BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam setiap jenjang pendidikan, Bahasa Indonesia juga sebagai mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kebutuhan siswanya. Sebagaimana Mulyasa mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia,

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tumpuan dasar yang amat penting dalam. mencerdaskan kehidupan bangsa. Penetapan peraturan Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

I. PENDAHULUAN. selalu dilakukan dari waktu ke waktu. Hal ini dimasudkan agar dapat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dalam Lapono (2009: 122)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk itu perlu adanya usaha-usaha yang. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, dengan teknologi dan komunikasi yang canggih tanpa mengenal

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu negara ialah

kualitas negara dimata internasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan itu, hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah masalah prestasi belajar. Masalah umum yang sering dihadapi oleh peserta didik khususnya siswa kelas V sekolah dasar adalah masih cukup banyak yang belum dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Pendidikan dikatakan berkualitas jika dalam pendidikan itu terlaksana kegiatan pembelajaran yang terencana, terprogram, efisien dan efektif, serta menggunakan model pembelajaran yang relevan dengan materi dan karakteristik peserta didik, variatif, evaluasi yang tepat, serta memilih media yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Berdasarkan Depdiknas (2005), Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah: bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Terkait dengan hal di atas, agar terjadi suasana belajar dan proses belajar yang secara aktif dapat mengembangkan potensi peserta didik, maka proses 1

2 pembelajaran di sekolah harus ditingkatkan mutunya, hal tersebut dipertegas dengan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dalam bagian pelaksanaan pembelajaran antara lain; Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.. Ditegaskan pula bahwa pembelajaran harus menekankan komponen eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi secara berurutan dan saling bersinergi antar komponen sehingga akan menghasilkan efeksinergistik dalam suatu proses pembelajaran. Apabila hal tersebut dapat dipenuhi maka proses pembelajaran akan bermakna, dan diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat telah menggeser paradigma pendidikan, untuk itu perlu dilakukan reformasi dalam sistem pembelajaran di sekolah. Selama ini dalam proses pembelajaran di sebagian besar sekolah menggunakan paradigma learning (deskriptif), maka harus berani merubahnya menjadi paradigma Instruction (perskriptif). Paradigma deskriptif menfokuskan Teacher centered sedangkan paradigma perskriptif berorientasi pada student centered dan media sebagai sumber belajar. Bruner (Budiningsih, 2005: 11) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar

3 adalah deskriptif. Perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan aantara variable-variabel yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. Dengan kata lain, kondisi dan metode pembelajaran sebagai variable bebas dan hasil pembelajaran sebagai variable tergantung. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya variable yang diamati dalam mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pem,belajaran deskriptif, variable yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara metode dan kondisi. Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologi dalam diri siswa. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi yang dilakukan untuk penyampaian informasi dari guru kepada siswa, oleh karena itu media

4 pembelajaran menempati posisi penting sebagai salah satu system pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran IPS. Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mempengaruhi berbagai segi kehidupan manusia, salah satunya dalam bidang pendidikan. Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, berbagai macam pembaharuan dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan berbagai terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana prasarana pendidian. Guru dituntut untuk membuat pembelajaran menjadi lebih inovatif yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik didalam belajar mandiri maupun didalam pembelajaran dikelas. Ketercapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai aspek, antara lain aspek guru, siswa, ketersediaan sarana-prasarana, penggunaan sumber belajar yang variatif, penerapan metode pembelajaran yang tidak monoton, serta penggunaan media yang menarik. Kemajuan jaman yang diiringi oleh kecanggihan teknologi mendukung penggunaan media yang bervariasi dalam pembelajaran. IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang membahas dinamika permasalahan sosial memerlukan dukungan media yang dapat mengungkap aspekaspek tersebut. Pembelajaran yang didukung media yang menarik dapat meningkatkan ketertarikan siswa dan dapat memperlancar ketercapaian tujuan pembelajaran IPS di SD. Sayangnya, guru-guru IPS SD masih banyak yang tidak menggunakan variasi media dalam mengajar, yang penting menyampaikan materi. Media yang paling sering dipakai oleh guru adalah LKS. Padahal pembahasan

