BAB I PENDAHULUAN. ( Dangler, 1930) (Undang-undang Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan) (Michael Laurie, 1986)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat berbeda dengan ibukota atau daerah-daerah yang lain, luar Jakarta bahkan dari mncanegara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara agraris karena memiliki area pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

Oleh : Slamet Heri Winarno

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN

PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan

A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Perancangan Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi di Jepara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

I. PENDAHULUAN. secara lestari sumber daya alam hayati dari ekosistemnya.

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. PERANCANGAN HUTAN PINUS BATEALIT sebagai KAWASAN. WISATA ALAM EDUKASI di JEPARA. (Pendekatan Green Architecture)

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

TINJAUAN PULO CANGKIR

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BANGKA BOTANICAL GARDEN SEBUAH KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PANTAI TANJUNG PAPUMA JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. yaitu budaya, lingkungan hidup, sosial, ilmu pengetahuan, peluang dan

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat banyak potensi pariwisata yang bisa dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN TAMAN REKREASI DI LOKAWISATA BATURADEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN DAN WISATA DI PURWODADI GROBOGAN

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

Batu City Tour. Jatim Park 1 dikelilingi hawa pegunungan yang segar, banyak permainan dan hiburan yang dapat dipilih.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Program Komputer Acuan Bahasa c 2010 Ferli Deni Iskandar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat

TAMAN REKREASI DAN COTTAGE DI PULAU KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

I. PENDAHULUAN. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengertian Judul : Forest Garden di Hutan Gunung Bromo Karanganyar sebagai Taman Wisata Alam adalah sebagai berikut. Forest : Forest merupakan kata dalam Bahasa Inggris. Dalam Bahasa Indonesia forest memiliki arti Hutan. Hutan merupakan kumpulan pohon-pohon yang cukup rapat dan menutup area yang cukup luas sehingga akan dapat membentuk iklim mikro dan kondisi ekologis yang khas dan berbeda dengan area diluarnya. ( Dangler, 1930) Hutan adalah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. (Undang-undang Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan) Garden : Garden merupakan kata dalam Bahasa Inggris. Dalam Bahasa Indonesia garden memiliki arti Taman. Berasal dari bahasa Ibrani gan (melindungi/ mempertahankan, secara tidak langsung juga berarti lahan yang berpagar), dan oden atau eden (kesenangan atau kegembiraan). Garden adalah sebuah area yang berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan dan dibuat oleh manusia dalam kegunaanya sebagai tempat penyegar. (id.wikipedia.org) Sehingga garden memiliki arti gabungan kedua kata tersebut sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk kesenangan dan kegembiraan. (Michael Laurie, 1986)

Hutan Gunung Bromo Karanganyar : Kawasan hutan di daerah Kecamatan Karanganyar dan salah satu Kabupaten yang berada di wilayah administrasi propinsi Jawa Tengah. Taman Wisata Alam : Kawasan pelestarian alam terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990) Sehingga judul diatas memiliki pengertian secara keseluruhan yaitu sebuah area lapangan atau terbuka yang banyak ditumbuhi pohon-pohon berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang dijadikan sebagai tempat pariwisata dan rekreasi alam sekaligus edukasi. 1.2. Latar Belakang 1.2.1. Latar Belakang (umum) Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam. Jumlahnya tidak kurang dari 17.509 pulauyang terdiri dari pulau besar dan kecil serta berpenghuni dan tak berpenghuni. Negara yang berada diantara 2 lautan dan 2 benua ini berada dalam wilayah iklim tropika dan dipisahkan menjadi 3 bagian yaitu kelompok paparan Sunda, paparan Sahul, dan Arafuru serta bagian tengahnya merupakan transisi dari keduanya. Dengan demikian maka negara ini memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Kondisi daratan yang luasnya ± 192 juta hektar sebagian besar berupa hutan dengan keanekaragaman ekosistem yang tinggi. Menurut Whitmore dalam Fandeli dikemukakan bahwa Indonesia memiliki 375 genera flora yang mirip dengan kekayaan flora asia, 421 genera mirip dengan Philipina dan 644 genera mirip dengan Australia. Didalam kepulauan Indonesia habitat yang banyak ini mempunyai keanekaragaman fauna yang tinggi. Hal yang patut mendapat perhatian dari fauna ini dari aspek kekayaan dan keanekaragamannya adalah adanya beberapa jenis yang hampir dan ada beberapa jenis telah langka. Sumber daya alam yang beranekaragam serta kekayaan budaya merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk pariwisata. Potensi kepariwisataan alam dalam suatu wilayah, seringkali belum diandalkan sebagai suatu aset yang mampu mendatangkan penghasilan. Masih banyak potensi area dan obyek wisata dalam

