ANALISIS KEDETAILAN PETA RUPABUMI INDONESIA MULTI-SKALA

dokumen-dokumen yang mirip
RSNI-3. Standar Nasional Indonesia. Klasifikasi penutup lahan

Klasifikasi penutup lahan

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

BAB III KAJIAN TEKNIS

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

Penyusunan neraca spasial sumber daya alam - Bagian 3: Sumber daya lahan

REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PENGERTIAN UMUM PETA

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

TEMA SUB TEMA UNSUR NAMA UNSUR KODE UNSUR Bangunan Gedung Bangunan / Gedung Garis Tepi Bangunan / Bangunan Terpencar / Gedung Bangunan Gedung

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

KAJIAN ASPEK TEKNIS TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR DALAM PERSPEKTIF BIDANG KELAUTAN

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat

GEOGRAFI. Sesi PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA. a. Berdasarkan Wujudnya

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Kunci Latihan Ulangan Semsester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI


Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB II TINJAUAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR

Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

SISTEM INFORMASI GEOSPASIAL DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah

Kondisi Geografis dan Penduduk

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB IV ANALISIS Analisis Terhadap Jaring Kontrol Geodesi

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG

Home : tedyagungc.wordpress.com

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

P R O F I L KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2016

MEMBACA DAN MENGGUNAKAN PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI)

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial tentang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia :

DAFTAR PUSTAKA. Aziz, T.Lukman (1982). Semiologi (Masalah Simbol dalam Kartografi). Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB, Bandung.

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

KEBIJAKAN SATU PETA DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN IKLIM

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun: Nara Sumber : Sukendra Martha. Editor : Diah Kirana Kresnawati Agus Hermawan Atmadilaga

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

Analisa Kedetailan Peta Rupabumi Indonesia Multi-skala... (Susetyo dkk.) ANALISIS KEDETAILAN PETA RUPABUMI INDONESIA MULTI-SKALA (Analysis of Multi-Scale Indonesia Topographic Map Details) Danang Budi Susetyo, Fahrul Hidayat, Tia Rizka Nuzula Rachma, Nadya Oktaviani, & Maslahatun Nashiha Badan Informasi Geospasial Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46 Cibinong, Jawa Barat 16911 E-mail: danang.budi@big.go.id ABSTRAK Saat ini, peta Rupabumi Indonesia (RBI) merupakan hal yang sangat ditunggu oleh masyarakat sebagai pengguna Informasi Geospasial. Kualitas yang baik menjadi tuntutan utama dalam pembuatan peta RBI, termasuk peta RBI skala besar. Namun saat ini ada sebuah spesifikasi sangat penting yang belum dibuat, yaitu kedetailan untuk setiap skala. Misalnya, dalam pembuatan peta RBI skala 1:5.000 belum ada batasan mengenai tingkat kedetailan objek yang harus ditampilkan. Akibatnya, seluruh objek yang terlihat di foto dilakukan digitasi, dan semua objek yang ditemui saat survei lapangan juga diakuisisi. Hal ini memicu potensi tidak adanya perbedaan yang jelas antara setiap skala. Penelitian ini mengkaji kedetailan peta RBI multi-skala berdasarkan peraturan-peraturan yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan spesifikasi peta dasar, khususnya peta RBI. Peraturan tersebut antara lain SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi, SNI Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi, SNI Klasifikasi Penutup Lahan, dan layout kartografi peta RBI. Selain itu, digunakan pula Permen PU No.20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota sebagai salah satu acuan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kedetailan peta RBI yang ideal untuk setiap skala, sehingga tingkat kedetailan tersebut menjadi konsisten. Hasil penelitian ini menunjukkan unsur-unsur yang perlu digeneralisasi berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, sehingga memudahkan ketika akan dilakukan kategorisasi unsur yang ditampilkan untuk setiap skala. Kata kunci: kedetailan, peta RBI, skala, spesifikasi ABSTRACT Nowadays, Indonesia Topographic Map is very needed by the geospatial information user. Consequently, good quality becomes the main aspect in topographic map production, includes in large scale. But now there is a very important specification that has not been made, ie level of detail for each scale. For example, in 1: 5,000 scale there is no limit on the level of detail of the object that should be displayed. As a result, operators do the digitization for all the objects visible in the aerial photo and do an acquisition for all objects in the field survey. It makes there is no clear difference for each scale. This research discusses multiscale Indonesia Topographic Map details based on the rules in Indonesia related with base map specification, especially Topographic Map. They are Technical Specification of Topographic Map, Cartographic Specification of Topographic Map, Specification of Land Cover Classification, and cartographic map layout. Besides that, we also use Ministry of Public Works Rules Number 20 Year 2011 about Guidelines for the Compilation of Spatial Detail Plan and District/City Zoning Regulations as one of our references. The purpose of this study is to analyze the detail of the ideal topographic map for each scale, so that the detail level becomes consistent. The result shows the features which need to be generalized based on that rules, so it will facilitate when when we will categorize the features will be displayed for each scale. Keywords: level of detail, Indonesia Topographic Map, scale, spesification PENDAHULUAN Saat ini, peta Rupabumi Indonesia (RBI) merupakan hal yang sangat ditunggu oleh masyarakat sebagai pengguna Informasi Geospasial. Sesuai dengan amanat UU IG No. 4 Tahun 2011, Peta RBI menjadi peta dasar yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah darat. Kualitas yang baik menjadi tuntutan utama dalam pembuatan peta RBI, termasuk peta RBI skala besar. Namun ada sebuah spesifikasi sangat penting yang belum dibuat, yaitu kedetailan untuk setiap skala. Misalnya, dalam pembuatan peta RBI skala 551

Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan 1:5.000 belum ada batasan mengenai tingkat kedetailan objek yang harus ditampilkan. Akibatnya, seluruh objek yang terlihat di foto dilakukan digitasi, dan semua objek yang ditemui saat survei lapangan juga diakuisisi. Hal ini memicu potensi tidak adanya perbedaan objek yang muncul di peta pada setiap skala. Meski sudah ada standar mengenai spesifikasi peta RBI dalam bentuk Standar Nasional Indonesia (SNI), dokumen tersebut juga perlu banyak penyesuaian karena dibuat pada tahun 2000, sedangkan basisdata RBI sudah mengalami banyak perubahan sejak tahun tersebut. Selain itu, kode unsur RBI juga belum mengklasifikasikan objek-objek yang harus muncul atau tidak dimunculkan pada skala tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan spesifikasi tersebut berdasarkan peraturan-peraturan yang ada di Indonesia, yaitu SNI Spesifikasi Teknis Peta RBI, SNI Klasifikasi Penutup Lahan, dan SNI Spesifikasi Penyajian Peta RBI. Selain itu, digunakan pula layout kartografi peta RBI sebagai acuan dalam mempertimbangkan unsur-unsur yang perlu ditampilkan untuk setiap skala. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan kategorisasi unsur RBI pada masing-masing skala sehingga ada batasan yang jelas pada basisdata RBI multi-skala. METODE Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan beberapa spesifikasi terkait pemetaan RBI yang sudah pernah dibuat. Perbandingan dilakukan dengan mengkomparasikan masing-masing spesifikasi yang ada dalam dokumen-dokumen tersebut. Selanjutnya spesifikasi tersebut dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan pola generalisasi antar skala. Beberapa dokumen yang dibandingkan dalam penelitian ini antara lain: 1. SNI 19-6502.1-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Skala 1 : 10.000 2. SNI 19-6502.2-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Skala 1 : 25.000 3. SNI 19-6502.3-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Skala 1 : 50.000 4. SNI 19-6502.4-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Skala 1 : 250.000 5. SNI 6502.2:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi Bagian 2: Skala 1:25.000 6. SNI 6502.3:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi Bagian 3: Skala 1:50.000 7. SNI 6502.4:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi Bagian 3: Skala 1:250.000 8. SNI 7645:2010 tentang Klasifikasi Penutup Lahan 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota 10. Layout kartografi peta RBI untuk seluruh skala, kecuali skala 1:2.500 dan 1:10.000 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Dokumen ini digunakan untuk membandingkan spesifikasi unsur dan nama rupabumi (toponim) yang ditampilkan pada peta RBI skala 1:10.000, 1:25.000, 1:50.000, dan 1:250.000. Dokumen-dokumen tersebut dibuat pada tahun 2000. Jika membandingkan SNI pada keempat skala tersebut, ada beberapa unsur yang tidak konsisten, dimana sebuah unsur ditampilkan pada skala yang lebih kecil, namun tidak ditampilkan pada skala yang lebih besar. Misalnya, unsur Jalan yang Sedang Dibangun muncul di skala 1:50.000 dan 1:250.000, tapi tidak muncul di skala 1:10.000 dan 1:25.000. Jika terdapat kasus seperti itu, maka unsur yang muncul di skala yang lebih kecil dianggap harus ditampilkan juga pada skala yang lebih besar. Selain itu, ada unsur yang digeneralisasi, seperti unsur Pusat Listrik di skala 1:50.000 yang didetailkan menjadi PLTA, PLTU, PLTD, dan PLTN di skala 1:10.000 dan 1:25.000. Berdasarkan SNI tersebut, unsur-unsur yang diseleksi di skala 1:25.000, 1:50.000, dan 1:250.000 disajikan pada Tabel 1. Sebagai contoh, salah satu unsur yang diseleksi pada skala 1:25.000 adalah PLN. Artinya, unsur PLN ditampilkan pada skala besar (1:1.000, 1:2.500, 1:5.000, dan 1:10.000), namun tidak perlu disajikan pada skala 1:25.000 dan yang lebih kecil. 552