5 materi IPS yang banyak konsep-konsepnya dan bersifat abstrak membutuhkan visualisasi untuk mempermudah siswa memahami materi yang disampaikan guru. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian materi adalah penggunaan media pembelajaran yang tepat. Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan pada tanggal 6 dan 17 April 2015 di MI Teladan Guppi Tebing Tinggi pada siswa kelas V siswa mengalami kesulitan dalam menerima pembelajaran IPS di dalam kelas. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang menunjukkan hampir 26% dari siswa kelas V MI Teladan Guppi Tebing Tinggi tidak mampu mencapai nilai ketuntasan belajar minimal 75. Suasana kelas yang tidak kondusip di saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa asyik dengan kesibukan mereka masing-masing. Dan ada pula beberapa anak yang mengantuk di dalam kelas saat pembelajaran IPS. Siswa sangat membutuhkan media dan bahan pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran berupa videountuk mata pelajaran IPS adalah media yang belum ada dan perlu dikembangkan di MI Teladan Guppi Tebing Tinggi. Dengan adanya media video pembelajaran ini diharapkan siswa lebih termotivasi dan bisa menarik minat belajar siswa serta dapat meningkatkan daya serap siswa dalam proses pembelajaran IPS. Penggunaan media diharapkan dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa memusatkan pikirannya dan terdorong untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran IPS di kelas. Cakupan materi IPS yang sangat luasmembuat guru mengejar ketuntasan penyampaian materi, yang dampaknyapembelajaran IPS di SD hanya sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswatanpa memperhatikan

6 kebermaknaan pembelajaran tersebut bagi diri siswadan kehidupannya. Akhirnya materi yang diterima tidak bertahan lama dalamingatan siswa. Banyak guru yang mengalami kesulitan untuk menuntaskanpenyampaian materi, padahal sebenarnya materi dapat divisualisasimenggunakan suatu media. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan media pembelajaran IPS.Pengembangan media pembelajaran yang akan dilakukan berupa mediapembelajaran IPS yaitu mediavideo pembelajaran. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Penggunaan media video pembelajaran belum optimal digunakan guru di dalam kelas. 2. Waktu siswa hanya lebih banyak mengerjakan LKS dan mendengarkan ceramah dari guru. 3. Penggunaan media yang tidak bervariasi 4. Hasil belajar tidak tuntas 5. Suasana belajar yang tidak kondusip 6. Media Video Pembelajaran IPS belum ada di sekolah 1.3.Pembatasan Masalah Dari penguraian identifikasi masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah

7 yang dimaksud adalah pengembangan media video pembelajaran pada pokok bahasan proklamsi kemerdekaan Indonesia mata pelajaran IPS kelas V MI Teladan Guppi Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2015-2016. 1.4.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengembangan media video pembelajaran IPSpada pokok bahasan proklamasi kemerdekaan indonesia layak digunakan pada siswa kelas V MI Teladan Guppi Tebing Tinggi? 2. Bagaimana respon siswa terhadap video pembelajaran pembahasan proklamasi kemerdekan Indonesia yang efektif digunakanpada siswa kelas V MI Teladan Guppi Tebing Tinggi dilihat dari hasil pengujian pada peserta didik? 1.5.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Membuat pengembangan media video pembelajaran IPS pokok bahasan proklamasi kemerdekaan Indonesia di kelas V MI Teladan Guppi Tebing Tinggi dengan menggunakan media video pembelajaran yang layak untuk diterapkan sebagai media pembelajaran sebagai sumber belajar.

8 2. Mengetahui respon siswa terhadap media video pembelajaran IPS pokok bahasan proklamasi kemerdekaan Indonesia di kelas V MI Teladan Guppi Tebing Tinggi sebagai media pembelajaran sebagai sumber belajar. 1.6. Manfaat Penelitian Penulis berharap dalam penelitian ini dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. 1.6.1. Secara Teoritis a. Memberi sumbangan yang berarti bagi pengayaan kajian mata kuliahmedia pembelajaran IPS. b. Memberi kontribusi nyata bagi pembelajaran IPS kaitannya dengan media video pembelajaran IPS. c. Menambah hasil penelitian pengembangan dalam pembelajaran IPSberupa media video pembelajaran IPS. d. Sebagai bahan masukan teoritis bagi peneliti yang akan datang agar dapat dikembangkan penelitian yang lebih mendalam mengenaipengembangan media video pembelajaran IPS. e. Memberikan kontribusi bagi guru IPS MI Teladan Guppi tentang pengoptimalanpenggunaan media pembelajaran IPS sebagai alternatif mediapembelajaran. 1.6.2. Secara Praktis a. Meningkatkan motivasi siswa untuk lebih giat belajar karena kemudahan yang didapat dalam mempelajari IPS pokok bahasan

9 proklamasi kemerdekaan Indonesia di kelas V MI Teladan Guppi Tebing Tinggi. b. Sebagai alat bantu mengajar mata pelajaran IPS pokok bahasan proklamasi kemerdekaan Indonesia di kelas V MI Teladan Guppi Tebing Tinggi. c. Merangsang kreativitas guru dalam mengembangkan multimedia pembelajarn berupa video pembelajaran d. Mengetahui bagaimana prosedur pengembangan media video pembelajaran IPS pokok bahasan proklamsi kemerdekaan Indonesia.