografi lebih menekankan baik aspek fisik maupun sosial yang ada dibumi. Smith (2001, hlm.8) EarthComm (Earth Systems Science in The Community: Understanding Our Environment) lebih menekankan pada konsep-konsep, untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan, berpikir kritis, dan dapat mengapresiasikan bumi sebagai sistem. EarthComm tidak membuat banyak topik seperti dalam buku teks. Secara konseptual pendekatan EarthComm pada pembelajaran geografi diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal bumi secara lebih mendalam. Pengenalan bumi secara mendalam diharapkan dapat meningkatkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan. Dengan adanya

6 pendekatan tersebut guru berusaha membuat sebuah pembelajaran geografi menjadi lebih menarik dan lebih berkesan kepada peserta didik dan akan memunculkan kemampuan berpikir yang kritis kepada peserta didik serta akan munculnya gagasan-gagasan yang baru setelah peserta didik diberikan pendekatan pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran geografi yang lebih menekankan permasalahan dan fakta yang ada dipermukaan bumi menjadikan peserta didik harus selalu tanggap terhadap fenomena yang terjadi di lingkungannya. Selain itu, peserta didik dituntut dapat merancang berpikir tingkat tinggi dalam menanggapi situasi yang berorientasi masalah yang terjadi di lingkungan sekitar. Proses berpikir dan kegiatan pembelajaran adalah proses pembiasaan dan pembimbingan dalam berpikir yang dilakukan guru terhadap peserta didiknya meskipun proses berpikir peserta didik berbeda-beda. Hal ini pun senada dengan yang diungkapkan oleh Ningrum (2009, hlm. 70) : Setiap orang memiliki kemampuan berpikir namun kedalaman dan keluasan dalam berpikir berbeda, karena setiap orang memiliki pengalaman dan pengetahuan baik teoritis maupun empiris serta latarbelakang yang berbeda. Oleh karena berpikir kritis merupakan kegiatan ilmiah, maka siswa sudah seharusnya memiliki kompetensi tersebut. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru hendaknya memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya kebiasaan siswa berpikir kritis. Kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dapat mendayagunakan potensi : rasa ingin tahu, berargumentasi, melihat kenyataan (menggunakan data atau fakta), bersikap objektif terhadap suatu objek, dan rasa penasaran atau tanggap terhadap sesuatu peristiwa. Kemampuan peserta didik itu berbeda-beda tergantung keluasan berpikirnya, hal tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman peserta didik itu sendiri. Berpikir kritis merupakan kegiatan ilmiah yang seharusnya dimiliki oleh setiap peserta didik. Kenyataan sekarang peserta didik belum dapat peduli terhadap lingkungannya, padahal dalam hal ini peserta didik dituntut dapat

7 peduli terhadap lingkungan sekitarnya, Pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan dapat meningkatan kemampuan berpikir peserta didik terhadap suatu masalah yang terjadi di permukaan bumi khususnya lingkungan tempat tinggal mereka. Untuk itu penulis akan mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PENDEKATAN EARTH SCIENCE COMMUNITY (EARTHCOMM) DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 15 Bandung). B. Identifikasi Masalah Permasalahan lingkungan hidup tidak terlepas dari faktor alam dan manusia di dalamnya. Manusia sebagai mahluk yang ada di bumi memiliki kecenderungan untuk mendominasi bumi. Kerusakan alam yang terjadi pada dasarnya lebih menitikberatkan pada kemampuan manusia dalam mengelola lingkungan. Sebagai individu yang menempati bumi harusnya masyarakat harus dapat mengelola lingkungan, begitu pula pada tingkat sekolah peserta didik harus dapat menjaga lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal mereka. Bagi para peserta didik, tentunya kegiatan belajar mengajar memerlukan lingkungan pekarangan sekolah yang nyaman, bersih, dan cukup pepohonan, tidak terkecuali di SMA Negeri 15 Bandung, Sekolah ini berhasil menyandang sekolah berwawasan lingkungan hidup. Sekolah ini selama 4 tahun terakhir ini menyandang Adiwiyata. Dalam menjaga lingkungan pihaknya selalu membentuk kader kesehatan remaja demi tercapainya sekolah berbasis lingkungan yang lebih baik. Untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah perlu adanya peran dari semua pihak yang berada di Sekolah, baik itu guru maupun peserta didik. Selain

8 menjaga lingkungan sekolah, peserta didik harus diimbangi dengan pengetahuan peserta didik tentang permasalahan lingkungan. Dewasa ini peserta didik belum peduli terhadap lingkungannya, padahal peserta didik dituntut memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Permasalahan tersebut tampaknya harus ditumbuhkembangkan kesadaran lingkungan kepada peserta didik, salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam menumbuhkembangkan kesadaran lingkungan di tengah-tengah masyarakat adalah melalui pendidikan di Sekolah. Geografi sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mempelajari interaksi antara manusia dengan lingkungan, memiliki peran yang strategis dalam upaya menanamkan kesadaran peserta didik akan kelestarian lingkungan. Geografi diajarkan tentang berbagai topik yang berkaitan erat dengan masalah lingkungan. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara materi ajar Geografi dengan kepedulian lingkungan hidup. SMA Negeri 15 Bandung salah satu sekolah yang berada di kawasan Sarijadi - Bandung, Jawa Barat mayoritas peserta didiknya berada di kawasan tersebut, untuk itu perlu penyampaian materi pelajaran yang tepat dan proses pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dalam hubungan interaksi, interelasi, integrasi keruangannya. Pembelajaran geografi bukan sekedar pemahaman tentang konsep tetapi bagaimana peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Salah satu pembelajaran yang dipandang dapat menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap permasalahan yang ada di bumi yaitu dengan pendekatan Earth Science Community (EarthComm) dan Pembelajaran Berbasis Masalah. Melalui pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan peserta didik dapat lebih mengenal bumi secara lebih mendalam dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