Analisa Kedetailan Peta Rupabumi Indonesia Multi-skala... (Susetyo dkk.) Tabel 1. Unsur yang diseleksi berdasarkan SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Unsur yang diseleksi 1:25.000 1:50.000 1:250.000 PLN Kantor Desa/Kelurahan Kantor Kecamatan PDAM Kantor Pelayanan Pos Puskesmas Kantor Polisi Pusat Listrik Pusat Perbelanjaan Kantor Pelayanan Telepon Sumur Bahan Bakar Jalan tidak Diperkeras Rumah Sakit Tangki Air Jalan Lain tidak Diperkeras Sekolah Tangki Bahan Bakar Jalan Setapak tidak Diperkeras Tempat yang Menarik Kawat Telekom, Telegram Pasir Laut Darat Pasar Tradisional Jalan Layang Pipa Gas Jalan Lokal Pipa Air Jalan Lori Jembatan Layang Jembatan Sipon Titian Gorong-gorong Talang Stasiun Pasang Surut Perhentian Kereta Api Kontur Daerah Berbatu Tonggak Kilometer Gundukan Dermaga Tanggul Tanah Cekungan Tanggul Diperkeras Bukit Pasir Pasut Timbunan Titik Tinggi Geodesi Bukit Pasir Titik GPS Titik Triangulasi Kuarter Titik Gaya Berat Titik Sipat Datar Tanah Kosong Titik Kadaster (Primer, Sekunder, Tersier, Kuarter) Hutan Rawa Sawah Tadah Hujan Sungai Perkiraan Belukar Pasir Laut Darat Sumber Air Batas Kelurahan/Desa Sungai Musiman Jeram Penahan Ombak/Gelombang Selain diseleksi, ada beberapa unsur yang digeneralisasi, di antaranya seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Unsur yang digeneralisasi berdasarkan SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Unsur yang digeneralisasi 1:10.000 1:25.000 1:50.000 1:250.000 PLTA PLTA x PLTU PLTU x Pusat Listrik PLTD PLTD x PLTN PLTN x Pelabuhan Samudera Pelabuhan Samudera (Internasional) (Internasional) Pelabuhan Antar Pulau Pelabuhan Antar Pulau Tempat Berlabuh Tempat Berlabuh Pelabuhan Nelayan Pelabuhan Nelayan 2. SNI Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi SNI Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi fokus pada aspek kartografi. SNI tersebut memuat spesifikasi pada tiga skala, yaitu 1:25.000, 1:50.000, dan 1:100.000. Umur SNI Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi lebih muda dibandingkan SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi, dimana SNI Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi baru dibuat pada tahun 2010. Pada SNI Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi, PLTA, PLTU, PLTD, dan PLTN di skala yang lebih besar juga digeneralisasi menjadi Pusat Listrik di skala yang lebih kecil. Bedanya, generalisasi baru dilakukan pada skala 1:250.000, sedangkan di skala 1:50.000 masih 553

Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan didetailkan menjadi empat unsur tersebut. Selain itu, jalan kereta api yang di skala 1:25.000 dan 1:50.000 dipisahkan antara Jalan Kereta Rangkap dan Jalan Kereta Api Tunggal, di skala 1:250.000 digeneralisasi menjadi Jalan Kereta Api. Sedangkan unsur-unsur yang diseleksi terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Unsur yang diseleksi berdasarkan SNI Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi Unsur yang diseleksi 1:50.000 1:250.000 Fasilitas Pendidikan Kantor Camat Rumah Sakit Kantor Lurah/Kepala Desa Kantor Polisi Tempat Ibadah Pasar Pelayanan Pos Tempat Menarik Rumput/Tanah Kosong Menara Air Hutan Rawa Tangki Bahan Bakar Batas Kelurahan/Desa Sumber Air Panas Jalan Lokal Tonggak Kilometer Jembatan Layang Jembatan Titian Sipon/Gorong-gorong Talang Perhentian Kereta Api Bandar Udara Perintis Kontur Daerah Berbatu Cekungan Bukit/Gundukan Tanggul Tanah Tanggul Diperkeras Galian Tanah Galian Diperkeras Batas Kecamatan Mata Air Sungai Musiman Jeram 3. SNI Klasifikasi Penutup Lahan SNI Klasifikasi Penutup Lahan juga dibuat pada tahun 2010 dan mengakomodir skala 1:25.000/1:50.000 (spesifikasinya sama), 1:250.000, dan 1:1.000.000. Meski tidak berkorelasi langsung dengan spesifikasi peta RBI dan penutup lahan dalam SNI tersebut jauh lebih detail daripada penutup lahan dalam basisdata RBI, SNI tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan karena salah satu unsur pada peta RBI adalah penutup lahan. Unsur-unsur yang diseleksi dan digeneralisasi berdasarkan SNI Klasifikasi Penutup Lahan disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Unsur yang diseleksi berdasarkan SNI Klasifikasi Penutup Lahan Unsur yang Diseleksi 1:250.000 1:1.000.000 Polder Tanaman Campuran Hutan Bambu Bangunan Industri Hutan Campuran Jalan Lokal Hutan Jati Pertambangan Hutan Pinus Tempat Penimbunan Sampah/Deposit Hutan Akasia Tambak Ikan Hutan Kayu Putih Gosong Pantai/Dangkalan 554

Analisa Kedetailan Peta Rupabumi Indonesia Multi-skala... (Susetyo dkk.) Unsur yang Diseleksi 1:250.000 1:1.000.000 Hutan Jati Putih Hutan Sengon Hutan Sungkai Hutan Mahoni Hutan Karet Hutan Jelutung Hutan Bakau Hutan Nipah Hutan Sagu Lahan Terbuka pada Kaldera Gosong Sungai Jalan Setapak Lori Jaringan Listrik Tegangan Tinggi Tambak Garam Saluran Irigasi Tabel 5. Unsur yang digeneralisasi berdasarkan SNI Klasifikasi Penutup Lahan Unsur yang Digeneralisasi 1:50.000/1:25.000 1:250.000 1:1.000.000 Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Sawah Sawah Lebak Sawah Sawah Pasang Surut Sawah Pasang Surut Perkebunan Cengkeh Perkebunan Cokelat Perkebunan Karet Perkebunan Kelapa Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Perkebunan Kopi Perkebunan Perkebunan Vanili Perkebunan Tebu Perkebunan Teh Perkebunan Tembakau Perkebunan Campuran Perkebunan Campuran Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Lahan Kering Hutan Lahan Basah Primer Hutan Lahan Basah Primer Hutan Lahan Basah Sekunder Hutan Lahan Basah Sekunder Hutan Lahan Basah Lahan Terbuka pada Kaldera x Lahar dan Lava Lahar dan Lava Hamparan Pesisir Pantai Hamparan Pesisir Pantai Beting Pantai Beting Pantai Lahan Terbuka Gumuk Pasir Gumuk Pasir Gosong Sungai x 4. Layout kartografi peta RBI Peta RBI yang sudah dibuat dalam format kartografi juga digunakan sebagai dokumen acuan dalam penelitian ini. Skala yang digunakan adalah seluruh skala yang ada kecuali 1:2.500 dan 1:10.000, karena kedua skala tersebut tidak memiliki format kartografi yang bisa digunakan sebagai sampel. Unsur-unsur yang diseleksi dan digeneralisasi berdasarkan layout kartografi peta RBI disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7. 555

Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan Tabel 6. Unsur yang diseleksi berdasarkan layout kartografi peta RBI Unsur yang Diseleksi 1:5.000 1:25.000 1:50.000 1:100.000 1:250.000 1:500.000 1:1.000.000 Pabrik Rumah Sakit Perhentian Tempat Ibadah Sumber Tambang Kereta Gas Alam Tidak ada seleksi dari skala 1:1.000 Underpass Puskesmas Jalan Lori Jalan Sedang Dibangun Jembatan Pasar Kawat Sumber Air Jalan Penyeberangan Telepon Setapak Galian Polisi Sawah Tadah Hujan Sekolah Sungai Musiman Sumber Air Panas Tangki Air Batas Kecamatan Batas Hutan Lindung Semak Sumur Bahan Bakar Batu Pasir Garis Depresi Bukit Pasir Universitas Tangki Bahan Pasir/Bukit Bakar Pasir Laut Kantor Pos Tonggak Km Belukar Pasir/Bukit Pasir Darat Pelayanan Jalan Layang Tambak Telepon SPBU Jembatan Hotel Lapangan Terbang Perintis Pelayanan Pos Titian Tempat yang Talang Menarik Jembatan Tegalan Layang Terminal Bis Bukit Perhentian Bis Timbunan Sipon/Goronggorong Galian Pipa Gas Titik GPS Pipa Air Titik Gaya Berat Batas Penahan Desa/Kelurahan Ombak/Gelombang Tanah Kosong Dermaga Rumput Hutan Rawa Cekungan Gundukan Tanggul Tanah Tanggul Diperkeras Titik Triangulasi Titik Dopler Titik Astronomi Sungai Perkiraan Pelabuhan Nelayan Stasiun Pasang Surut 556

Analisa Kedetailan Peta Rupabumi Indonesia Multi-skala... (Susetyo dkk.) Tabel 7. Unsur yang digeneralisasi berdasarkan layout kartografi peta RBI Unsur yang Digeneralisasi 1:1.000 1:5.000 1:25.000 1:50.000 1:100.000 1:250.000 1:500.000 1:1.000.000 Gubernur Gubernur Gubernur Walikota Walikota Walikota Bupati Bupati Bupati Camat Camat Camat Kantor Pemerintah Kantor Pemerintah Kantor Pemerintah Kantor Pemerintah Kantor Pemerintah Desa Desa Desa Lurah Lurah Lurah Masjid Masjid Masjid Masjid Gereja Gereja Gereja Gereja Kelenteng Kelenteng Kelenteng Kelenteng Pura Pura Pura Pura Vihara Vihara Vihara Vihara Islam Kristen Islam Kristen Islam Kristen Tempat Ibadah Islam Kristen Cina Cina Cina Cina Hindu Budha Hindu Budha Hindu Budha Hindu / Kuburan Budha Tempat Pemakaman Umum Tempat Pemakam an Umum Tempat Pemakam an Umum Tempat Pemakama n Umum Taman Pahlawan Taman Pahlawan Taman Pahlawan Taman Pahlawan PLTA PLTA PLTA PLTD PLTD PLTD PLTN PLTN PLTN Pusat Listrik Pusat Listrik Pusat Pembangkit Listrik Pusat Listrik Pusat Pembangkit Listrik PLTU PLTU PLTU Tebing Tebing Tebing Tebing Batu Tebing Tebing Batu Batu Tebing Tebing Tebing Tebing Tebing 557

Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan acuan dokumen-dokumen tersebut, generalisasi dari skala 1:1.000 ke skala 1:2.500 dan 1:5.000 tidak dapat ditentukan polanya karena hanya ada satu dokumen referensi skala 1:1.000, yaitu layout kartografi, dan di dokumen tersebut tidak ada perbedaan di skala 1:1.000 dan 1:5.000. Begitu pula dari skala 1:5.000 ke 1:10.000, karena hanya ada satu dokumen yang mencakup skala 1:10.000, yaitu SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi, sedangkan SNI tersebut tidak mencakup skala 1:5.000. Meski demikian, dokumen Permen PU No.20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota juga dapat digunakan untuk menyusun pola seleksi unsur di skala 1:5.000. Dalam Permen tersebut dinyatakan rencana pola ruang digambarkan dalam peta dengan skala atau tingkat ketelitian minimal 1:5.000. Penggunaan peta RBI skala 1:5.000 yang utamanya digunakan untuk Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dapat membuat dokumen tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan unsur-unsur yang muncul pada skala 1:5.000. Misalnya, rencana pola ruang RDTR terdiri atas zona lindung dan zona budi daya, dan zona budi daya meliputi zona perumahan, zona perdagangan dan jasa, zona perkantoran, zona sarana dan pelayanan umum, zona industri, zona khusus, zona lainnya, dan zona campuran. Oleh karena, peta RBI skala 1:5.000 harus bisa memuat unsur-unsur yang berkaitan dengan zona-zona tersebut. Pola seleksi unsur berdasarkan dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini bisa dimulai dari skala 1:25.000. Berdasarkan SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi, unsur-unsur yang diseleksi dari skala 1:10.000 ke 1:25.000 adalah PLN, PDAM, Puskesmas, Pusat Perbelanjaan, Jalan tidak Diperkeras (termasuk Jalan Lain dan Jalan Setapak), dan Pasir Laut Darat, sedangkan berdasarkan layout kartografi unsur-unsur yang diseleksi adalah Pabrik, Underpass, Jembatan Penyeberangan, dan Galian. Hasil ini tidak bisa langsung dijadikan acuan, namun bisa menjadi salah satu pertimbangan ketika menseleksi unsur satu per satu. Pola yang paling jelas terlihat adalah seleksi pada unsur 1:50.000 dan 1:250.000. SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi, SNI Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi, dan layout kartografi peta RBI sama-sama menyatakan unsur Fasilitas Pendidikan, Rumah Sakit, Kantor Polisi, Pasar, Pelayanan Pos, Rumput, Tanah Kosong, Hutan Rawa, dan Batas Kelurahan/Desa tidak perlu ditampilkan pada skala 1:50.000, sedangkan untuk skala 1:250.000 unsur yang perlu diseleksi adalah, Menara Air, Tangki Bahan Bakar, Tonggak Kilometer, Jembatan, Titian, Talang, Bukit/Gundukan, dan Mata Air. Hasil tersebut juga bisa menjadi salah satu acuan dalam seleksi unsur untuk setiap skala. Jika dibandingkan dengan SNI Klasifikasi Penutup Lahan, tidak ada korelasi antara unsurunsur yang diseleksi di skala 1:250.000 di SNI tersebut dengan di dokumen-dokumen lain. Hal ini karena memang unsur-unsur di SNI Klasifikasi Penutup Lahan jauh berbeda dengan unsur penutup lahan yang ada di basisdata RBI. Hal tersebut tentunya perlu diperhatikan, karena penutup lahan dalam peta dasar seharusnya sinkron dengan penutup lahan di dokumen-dokumen lain. Hasil penelitian di atas bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan secara detail setiap unsur yang ada di kode unsur RBI untuk ditampilkan atau tidak ditampilkan di skala tertentu. Karena berbagai peraturan yang digunakan dalam penelitian ini lebih kepada cartographic-based, tentu akan ada banyak detail di kode unsur RBI saat ini yang tidak terakomodir dalam peraturan-peraturan tersebut. Selain itu, basisdata RBI tentunya mengalami banyak perkembangan yang pada akhirnya banyak yang tidak relevan dengan SNI yang sudah dibuat. Oleh karena itu, penelitian lanjutan dengan memasukkan lebih banyak parameter akan membuat kategorisasi unsur menjadi lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan kaidah pemetaan yang benar. KESIMPULAN Saat ini ada sebuah spesifikasi sangat penting yang belum dibuat, yaitu kedetailan untuk setiap skala. Tulisan ini mengkaji kedetailan peta RBI multi-skala berdasarkan peraturan-peraturan yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan spesifikasi peta dasar, khususnya peta RBI. Berdasarkan acuan dokumen-dokumen tersebut, generalisasi dari skala 1:1.000 ke skala 1:2.500 dan 1:5.000 tidak dapat ditentukan polanya karena hanya ada satu dokumen referensi skala 1:1.000, yaitu layout kartografi. Meski demikian, dokumen Permen PU No.20 Tahun 2011 558

