Jurnal Ilmiah Platax Vol. 2:(1), Januari 2014 ISSN: KONDISI TERUMBU KARANG PULAU BUNAKEN PROVINSI SULAWESI UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN KARANG PERAIRAN TULAMBEN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/288367/PN/11826 Manajemen Sumberdaya Perikanan

DISTRIBUSI KARA G DA IKA KARA G DI KAWASA REEF BALL TELUK BUYAT KABUPATE MI AHASA TE GGARA

KONDISI TUTUPAN KARANG PULAU KAPOPOSANG, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN, PROVINSI SULAWESI SELATAN

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN TARGET DI TERUMBU KARANG PULAU HOGOW DAN PUTUS-PUTUS SULAWESI UTARA ABSTRACT ABSTRAK

JAKARTA (22/5/2015)

STATUS PERSENTASE TUTUPAN KARANG SCLERACTINIA DI PULAU BUNAKEN (TAMAN NASIONAL BUNAKEN) DAN DI PANTAI MALALAYANG, PESISIR KOTA MANADO

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

DISTRIBUSI VERTIKAL KARANG BATU (SCLERACTINIA) DI PERAIRAN DESA KALASEY, KABUPATEN MINAHASA

JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(1), Januari 2017 ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

Coral reef condition in several dive points around Bunaken Island, North Sulawesi

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KEDALAMAN TERHADAP MORFOLOGI KARANG DI PULAU CEMARA KECIL, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

P R O S I D I N G ISSN: X SEMNAS BIODIVERSITAS Maret 2016 Vol.5 No.2 Hal : XXXX

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Kondisi Terumbu Karang di Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu DKI Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati;

Community changes of coral reef fishes in Bunaken National Park, North Sulawesi, Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

macroborer seperti polychae~a, sponge dan bivalva yang mengakibatkan bioerosi PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

STUDI TUTUPAN KARANG DI PULAU JANGGI KECAMATAN TAPIAN NAULI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Metodologi Penelitian Ikan Karang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

G.2.7. Wilayah Takad Saru. G.2.8. Wilayah Kotal. Fluktuasi anomali dan persentase karang di Takad Saru StatSoft-7 1,4 42,10 1,2 39,43 1,0 36,75 0,8

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Korelasi Tutupan Terumbu Karang dengan Kelimpahan Relatif Ikan Famili Chaetodontidae di Perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo

VI. KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG FISIK KAWASAN WISATA BAHARI

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekosistem Terumbu Karang

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

THE CORAL REEF CONDITION IN SETAN ISLAND WATERS OF CAROCOK TARUSAN SUB-DISTRICT PESISIR SELATAN REGENCY WEST SUMATERA PROVINCE.

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERSENTASE TUTUPAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI SEPANJANG PESISIR TAMAN NASIONAL BUNAKEN BAGIAN UTARA

B. Ekosistem Hutan Mangrove

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Eksisting Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Dok II Kota Jayapura Provinsi Papua

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

Distribusi Karang Batu Di Rataan Terumbu Pantai Selatan Pulau Putus- Putus Desa Ratatotok Timur Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

I. PENDAHULUAN. Tingginya dinamika sumberdaya ikan tidak terlepas dari kompleksitas ekosistem

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 2:(3), September 2014 ISSN:

Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa

Siti Nurhayati Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,

KONDISI DAN POTENSI KOMUNITAS IKAN KARANG DI WILAYAH KEPULAUAN KAYOA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN MALUKU UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALYSIS OF BUTTERFLY FISH (CHAETODONTIDAE) ABUNDANCE IN THE CORAL REEF ECOSYSTEM IN BERALAS PASIR ISLAND BINTAN REGENCY ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


Pelestarian Terumbu Karang untuk Pembangunan Kelautan Daerah Berkelanjutan

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA. Laporan Penelitian Kerjasama UNIPA & Pemerintah Kabupaten Sarmi

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH

PENDAHULUAN. Ekosistem terumbu karang terus terdegradasi di berbagai wilayah di Indonesia

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastropoda atau dikenal sebagai siput merupakan salah satu kelas dari filum

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terumbu Karang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Akuatik- Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 10. Nomor. 1. Tahun 2016

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Wakatobi

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

Diversity and Condition Analysis of Coral Reef in Lahu Besar Island, Ringgung, Pesawaran District

HUBUNGAN KARAKTERISTIK HABITAT DENGAN KELIMPAHAN IKAN HIAS INJEL NAPOLEON POMACANTHUS XANTHOMETAPON DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Keanekaragaman dan Penutupan Terumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo, Jawa Timur