9 berpikir kritis peserta didik terhadap suatu masalah yang terjadi di permukaan bumi khususnya lingkungan tempat tinggal mereka. Pembelajaran geografi yang diselenggarakan oleh guru, saat ini belum memberikan keleluasaan berpikir kritis kepada peserta didik. Kondisi pembelajaran seperti ini perlu diperbaiki mengingat peningkatan kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan yang diajarkan disekolah. Selain itu, pembelajaran geografi yang lebih menekankan permasalahan dan fakta yang ada dipermukaan bumi dapat menumbuhkan sikap tanggap kepada peserta didik terhadap fenomena lingkungan. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia. Berpikir kritis digunakan untuk mengatasi berbagai situasi dalam upaya memecahkan persoalan kehidupan. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis menjadi penting bagi peserta didik khususnya pada pembelajaran geografi. Peserta didik akan belajar tentang masalah yang berada dikehidupannya dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peserta didik tidak serta merta mampu berpikir kritis tanpa melalui proses belajar. Berpikir kritis merupakan sebuah keterampilan yang didapatkan melalui proses, bukan merupakan sifat yang diwariskan orang tua kepada anaknya. Untuk itu perlu adanya upaya pembiasaan berpikir kritis kepada peserta didik di sekolah sedini mungkin baik melalui aktivitas intra kulikuler maupun ekstrakulikuler. Pembelajaran geografi sangat penting untuk dipelajari karena mempelajari segala aspek yang berkenaan di bumi yaitu geosfer, serta peserta didik dapat mempelajari interelasi dan interaksi dalam ruang yang terjadi dipermukaan bumi, baik aspek fisik, sosial, maupun interaksi di antaranya keduanya. Untuk itu perlu adanya sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yaitu dengan pembelajaran geografi melalui pendekataan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu peserta didik dengan cara mengenal bumi secara

10 lebih mendalam, karena dengan peserta didik dapat mengenal bumi peserta didik akan muncul rasa peduli terhadap bumi itu sendiri khususnya terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan adanya pembelajarans tersebut guru berusaha membuat pembelajaran geografi menjadi lebih menarik dan lebih berkesan kepada peserta didik dan akan memunculkan kemampuan berpikir yang kritis. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, berkenaan dengan kepentingan di atas dapat dirinci kedalam beberapa kepentingan operasional di bawah ini dengan permasalahan Adakah pengaruh pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran geografi di SMA Negeri 15 Bandung? 1. Adakah perbedaan pendekataan EarthComm terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 1? 2. Adakah perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 2? 3. Adakah perbedaan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah pada kelas kontrol? 4. Adakah perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2? 5. Adakah perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan pendekatan EarthComm dengan pembelajaran konvensional pada kelas eksperimen 1 dengan kelas kontrol? 6. Adakah perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan pembelajaran konvensional pada kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol?

11 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Menganalisis perbedaan pendekataan EarthComm terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 1 2. Menganalisis perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 2 3. Menganalisis perbedaan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah tanpa perlakuan pada kelas kontrol 4. Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 5. Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan pendekatan EarthComm dengan pembelajaran konvensional pada kelas eksperimen 1 dengan kelas kontrol 6. Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan pembelajaran konvensional pada kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

12 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman guru geografi terkait dengan penggunaan pendekatan Earthcomm dan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan dari pembelajaran geografi. Selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang lebih aktif, inovatif dan menyenangkan sehingga dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta menjadikan peserta didik lebih aktif, kreatif, mandiri dalam pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Diperoleh data atau informasi tentang kemampuan berpikir kritis di kalangan peserta didik pada pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru, peserta didik dan sekolah khususnya guru mata pelajaran geografi dalam memilih pendekatan pembelajaran yang relevan sehingga dapat mempermudah guru dalam proses belajar mengajar dan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya dinas pendidikan yang peduli pada peningkatan mutu pendidikan khususnya mutu pendidikan geografi. F. Struktur Organisasi Tesis Struktur organisasi pada tesis ini merupakan sistematika atau rincian tentang urutan penulisan yang terdiri dari lima bab. Struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan di bawah ini. Bab I (Pendahuluan) terdiri dari : 1. Latar belakang masalah.

13 2. Identifikasi masalah. 3. Rumusan masalah. 4. Tujuan penelitian. 5. Manfaat penelitian. 6. Struktur organisasi tesis. Bab II (Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis Penelitian) terdiri dari : 1. Teori dan konsep yang berkenaan dengan pembelajaran geografi, pendekatan Earthcomm, dan kemampuan berpikir kritis, Pembelajaran Berbasis Masalah 2. Penelitian terdahulu. 3. Kerangka pemikiran. 4. Hipotesis penelitian. Bab III (Metode Penelitian) terdiri dari : 1. Lokasi penelitian. 2. Populasi penelitian. 3. Sampel penelitian. 4. Desain penelitian. 5. Metode penelitian. 6. Definisi operasional. 7. Instrumen penelitian. 8. Proses pengembangan instrumen (pengujian validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal). 9. Teknik pengumpulan data. 10. Analisis data. Bab IV terdiri dari : 1. Penjabaran tentang hasil penelitian di lapangan. 2. Pembahasan mengenai temuan yang dihasilkan. Bab V terdiri dari :

14 1. Kesimpulan 2. Rekomendasi