BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN I.I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

yang diperoleh sebaik mungkin. Seiring dengan kemajuan zaman, proses belajar mengajar masih kurang efektif karena belum terdapat kerjasama yang baik

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. kelembagaan maupun tujuan pembelajaran. Belajar diartikan sebagai proses. perubahan tingkah laku dari individu dari lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2011). Hakekat IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari ilmu yang lain, dengan kata lain matematika tumbuh dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan dirumuskan sesuai dengan Undang-Undang No. 20. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA

I. PENDAHULUAN. Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dari hasil observasi peneliti, menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan secara tepat dalam berbagai lingkungan hidup yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi secara optimal dan memainkan peranan sosial secara tepat. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Tujuan Pendidikan Nasional, sesuai dengan Tap MPRS No.XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, maka dirumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945. Selanjutnya dalam UU No. 2 tahun 1989 ditegaskan lagi bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang penting bagi siswa. Hal ini tercantum dalam fungsi dan tujuan mata

2 pelajaran fisika di tingkat SMA yang menyatakan bahwa mata pelajaran fisika merupakan sarana; (Depdiknas, 2006) "(i)menyadarkan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (ii)memupuk sikap ilmiah yang mencakup jujur dan objektif terhadap data, terbuka dalam menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu, kritis terhadap pernyataan ilmiah, dan dapat bekerja sama dengan orang lain, (iii)memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit instrumen pencobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, menyusun laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan secara tertulis dan lisan, (iv)mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif dan kuantitatif, (v)menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Dari penjabaran di atas, jelas bahwa penyelenggaraan mata pelajaran fisika merupakan sebuah sarana untuk mengembangkan dan melatih siswa agar dapat menguasai bahan,konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah dan keterampilan berfikir kritis. Hal ini menunjukkan bahwa dengan belajar fisika maka keterampilan berfikir kritis siswa dapat dikembangkan. Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu guru SMA N 1 Pollung bahwa banyak masalah yang dihadapi siswa dalam belajar fisika dan hampir sama dengan pengalaman peneliti saat PPLT. Hasil belajar fisika masih rendah, sebagian siswa yang nilainya tinggi dan sebagian lagi masih rendah dari 34 siswa dalam satu kelas berkisar 10 orang yang lulus dengan KKM 75. Siswa mengatakan bahwa pelajaran fisika itu sangat sulit karena mereka terfokus ke rumus-rumus yang diberikan guru. Mereka cenderung menghapal rumus tanpa mengerti konsep dasar dari materi pelajaran fisika tersebut. Tingkat pemahaman siswa dalam menerima pelajaran berbeda-beda ditambah lagi siswa kurang dalam berhitung dan hanya sebagian siswa yang aktif dalam proses pembelajaran sehingga guru kewalahan dalam mengajarkan materi fisika. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar fisika adalah yaitu alat-alat laboratorium kurang lengkap sehingga jarang atau tidak pernah sama sekali dalam pelaksanaan praktikum sehingga siswa susah untuk mengerti materi

3 fisika. Cara mengajar guru fisika yang kurang bervariasi. Guru sudah menerapkan model, tetapi dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran masih kurang konsisten. Ditambah lagi media pembelajaran dalam mengajar kurang sehingga minat siswa sangat rendah dan belajar fisika itu tidak menarik. Padahal sebenarnya fisika merupakan pelajaran yang menarik, karena mempelajari peristiwa-peristiwa yang ada dalam kehidupan. Pada kenyataannya, siswa menginginkan guru mengajar dengan metode yang lebih bervariasi sehingga siswa dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan dan mengasyikkan. Siswa juga mengharapkan suasana kelas yang lebih rileks dan tidak kaku. Guru perlu memiliki pengetahuan tentang pendekatan dan teknik-teknik mengajar yang baik dan tepat sehingga kegiatan belajar yang efektif dan efisien dapat berlangsung sesuai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar siswa yang dapat mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan, maka untuk meningkatan hasil belajar pada siswa itu tidak terlepas dari peran seorang pengajar. Guru yang memiliki kemampaun variasi mengajar, terlebih dahulu ditentukan oleh penguasaannya terhadap seluruh elemen-elemen pengajaran seperti meteri, metode, media, pendekatan dan teknik pengajaran. (Saudagar, 2007) Seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajarmengajar secara efektif.untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan,memilih bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi dan sebagainya. (Slameto, 2010) Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu diupayakan pemecahannya, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif, yang dapat meningkatkan minat, semangat, kemampuan untuk dapat bekerja bersama teman dalam menemukan suatu permasalahan, dan kegembiraan siswa serta dengan sendirinya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Teori belajar konstruktivis banyak digunakan dalam pendidikan sains untuk menyajikan gagassan interaksi lingkungan dengan pengetahuan sendiri dalam pikirannya

