BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. telah dijabarkan pada bagian bab 5, maka pada bagian ahir ini dapat ditarik beberapa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. baik di darat, laut maupun di udara. Dengan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

LAMPIRAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pada umumnya dan agro-industri pada khususnya

BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

STUDI DAYA DUKUNG SUNGAI DI PERKEBUNAN KALIJOMPO KECAMATAN SUKORAMBI JEMBER

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB 2 STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROPINSI DKI JAKRTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

UJIAN PRAKTIKUM ILMU PENGETAHUAN ALAM

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK ATAU PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, air juga dibutuhkan. keberlangsungan kehidupan makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

ll. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mereka mulai melakukan upaya pengelolaan lingkungan. Pengolahan limbah industri terutama limbah cair lebih baik dilakukan analisa

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum. No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji mg/l mg/l mg/l

Rencana Aksi dan Progres Desa Berbudaya Lingkungan (Ecovillage) di DAS Citarum Hulu Gedung Sate, 8 Oktober Jaringan Kerja Ecovillage Jabar

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tao-hu atau teu-hu terdiri dari dua kata tao atau teu berarti kedelai

STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO. Oleh : Rhenny Ratnawati *)

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT.

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan merupakan hasil akhir yang diperoleh dari serangkaian tahapan penenlitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian beserta pembahasan yang telah dijabarkan pada bagian bab 5, maka pada bagian ahir ini dapat ditarik beberapa kesimpulansehubungan dengan tingkat pengetahuan dan perilaku pelaku usaha pengolahan kedelai terhadap pengendalian pencemaran air sungai di sub DAS Gajahwong adalah sebgai berikut. 1. Kegiatan pembuatan tempe, tahu dan kecap menunjukan pengaruh terhadap kualitas air sungai Gajahwong, dibuktikan dengan seluruh sampel air limbah dari kegiatan pengolahan kedelai melebihi baku mutu air limbah yang ditetapkan. Sedangkan parameter kualitas air sungai menunjukan kadar TSS yang melebihi baku mutu berada di penggal tengah dan hilir. Kadar ph sepanjang sungai menunjukan kondisi rata-rata basa, sedangkan kadar COD dan BOD pada penggal hilir jauh melebihi baku mutu air sungai yang ditetapkan.

2. Kondisi pengetahuan pelaku usaha secara keseluruhan menunjukan tingkat pengetahuan pelaku usaha cukup baik, ditunjukan dengan 53% pelaku usaha berada pada kelas pengetahuan sedang, 40% berada pada kelas pengetahuan tinggi dan 7% pelaku usaha yang berada pada kelas pengetahuan rendah. Berbanding terbalik dengan bentuk perilaku pelaku usaha, dimana 47% pelaku usaha menunjukan kelas perilaku buruk, 23% pelaku usaha berada pada kelas perilaku kurang baik dan 30% pelaku usaha berada pada kelas perilaku baik. 3. Strategi peningkatan pengetahuan dan perilaku pelaku usaha di sub DAS Gajahwong haruslah berbentuk strategi yang bersifat persuasif, dengan mendayaupayakan segala kekuatan atau potensi yang dimiliki untuk memanfaatkan pelaung yang ada (Strategi S-O) yaitu dengan penegasan sanksi hukum, kerjasama secara parsitipatif oleh pemerintah,masyarakat dan komunitas pecinta sungai, pemerataan dan penyempurnaan program kalibersih, serta adanya perhatian lebih dari pemerintah baik secraa moril dan materil terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah. 6.2. Saran Berdasarkan Kesimpulan tersebut maka saran yang dapat diberian berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kepada masyarakat khususnya pelaku usaha rumah tangga : 1. Merubah pola pikir bahwa limbah organik dari kegiatan usaha pembuatan tempe, tahu dan kecap sama sekali tidak mengganggu dan mencemari lingkungan perairan sungai. 2. Agar tidak membuang limbah kegiatan industri langsung menuju parit atau sungai tanpa pengelolaan terlebih dahulu. 3. Memanfaatkan limbah hasil produksi untuk berbagai pemanfaatan selain untuk pakan ternak, seperti pembuatan pupuk cair, olahan makanan seperti nata de soya, stik tahu, keripik tahu, kembang tahu, kecap ampas tahu bahkan untuk pemanfaatan biogas. 4. Menerapkan sistem produksi bersih (Clenaner produktion) dan memanfaatakn alat/proses pembuatan yang menghasilkan produk lebih baik dan sedikit menghasilkan limbah. 5. Meningkatkan keaktifan serta berpartisipasi dalam segala program pemerintah baik sosialisasi maupun gotongroyong dalam menyukseskan program kalibersih maupun kerjabakti lingkungan tempat tinggal. 6. Menjaga serta merawat segala infrastuktur pengelolaan air limbah seperti septictank dan IPAL yang disediakan pemerintah.

Kepada pemerintah : 1. Meningkatkan program dan sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat tentangpengelolaan limbah dan pencemaran sungai secara berkala. 2. Menambah sarana dan prasarana penunjang dalam pengelolaan air limbah, seperti membuant jaringan pemipaan air limbah, penambahan bangunan IPAL, maupun septictank komunal. 3. Menginformasikan serta menfasilitasi bentuk pengelolaan limbah yang murah dan mudah diterapkan oleh para pelaku industri rumah tangga. 4. Memfasilitasi adanya media teknologi informasi atau wadah yang bisa diakses para pelaku usaha pengeolahan makanan yang menghasilkan limbah cair, tentang segala informasi berkaitan dengan alternatif pemanfaatan limbah, bentuk pengelolaan,informasi perijinan usaha, speraturan dan sanksi yang tegas dalam kegiatan usaha yang dilakukan serta pemahaman akan arti pentingnya menjaga kelestarian sungai. 5. Aktif dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap para pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang menghasilkan limbah cair.

6. Menegakkan peraturan dan sanksi yang tegas terhadap peraturan pengendalian pencemaran dan pengelolaan air limbah bagi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran. 7. Meningkatkan upaya dan bentuk pengelolaan serta pengendalian pencemaran air sungai Gajahwong yang disesuaikan dengan karakteristik permasaalahan wialayah (hulu, tengah dan hilir) dengan kebutuhan wilayah masingmasing. 8. Meningkatkan koordinasi antar sektor dan antar wilayah (hulu, tengah dan hilir) terkait pengelolaan DAS secara terpadu.