hutan yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal kawasan wisata alam terbukti dapat mendatangkan penghasilan yang cukup besar, membuka peluang usaha dan kerja serta tetap dapat berfungsi menjaga kelestarian alam. Sementara itu kawasan pariwisata yang telah dikembangkan masih belum dikelola dengan baik. Pengelolaan secara profesional perlu dilakukan agar kawasan ini tetap dapat dipertahankan daya dukung dan kualitasnya, disamping pula dapat ditingkatkan peranannya sebagai suatu unit usaha yang menguntungkan. 1.2.2. Latar Belakang (khusus) Wilayah hutan dengan kekayaan flora, ekosistem yang beragam serta panorama yang indah dan alami merupakan potensi yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan wisata alam. Begitu juga dengan kawasan Hutan Gunung Bromo, kawasan Hutan Gunung Bromo merupakan kawasan yang memiliki keadaan alam yang masih asli keberadaannya, tempat ini merupakan salah satu pilihan sebagai tempat untuk kegiatan refreshing atau untuk sekedar ingin menikmati keasrian alamnya yang masih terjaga. Kawasan wisata Hutan Gunung Bromo terletak di jalan raya Karanganyar- Mojogedhang atau ±5 km menuju kearah Timur dari Kota Karanganyar. Secara administrasi termasuk dalam wilayah pemerintah kelurahan Delingan, kabupaten Karanganyar, propinsi Jawa Tengah, menurut pengelolaan hutannya kawasan ini termasuk wilayah RPH Bromo (Resort Pemangku Hutan), BKPH Lawu Utara (Bagian Kesatuan Pemangku Hutan). Luas kawasan ini ±125 hektar dan digunakan untuk area wisata secara intensif ±25 hektar. Kawasan Hutan Gunung Bromo memiliki sejarah, yaitu sebagai petilasan Putri Serang istri dari Pangeran Diponegoro, sampai sekarang masih banyak masyarakat yang mengunjungi. Pada sebelah selatan lokasi Hutan Gunung Bromo terdapat sebuah Waduk Delingan. Untuk mencapai Hutan Gunung Bromo biasa ditempuh dengan kendaraan umum atau angkutan desa dari Kota Karanganyar ke Mojogedhang.

Kawasan Hutan Gunung Bromo mempunyai beberapa potensi alam yang sangat menguntungkan, antara lain potensi flora. Vegetasi yang terdapat pada wilayah Hutan Gunung Bromo merupakan hutan tanaman yang terdiri dari jenis-jenis pinus (pinus merkusi), sonokeling, akasia, mahoni, gamal, kesambi, lamtoro, duwet, flamboyan, cendana, kaliandra, petai cina, sengon, eukaliptus, aban, dll. Didukung dengan adanya potensi flora, pemandangan tegakan tinggi pinus yang indah, keadaan udara sekitar yang sejuk dan juga dapat melihat pemandangan beberapa penyadap getah pinus yang sedang menyadap getah sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Hutan Gunung Bromo. Selain potensi flora diatas Hutan Gunung Bromo juga memiliki beberapa tanaman obat yang bermanfaat seperti : A. Temulawak yang termasuk kedalam keluarga jahe, tanaman ini dapat tumbuh subur didataran rendah. Tinggi tanaman ±2 meter. Tanaman ini dapat dipanen setelah 8-12 bulan dengan ciri-ciri daun menguning seperti mau mati. Baunya harum dan sedikit pahit agak pedas. Temulawak dapat digunakan untuk mengobati sakit kuning, diare, maag, perut kembung dan pegal-pegal. B. Kunyit. Merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar Hutan Gunung Bromo. Kunyit dapat digunakan untuk ramuan jamu, berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama kunyit yaitu sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan, dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyi dapat bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, menurunkan kadar lemak dan kolesterol serta pembersih darah. C. Kejebiling (sambang geteh). Daun tanaman ini selain direbus untuk diminum airnya, dapat digunakan untuk lalapan setiap hari dan