Analisa Kedetailan Peta Rupabumi Indonesia Multi-skala... (Susetyo dkk.) tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota juga dapat digunakan untuk menyusun pola seleksi unsur di skala 1:5.000. Pola seleksi unsur bisa dimulai dari skala 1:25.000. Berdasarkan SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi, unsur-unsur yang diseleksi dari skala 1:10.000 ke 1:25.000 adalah PLN, PDAM, Puskesmas, Pusat Perbelanjaan, Jalan tidak Diperkeras (termasuk Jalan Lain dan Jalan Setapak), dan Pasir Laut Darat, sedangkan berdasarkan layout kartografi unsur-unsur yang diseleksi adalah Pabrik, Underpass, Jembatan Penyeberangan, dan Galian. Hasil ini tidak bisa langsung dijadikan acuan, namun bisa menjadi salah satu pertimbangan ketika menseleksi unsur satu per satu. Pola yang paling jelas terlihat adalah seleksi pada unsur 1:50.000 dan 1:250.000. SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi, SNI Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi, dan layout kartografi peta RBI sama-sama menyatakan unsur Fasilitas Pendidikan, Rumah Sakit, Kantor Polisi, Pasar, Pelayanan Pos, Rumput, Tanah Kosong, Hutan Rawa, dan Batas Kelurahan/Desa tidak perlu ditampilkan pada skala 1:50.000, sedangkan untuk skala 1:250.000 unsur yang perlu diseleksi adalah, Menara Air, Tangki Bahan Bakar, Tonggak Kilometer, Jembatan, Titian, Talang, Bukit/Gundukan, dan Mata Air. Hasil tersebut juga bisa menjadi salah satu acuan dalam seleksi unsur untuk setiap skala. Hasil penelitian di atas bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan secara detail setiap unsur yang ada di kode unsur RBI untuk ditampilkan atau tidak ditampilkan di skala tertentu. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bidang Penelitian BIG, yang telah menjadikan penelitian ini menjadi salah satu sub-kegiatan di tahun 2017, serta Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT) BIG yang telah memberikan ide terkait penelitian ini dan memberikan kesempatan untuk menyajikannya di Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh PPRT BIG. DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. (2000a). SNI 19-6502.1-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Skala 1 : 10.000. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. (2000b). SNI 19-6502.2-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Skala 1 : 25.000. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. (2000c). SNI 19-6502.3-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Skala 1 : 50.000. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. (2000d). SNI 19-6502.4-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Skala 1 : 250.000. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. (2010a). SNI 6502.2:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi Bagian 2: Skala 1:25.000. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. (2010b). SNI 6502.3:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi Bagian 3: Skala 1:50.000. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. (2010c). SNI 6502.4:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi Bagian 3: Skala 1:250.000. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. (2010d). SNI 7645:2010 tentang Klasifikasi Penutup Lahan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2011). Undang-undang No.4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial. Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 49. Jakarta. 559

Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan Halaman ini sengaja dikosongkan 560