BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan

Berdasarkan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia bermula. pada pengembangan kompetensi dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

BAB I PENDAHULUAN. baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sifat dan tata laku

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami dengan benar apa yang mereka baca. Salah satu kegiatan membaca adalah membaca pemahaman.

BAB I PENDAHULUAN. mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Ketika seseorang ingin

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan alat komunikasi dengan sesama manusia. Sementara bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pembelajaran berbasis

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hu-bungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, ternyata pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting yang sangat strategis karena memberikan bekal kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Sadiman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia yang didalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Pembelajaran dan pendidikan merupakan sarana yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya untuk menyampaikan pengalaman, perasaan dan pikiran dengan perantara sistem dan lambang-lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang mengandung arti yang digunakan untuk berkomunikasi. Hal inilah yang menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran pokok di setiap jenjang pendidikan di Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Dalam standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA dan sederajat terdiri dari dua komponen yaitu komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam penerapannya keempat keterampilan tersebut saling berkaitan erat satu sama lain. Tarigan (1994:1) mengungkapkan bahwa setiap keterampilan berbahasa itu erat sekali

berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Menurut Tarigan (1985:3), Menulis juga merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga keterampilan ini harus dipelajari dan dilatih serta dibantu dengan aspek keterampilan lainnya antara lain menyimak, berbicara dan membaca. Pada dasarnya, harus diakui bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit dari tiga keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara dan membaca. Nurgiyantoro (2001:296) mengemukakan, Kemampuan menulis dibanding dengan tiga kemampuan berbahasa lainnya (berbicara, menyimak dan membaca) lebih sulit dikuasai, bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun isi harus terjalin sedemikian rupa, sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Mindseat mengenai sulitnya keterampilan menulis pada akhirnya mengajak siswa kurang berminat dalam menulis. Termasuk dalam menulis eksposisi. Hal ini mengakibatkan kemampuan menulis eksposisi siswa rendah. Seperti pernyataan Edu (2008) yang mengatakan bahwa menulis dianggap pelajaran yang sangat sulit, khususnya menulis karangan eksposisi. Hal inilah yang harus dijadikan motivasi seorang pendidik untuk mengubah paradigma siswa tentang menulis, terutama dalam menulis teks

eksposisi. Sebab kemampuan menulis eksposisi merupakan kompetensi yang wajib dimiliki siswa. Sejalan dengan hal itu, saat ini pemerintah tengah menggalakkan Kurikulum 2013 sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengarahkan pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi landasan pengantar mata pelajaran lain seperti sains melalui pembelajaran berbasis teks. Dalam hal ini kompetensi menulis karangan eksposisi berubah menjadi Kemampuan Menulis Teks Eksposisi. Nuh (Kompas : 2013) mengatakan, Usaha membentuk saluran sempurna (perfect channels dalam teknologi komunikasi) dapat dilakukan dengan menempatkan bahasa sebagai penghela mata pelajaran-mata pelajaran lain. Dengan kata lain, kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks yang sesuai dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui pembelajaran tematik integratif dan perumusan kompetensi inti, sebagai pengikat semua kompetensi dasar, pemaduan ini akan dapat dengan mudah direalisasikan. Pada dasarnya, kompetensi dasar Bahasa Indonesia yang terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak jauh berbeda dengan kompetensi dasar pada Kurikulum 2013. Kompetensi menulis eksposisi adalah satu di antara beberapa kompetensi yang termasuk ke dalam Kurikulum 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan menulis eksposisi merupakan kompetensi yang penting dan wajib untuk dikuasai siswa. Kompetensi tersebut terdapat di SMA Kelas X semester ganjil dengan Kompetensi Inti (KI) 4 : Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan

kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan dan Kompetensi Dasar 4.2 : Memproduksi teks eksposisi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan/tulisan. Namun, kenyataannya di lapangan siswa masih belum mampu menulis teks eskposisi dengan baik dan benar. Padahal kemampuan menulis eksposisi adalah salah satu yang penting untuk dikuasi siswa di samping kemampuan menulis lainnya. Misalnya dalam menulis opini atau artikel di media massa. Kuncoro (2009) mengatakan, Ada empat gaya utama dalam menulis sebuah artikel opini, yaitu eksposisi, deskripsi, argumentasi dan narasi. Masingmasing mempunyai ciri tersendiri. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis eksposisi menjadi penting karena kemampuan tersebut dapat menjadi bekal bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan menulis lainnya. Karena dalam menulis eksposisi membutuhkan penguasaan penyajian isi, kosa kata, ejaan, tata bahasa, tanda baca, dll. (Pujiono, 2013 : 1), yang secara teknis banyak ditemukan di dalam tulisan-tulisan ilmiah. Manfaat kemampuan menulis eksposisi pada kenyataannya belum disadari oleh siswa. Hal ini tergambar melalui kekurangmampuan siswa dalam memahami teks eksposisi sehingga hasil belajar menulis eksposisi menjadi rendah. Nurmawati (2013:6) mengatakan, Siswa sudah menggunakan wacana eksposisi dalam kesehariannya, namun siswa tidak menyadarinya. Sehingga pemahaman wacana eksposisi kurang baik. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan membaca kritis wacana eksposisi

