BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan yang dimiliki Indonesia merupakan suatu koleksi yang unik dan mempunyai potensi genetik yang tinggi pula. Kondisi hutan di Indonesia kini telah banyak mengalami perubahan sehingga sangat rentan terhadap kerusakan. Ekosistem hutan hujan tropika yang merupakan ciri khas dari hutan di Indonesia mempunyai suatu ekosistem yang rapuh, untuk dimanfaatkan sesuai dengan kemampuannya diperlukan pengetahuan mengenai sifat-sifat yang dimiliki (Marsono dan Thoyib, 1984). Hutan hujan tropis merupakan sumber plasma nutfah yang tidak bisa diabaikan keberadaannya. Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan tanahnya subur, sehingga banyak jenis tumbuhan dapat tumbuh. Suatu komunitas tumbuhan, jenis-jenis penyusunnya berinteraksi satu sama lain dan membentuk hubungan asossisiasi. Assosiasi ini merupakan kesatuan pokok dari masyarakat tumbuhan yang memiliki komposisi floristic tertentu, keseragaman fisognomi dan tumbuh dalam kondisi habitat yang seragam (Ludwig dan Reynolds, 1988). Kehadiran atau peluang suatu jenis tumbuhan untuk dapat berinteraksi dengan tumbuhan yang lain dapat dianalisia dengan memasangkannya untuk mengetahui hubungan assosiasinya. Dari analisis ini dapat diketahui assosiasi positif jika jenis-jenis penyusunnya cendrung bersama, dan assosiasi negative adalah jika jenis-jenis yang cendrung berpisah. Kelestarian mata rantai rotasi berikutnya juga sangat ditentukan oleh bentuk sebaran diameter tegakan tinggal. Mayer dan Stevenson (1943) menyatakan bahwa sebaran diameter hutan yang tak seumur, apabila digambarkan dalam grafik akan berbentuk seperti J terbalik. Bentuk ini menggambarkan bahwa jumlah pohon terbanyak adalah berdiameter kecil, jumlah pohon berkurang dengan semakin 1
besarnya diameter. Di samping itu sebaran diamter dapat pula dijadikan sebagai dasar dalam melaksanakan tindakan pengelolaan. Potensi flora yang terkandung didalamnya sangat beranekaragam, sama halnya pada Hutan Alam Suaka Margasatwa Egon Ilimedo yang merupakan hutan hujan tropis tipe vegetasi hutan musim, dengan klasifikasi hutan primer dan hutan skunder yang memiliki beranekaragam jenis tumbuhan didalamnya. Tegakan hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau. Beranekaragam vegetasi yang menyusun hutan hujan tropis. Vegetasi merupakan kumpulan dari beberapa jenis tumbuh- tumbuhan yang hidup bersama-sama pada satu tempat dimana antara individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik diantara tumbuhan itu sendiri maupun dengan hewan yang hidup di vegetasi dan di sekitar lingkungan tersebut. Vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan saja melainkan berbentuk suatu kesatuan dimana individu-individunya saling tergantung sama lain. Tipe vegetasi menggambarkan suatu yang ada baik secara ruang maupun waktu. Namun, dewasa ini Indonesia telah mengalami krisis ekologi global yaitu kerusakan alam yang disebabkan oleh kegiatan eksploitasi alam secara besar-besaran. Hal ini, dapat menyebabkan kepunahan suatu spesies. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk Mempertahankan jenis-jenis makhluk hidup agar tidak mengalami kepunahan, antara lain dilakukan dalam usaha inventarisasi. Pulau Flores adalah salah satu daerah tropika di Indonesia. Vegetasi alami di daerah ini telah terdesak oleh aktifitas manusia dan lansekap saat ini didominasi oleh padang savana (yang didominasi tumbuhan palem-paleman, akasia, cemara, dan eucalyptus), padang rumput dan hutan. Karakteristik hutan di daerah ini sangat beragam, mulai dari hutan tropika basah di pegunungan hingga hutan awet-hijau dan hutan gugur daun di daerah lebih rendah, serta hutan mangrove di daerah pesisir (Noske, 2000). Kawasan Konservasi yang dikelola oleh Balai Besar KSDA NTT terdiri dari 30 kawasan dengan total luas 221.772,29 Ha, Suaka Margasatwa sebanyak 5 unit dengan luas 17.588,41 Ha, Cagar Alam sebanyak 8 unit dengan luas 3.562,64 Ha, 2
Taman Buru sebanyak 2 unit dengan luas 3.562,64 Ha, dan Taman Wisata Alam sebanyak 14 unit dengan luas 165.702,55 Ha (Anonim, 2010). Kawasan Suaka Margasatwa Egon Ilimedo merupakan salah satu kawasan Sauaka Alam yang secara administrasi pemerintahan berada pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Waigete, Kecamatan Doreng, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka. Sesuai dengan pembagian administrasi pengelolaan kawasan konservasi, Suaka Margasatwa Egon Ilimedo berada dalam wilayah pemangkuan Resort Wilayah Konserevasi Suaka Margasatwa Egon Ilimedo, Seksi Konservasi Wilayah IV Maumere, Bidang KSDA Wilayah II Ruteng pada Balai Besar KSDA NTT. Suaka Margasatwa Egon Ilimedo ditunjuk melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 423/Kpts- II/1999, tanggal 15 Juni 1999 dengan luas 1.401,52 Ha. Sedangkan pada tahun 2012 telah dilaksanakan penataan batas oleh BPKH, sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014, tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan hutan dan konservasi perairan provinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satu pertimbangan penunjukkan Suaka Margasatwa Ilimedo pada tahun 1999 antara lain adalah bahwa kawasan ini merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan daratan sedang yang memiliki potensi fauna dan flora yang memiliki tipe vegetasi yang baik terutama sebagai tempat hidup berbagai satwa dan biota hidup di alam yang memiliki karakter yang khas yang sangat menguntungkan jika dilestarikan dan dilindungi sebagai sarana penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya serta sangat penting terlebih untuk menjaga populasi dan keberadaannya di alam dengan kata lain melestarikan margasatwa tersebut agar tidak memiliki kepunahan. Dan sebagai tempat penyimpanan air tanah yang memiliki volume debit air yang cukup banyak dan penting bagi masyarakat sekitarnya (Anonim, 2013). Kawasan konservasi ini memiliki kekayaan sumber daya alam diantaranya potensi wisata lama dan jasa lingkungan, potensi fauna, serta keragaman jenis vegetasinya. Dalam rangka mempertahankan keanekaragaman jenis flora dan fauna pada areal ini, maka perlu dilakukan penelitian tentang analisis vegetasi yang ada di kawasan tersebut. Jenis- 3
jenis tumbuhan yang ingin dilestarikan dapat lebih dikembangkan dengan mengendalikan jenis-jenis pesaingnya, atau tidak dapat berinteraksi dengannya. B. Rumusan Masalah Tumbuhan yang hidup di Suaka Margasatwa Egon Ilimedo tumbuh secara alami dan memiliki luas areal 1.694,23 Ha. Hutan ini letaknya cukup dekat dengan gunung api Egon sehingga resiko terjadi kerusakan ekosistem akibar erupsi gunung egon cukup besar. Selain itu, kawasan hutan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk memungkinkan adanya interaksi antara warga setempat dengan kawasan hutan. Interaksi yang terjadi dapat menimbulkan damapak positif maupun negative bagi kawasan hutan. Kurangnya informasi tetang data kekayaan jenis yang ada saat ini akan menghambat kegiatan konservasi tetang kekayaan jenis sebgai tindakan untuk mempertahankan kekayaan jenis yang ada di kawasan tersebut. Saat ini Suaka Margasatwa Egon Ilimedo memiliki beberapa fungsi utama yaitu sebagai hutan lindung bagi pohon-pohon asli pulau Flores mengingat wilayah-wilayah karst yang masih memiliki vegetasi asli, fungsi yang kedua adalah sebagai sumbe rmata air bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Suaka Margasatwa Egon Ilimedo. Dari uraian tersebut dapat diketahui adanya beberapa macam pohon asli yang masih terjaga keberadaannya, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai struktur dan komposisi vegetasi Suaka Margasatwa Egon Ilimedo Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satu indikator untuk mengetahui regenerasi pertmbuhan hutan secara lestari adalah terciptanya regenerasi permudaan alam yang dicirikan pertumbuhan permudaan alam dan ketahanan keanekaragaman jenisnya. Kegiatan penebangan dapat mempengaruhi regenerasi alam terutama pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon (Ewel & Conde, 1980). Kondisi permudaan pertumbuhannya sehingga perlu informasi komposisi, sebaran, kerapatan, dan keanekaragaman jenisnya dapat bermanfaat untuk pertimbangan perencanaan pengelolaan hutan di kawasan tersebut. Stabilitas keanekaragaman jenis pada 4
permudaan alam akan menentukan regenerasi keanekaragaman jenis tegakan berikutnya. Untuk mengetahui tingkat kestabilan komunitas ekosistem dan mengetahui jenis-jenis yang dominan dilakukan perhitungan indeks nilai penting, indeks dominansi, indeks keanekaragaman, dan Sebaran diameter pohon di kawasan tersebut. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui struktur dan komposisi jenis tumbuhan penyusun hutan di Suaka Margasatwa Egon Ilimedo. 2. Mengetahui bentuk asosiasi antar jenis tumbuhan penyusun hutan di Suaka Margasatwa Egon Ilimedo. 3. Mengetahui pola pengelompokan alami (natural grouping) antara jenis tumbuhan penyusun hutan di Suaka Margasatwa Egon Ilimedo. 4. Mengetahui bentuk sebaran diameter jenis tumbuhan penyusun hutan di Suaka Margasatwa Egon Ilimedo. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Menfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai komposis, asosiasi, sebaran diameter dan pola pengelompokan alami tumbuhan penyusun hutan di Suaka Margasatwa Egon Ilimedo. 2. Bagi pembaca Memberikan informasi yang bermenfaat dan dapat menambah pengetahuan tentang vegetasi yan gada di Suaka Margasatwa Egon Ilimedo. 3. Bagi pengelolah Memberikan informasi mengenai komposis kelimpahan jenis dan tingkat keanekaragaman jenis vegetasi yang dapat bermenfaat untuk kepentingan aspek-aspek pengelolaan kawasan. 4. Bagi masyarakat 5
Informasi struktur dan komposisi vegetasi di Suaka Margasatwa Egon Ilimedo dapat memberikan diskripsipsi ekologis tentang fungsi kawasan sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan manusia khususnya masyarakat sekitar kawasan. 6