dilakukan secara teratur. Daun kejebeling kerap digunakan untuk mengatasi tubuh yang gatal terkena ulat atau semut, mengatasi diare atau mencret, disentri, mengobati batu ginjal, mengatasi kencing manis, mengobati penyakit liver, ambiyen, maag. D. Bunga kenop. Sering ditanam sebagai tanaman hias atau tumbuh liar diladang yang cukup sinar matahari. Rasanya manis, sifat netral. Bunga kenop berkhasiat sebagai obat batuk, obat sesak nafas, peluruh dahak, dan obat radang mata. Jenis flora yang beragam serta potensi estetika habitatnya yang beragam pula yang merupakan daya tarik sendiri bagi para pengunjung khususnya para peminat wisata alam seperti melihat pemandangan sekitar, camping, pencinta alam, piknik, atau peneliti. Potensi flora yang ada bahkan terdapat jenis pohon yang unik seperti pohon jati kurung yang terdapat didekat petilasan putri serang, yaitu pohon jati yang dikelilingi oleh pohon beringin, hal ini merupakan daya tarik sendiri bagi pengunjung untuk melihat atau untuk meneliti pohon tersebut. Di Hutan Gunung Bromo tersebut juga terdapat produksi getah pinus yaitu penyadapan getah pinus oleh pengelola perhutani. Dengan adanya penyadapan getah pinus tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pihak perhutani dan LMDH(lembaga Masyarakat Daerah Hutan). Potensi yang dimiliki Hutan Gunung Bromo sangat mendukung program pengembangan aktivitas wisata alam yang telah ada dan diminati oleh pengunjung. 1.3. Permasalahan dan Persoalan 1.3.1. Permasalahan Bagaimana mewujudkan Taman Wisata Alam berkonsep Forest Garden, sebagai suatu obyek konservasi, edukasi, dan wisata alam. Yang mewadahi masyarakat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, kenyamanan, kesegaran melalui kegiatan wisata alam sekaligus menciptakan suatu taman wisata yang ramah lingkungan demi mengurangi dampak global warming?

1.3.2. Persoalan a. Bagaimana konsep pengolahan site yang tepat dan sesuai dengan fungsi, tujuan daya dukung aktivitas lainnya disekitar lokasi guna mendukung keberadaan Taman Hutan Wisata Forest Garden? b. Bagaimana sistem pola tata lansekap yang diterapkan pada site dengan penggabungan fungsi konservasi, edukasi, dan wisata alam menjadi kawasan obyek wisata? c. Bagaimana karakter fasilitas penunjang bangunan dengan metode dan struktur yang mendukung proses berlangsungnya kegiatan konservasi, edukasi, wisata alam di dalam Taman Wisata Alam Forest Garden? 1.4. Tujuan dan Sasaran 1.4.1. Tujuan Mewujudkan Taman Wisata Alam berkonsep Forest Garden, yang menggabungkan kegiatan konservasi, edukasi, dan wisata alam untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, kenyamanan, kesegaran melalui kegiatan wisata alam sekaligus menciptakan suatu taman wisata yang ramah lingkungan demi mengurangi dampak global warming. 1.4.2. Sasaran Medapatkan konsep Taman Wisata Alam yang sesuai dengan penggabungan fungsi konservasi, edukasi, wisata serta menjadikan kawasan Taman Wisata Alam yang dapat mengurangi dampak global warming khususnya wilayah di desa Delingan, Karanganyar. 1.5. Metode Pembahasan Metode pembahasan dalam pencarian data dan penyusunan laporan DP3A ini adalah dengan metode kualitatif. Berawal dari pencarian sebuah lokasi lalu mencari suatu sejarah atau permasalahan yang dapat dijadikan suatu alasan menggunakan lokasi tersebut. Selanjutnya, mendapatkan pengetahuan substansif, literatur, dan dilanjutkan lagi ke lapangan (empiris) untuk mendapatkan data-data berikutnya. Setelah mendapatkan data-data, maka dilakukan tahap analisis, berdasarkan literatur yang telah ditetapkan.

Metode Pengumpulan data Data-data yang didapat berupa 2 macam, yaitu : a. Data primer yang meliputi peta lokasi, kondisi tapak dan kawasan, identifikasi tipologi bangunan. Didapat dari pengamatan langsung di lapangan, wawancara, rekaman gambar. b. Data sekunder yang meliputi latar belakang sejarah, diperoleh dari kepustakaan. 1.6. Metode Analisis Data Analisa data merupakan bagian yang terpenting dalam metode ilmiah, karena dengan analisa data tersebut dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nasir, 1988 : 405). Pada tahap ini telah dirumuskan suatu permasalahan terkait tema penelitian lalu dianalisis suatu permasalahan yang ada dengan literatur yang sudah dikumpulkan kemudian mencari solusi pemecahan masalah. 1.7. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Berisikan tentang pengertian judul dan latar belakang permasalahan yang diangkat sebagai dasar penyusunan dan perencanaan DP3A untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan metode-metode tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisikan tentang teori-teori yang terkait dengan permasalahan dan dasar-dasar sumber data mengenai permasalahan yang diangkat untuk penyusunan laporan DP3A. BAB III GAMBARAN LOKASI Berisikan tentang diskripsi mengenai lokasi obyek yang akan dijadikan sebagai tempat untuk perencaan dan perancangan bangunan serta data lain yang mendukung keberadaan obyek yang didapat dari hasil observasi langsung dan studi literatur.

BAB IV ANALISIS PENDEKATAN SERTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisikan tentang analisis-analisis permasalahan serta pendekatan dari sebuah konsep yang akan dijadikan dasar yang kemudian diterapkan kedalam sebuah perencanaan dan perancangan bangunan.