terkategorikan kurang dengan nilai rata-rata 61,15. Dalam penelitian tersebut siswa kurang berminat membaca teks eksposisi. Sehingga tingkat kemampuan memahami teks eksposisi siswa rendah. Sejalan dengan hal itu, Farida (2012:7) menyatakan, Kemampuan menulis eksposisi siswa masih terbilang rendah. Berdasarkan hasil penelitiannya tentang hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis wacana eksposisi siswa kelas X SMA N 5 Padang, diperoleh hasil yang kurang memuaskan dengan rerata 68, 9 untuk kemampuan membaca pemahaman dan 79,58 untuk kemampuan menulis wacana eksposisi. Banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa kemampuan menulis eksposisi siswa rendah. Di samping faktor-faktor yang telah disebutkan tersebut, model dan evaluasi pembelajaran yang digunakan guru kurang mampu mengembangkan minat dan potensi siswa terhadap menulis eksposisi adalah hal mendasar dari penyebab masalah tersebut. Terlihat bahwa saat penyajian materi, guru lebih dominan di dalam kelas sedangkan siswa hanya mendengarkan (model ekspositori) dan evaluasi pembelajaran hanya bersifat sekali tulis. Masalah ini mengakibatkan kemampuan menulis siswa tidak maksimal dan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Permasalahan di atas kemudian dilanjutkan oleh Resmini (2010:17) mengatakan, Penilaian terhadap perkembangan kemampuan menulis siswa harus dilakukan secara terus-menerus. Karena itulah, solusi untuk mengatasi permasalahan itu sangat diperlukan.

Menanggapi masalah di atas, memilih model efektif dan inovatif terhadap pembelajaran menulis eksposisi adalah langkah terbaik untuk memecahkan permasalahan tersebut. Pemilihan model pembelajaran berbasis inkuiri yang bersifat memandirikan siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah mengenai materi belajar merupakan salah satu model yang tepat bila diterapkan dalam kemampuan menulis eksposisi. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya sense of inquiry dan kemampuan berpikir kreatif siswa Alfred De Vito (dalam Depdikbud, 2013:3). Model pembelajaran saintifik adalah model yang direkomendasikan untuk Kurikulum 2013. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang tepat diterapkan pada Kurikulum 2013 untuk kemampuan menulis teks eksposisi adalah model pembelajaran berbasis inkuiri. Sebab model pembelajaran inkuiri memiliki karakteristik yang dibutuhkan dalam pembelajaran saintifik yaitu berorientasi pada pertanyaan, pemeriksaan atau penyelidikan Gulo (2002:26). Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hacket (dalam Suyanti, 2010:43), Di dalam Standar Nasional Pendidikan Sains di Amerika Serikat, inkuiri digunakan dalam dua terminologi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran (scientific inquiri) oleh guru dan sebagai materi pelajaran sains. Kemudian dilanjutkan melalui hasil penelitian Oliver dan Shaver (dalam Wena, 2010 : 76), Model inkuiri telah berhasil dengan sukses meningkatkan hasil belajar

siswa kelas 7 dan kelas 8. Namun, model ini kurang berhasil jika diterapkan pada tingkat kelas rendah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan memilih model pembelajaran berbasis inkuiri sebagai model yang dianggap efektif terhadap kemampuan menulis eksposisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dalam menulis teks eksposisi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran berbasis inkuiri tersebut maka sebagai model pembanding dari penelitian ini adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung memiliki istilah sama dengan model pembelajaran ekspositori. Dalam penerapnnya, materi disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak terlibat aktif dalam pencarian materi sehingga pembelajaran tidak bertujuan memandirikan siswa. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksposisi oleh Siswa Kelas X SMA N 5 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka diidentifikasilah masalah sebagai berikut: 1. keterampilan menulis dianggap pelajaran yang paling sulit, 2. kemampuan menulis teks eksposisi siswa masih rendah,

3. minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis teks eksposisi masih terkategorikan kurang, dan 4. model pembelajaran yang diterapkan guru kurang efektif dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini membatasi cakupan masalah pada pengaruh model pembelajaran berbasis inkuiri yang berpusat pada model inkuiri sosial dalam pembelajaran menulis teks eksposisi teknik identifikasi, defenisi dan analisis proses dengan tema masalah sosial di Indonesia oleh siswa kelas X SMA N 5 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kemampuan menulis teks eksposisi oleh siswa kelas X SMA N 5 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri? 2. Bagaimana kemampuan menulis teks eksposisi oleh siswa kelas X SMA N 5 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran langsung?

3. Apakah model pembelajaran berbasis inkuiri berpengaruh positif terhadap kemampuan menulis teks eksposisi oleh siswa kelas X SMA N 5 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. untuk menggambarkan kemampuan menulis teks eksposisi oleh siswa kelas X SMA N 5 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri, 2. untuk menggambarkan kemampuan menulis teks eksposisi oleh siswa kelas X SMA N 5 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran langsung, 3. untuk mengetahui pengaruh positif model pembelajaran berbasis inkuiri terhadap kemampuan menulis teks eksposisi oleh siswa kelas X SMA N 5 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada aspek menulis teks eksposisi.

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru dan penulis. Selanjutnya manfaat tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Bagi Siswa a. Pembelajaran menulis teks lebih bermakna. b. Mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. c. Meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi siswa. 2. Bagi Guru a. Meningkatkan kinerja guru. b. Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran berbasis sain sesuai dengan kurikulum 2013 serta pembelajaran yang kreatif dan inovatif. c. Mengatasi permasalahan pembelajaran menulis teks eksposisi yang dialami oleh guru. 3. Bagi Penulis a. Mengembangkan wawasan dan pengalaman penulis. b. Mengaplikasikan teori yang telah diperoleh. c. Pedoman bagi penulis yang akan melakukan penelitian yang relevan.