4 untuk memenuhi suatu tujuan. Menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan perubahannya. Karena itu belajar menurut kognitisme dapat juga diartikan sebagai perubahan persepsi atau pemahaman. Adapun model pembelajaran yang perlu dikembangkan yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan bekerja sama memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya dan saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman-temannya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Zamromi (2000) mengemukakan bahwa manfaat menerapkan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas yang kuat. Adapun model pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share. (Trianto, 2011) Think-Pair-Share, strategi think-pair-share timbul dari penelitian tentang cooperative learning dan wait-time. Pendekatan yang dideskripsikan disini, yang awalnya dikembangkan oleh frank Lyman (1985) dan rekan-rekannya di university of merylan adalah cara efektif untuk mengubah pola wacana dalam kelas. Pendekatan ini menantang asumsi bahwa semua oresitasi atau diskusi perlu dilakukan dalam setting seluruh kelompok dan memiliki prosedur-prosedur builtin untuk memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon, dan untuk saling membantu. Keuntungan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. (Arends, 2008) Adapun peneliti sebelumnya yaitu Melda Hasibuan dengan judul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok listrik statis di kelas IX semester 1 SMP N 29 MedanT.A 2008/2009 dan hasil penelitiannya adalah r tabel =0,308 ternyata r hitung >r tabel artinya ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap hasil belajar

5 siswa materi pokok listrik statis. Cahya Ningsih denga judul pengaruh model koperatif tipe tps dengan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok zat dan wujudnya di kelas VII sem ganjil SMP N I Meranti T.A 2012/2013. Dari hasil perhitungan uji r diperoleh rhitung=0,49. Dibandingkan dengan r tabel pada taraf nyata α=0,05 dengan jumlah sampel 43 diperoleh rtabel=0,308 ternyata rhitung>rtabel artinya ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap hasil belajar siswa materi pokok listrik statis. Dallas Sitinjak dengan judul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tps terhadap peningkatan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kalor di kelas vii smp swasta bakti mulia Onanrunggu. Hasil pengujian hipotesis postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji t satu pihak dengan taraf signifikan α=0,05 diperoleh thitung=3.6016 sedangkan ttabel=1,99 yang berarti dalam penelitian ini Ha diterima sekaligus berpengaruh terhadap hasil belajar. Kelemahan dalam penelitian sebelumnya adalah penggunaan waktu kurang efektif saat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penelitian ini adalah dengan menginformasikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran kepada siswa agar dalam proses pembelajaran kegiatan yang dilakukan siswa dapat lebih terarah dengan kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, lebih memperhatikan siswa pada saat mengerjakan LKS, supaya pengerjaannya tepat, dan melakukan persiapan yang matang dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan juga meminta orang lain untuk menjadi observer dalam penelitian. Adapun perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah pada penyampaian materi menggunakan animasi macromedia flash. Dengan penggunaan macromedia flash dapat mempermudah peserta didik untuk dapat belajar mandiri, selain itu bagi guru juga mempermudah dalam menyampaikan materi, sehingga diharapkan efektivitas dalam mengajar akan meningkat, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Macromedia flash dapat digunakan untuk menampilkan materi pembelajaran secara menarik dan interaktif.

6 Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think pair share) Berbantuan Animasi Macromedia Flash Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Listrik Dinamis Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Pollung T.A. 2013/2014. 1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang relevan dengan penelitian antara lain: 1. Hasil belajar fisika siswa yang masih rendah. 2. Siswa beranggapan fisika itu sulit karena terlalu fokus pada rumus-rumus 3. Alat-alat praktikum kurang lengkap 4. Tingkat pemahaman siswa yang berbeda-beda. 5. Cara guru mengajar kurang bervariasi 6. Kurangnya peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar 7. Minimnya media pembelajaran 1.3 Batasan Masalah Karena luasnya permasalahan dan keterbatasan kemampuan, waktu dan biaya maka peneliti perlu membuat batasan masalah dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester II SMA N 1 Pollung Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS. 3. Hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X Semester II SMA N 1 Pollung Tahun Ajaran 2013/2014. 4. Media pembelajaran yang digunakan adalah macromedia flash

7 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pollung T.A. 2013/2014? 2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan animasi Macromedia flash pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pollung T.A. 2013/2014? 3. Bagaimana aktifitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pollung T.A. 2013/2014? 4. Bagaimana aktifitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan animasi Macromedia flash pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester SMA Negeri 1 Pollung T.A. 2013/2014? 5. Apakah ada pengaruh yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan animasi Macromedia flash terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pollung T.A. 2013/2014? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pollung Tahun Ajaran 2013/2014 2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan animasi Macromedia flash pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pollung Tahun Ajaran 2013/2014

8 3. Aktifitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pollung Tahun Ajaran 2013/2014 4. Aktifitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan animasi Macromedia flash pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pollung Tahun Ajaran 2013/2014 5. Apakah ada pengaruh yang signifikan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS Berbantuan Animasi Macromedia flash terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pollung Tahun Ajaran 2013/2014. 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah ; 1. Sebagai bahan informasi hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan animasi macromedia flash pada materi listrik dinamis kelas x semester II SMA Negeri 1 Pollung T.A 2013/2014 2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran 1.7. Defenisi Operasional Model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan. Berdasarkan arti harfiah, animasi adalah menghidupkan. Yaitu usaha untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri. Animasi pada

9 macromedia flash sama halnya dengan film secara fisik, yang tersusun dari banyak frame dengan gambar-gambar penyusunnya. Frame yang mendefinisikan adanya perubahan pada objek disebut dengan keyframe. Dalam dunia animasi Web, teknologi Flash kini seolah meraja, bagaimana tidak keunggulankeunggulan yang ditonjolkan membuat hampir semua hal yang terlihat rumit menjadi sedemikian simple dan gampang. Menurut Sudjana (2009) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil belajar yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.