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercemar adalah plankton. Plankton adalah organisme. mikroskopik yang hidup mengapung atau melayang di dalam air dan

Tutupan Terumbu Karang dan Kelimpahan Ikan Terumbu di Pulau Nyamuk, Karimunjawa

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI EKOWISATA BAHARI DI PULAU DODOLA KABUPATEN PULAU MOROTAI

CORAL REEF CONDITION BASED ON LEVEL OF SEDIMENTATION IN KENDARI BAY

Kondisi Terumbu Karang dengan Indikator Ikan Chaetodontidae di Pulau Sambangan Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Jawa Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

DAMPAK PEMUTIHAN KARANG TERHADAP EKOSISTEM TERUMBU KARANG PADA TAHUN 2010 DI PERAIRAN UTARA ACEH

2. TINJAUAN PUSTAKA. Jawa di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

Maspari Journal 03 (2011) 42-50

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) ALOR

Transkripsi:

KONDISI TERUMBU KARANG PULAU BUNAKEN PROVINSI SULAWESI UTARA Conditions of Coral Reef in Bunaken Island North Sulawesi Province. Alex D. Kambey 1 A B S T R A C T Community structure of corals were analyzed to understand their response to different conditions of coral reefs in several places of Bunaken island. This study focused on species abundance and diversity including Shannon-Wiener s species diversity (H ) respectively. The result recorded 67 species and 29 genera of corals. In general, the condition of coral reefs in Bunaken Island in good condition. Keywords: Community structure, coral reef. A B S T R A K Struktur komunitas karang dianalisis untuk memahami respon terhadap perbedaan kondisi terumbu karang di beberapa tempat pulau Bunaken. Penelitian ini difokuskan pada kelimpahan dan keragaman spesies termasuk keragaman Shannon-Wiener spesies (H') masing-masing. Hasilnya mencatat 67 spesies dan 29 genera karang. Secara umum, kondisi terumbu karang di Pulau Bunaken dalam kondisi baik. Kata kunci : Komunitas struktur, terumbu karang. 1 Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi PENDAHULUAN Sebagai salah satu ekosistem yang khas di wilayah pesisir daerah tropis, terumbu karang banyak menyediakan sumberdaya hayati bagi kehidupan manusia, disamping fungsifungsi ekologisnya. Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapanendapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat (Bengen 2000). Isu utama saat ini sebagai salah satu penyebab degradasi terumbu karang adalah pemutihan karang, seperti kejadian pemutihan karang di Timur Karibia disebabkan oleh kenaikan suhu yang berhubungan dengan kegiatan antropogenik (Donner et al. 2007), serta kejadian pemutihan karang, penyakit dan kematian karang di US Virgin Islands (Manzello 2007; Miller et al. 2006). Kejadian kematian karang dengan berbagai kombinasi penyebab akan menurunkan kesehatan karang sehingga diperlukan upaya untuk penciptaan kondisi ekologis terumbu karang yang baik (Birkeland 2004). Ekosistem terumbu karang yang terkenal di dunia adalah ekosistem 19

terumbu karang yang terdapat di Kawasan Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Kawasan ini telah ditetapkan sejak tahun 1991 melalui SK Menteri Kehutanan No.730/Kpts- II/1991, dan terdiri dari Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Siladen, Pulau Mantehage, Pulau Nain, dan kawasan Tanjung Pisok di bagian utara serta ditambah kawasan Poopoh, Arakan dan Woewontulap pada bagian selatan. Keseluruhan Kawasan Taman Nasional Bunaken ini memiliki luas areal sebesar 89.065 Ha. Terumbu karang di Kawasan Taman Nasional Bunaken merupakan jenis terumbu karang yang lengkap dan unik, dengan berbagai topographi yang ada. Keberadaan 5 pulau kecil di bagian utara Taman Nasional Bunaken menggambarkan bentuk terumbu karang dengan rataan terumbu yang luas dan dangkal hingga ke daerah reef edge dan langsung drop off dengan kemiringan 90o hingga kedalaman sekitar 40 meter. Adanya Laguna dan mikro habitat pada daerah terumbu karang ini ikut menambah variasi tempat hidup biota sehingga keanekaragaman jenis karang batu yang dapat dijumpai sangatlah tinggi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terumbu karang dan mengidentifikasi jenis-jenis karang batu yang ada di areal terumbu karang Pulau Bunaken. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan cara Line Intercept Transect (LIT) dengan pendekatan taksonomi hingga tingkat spesies. Pengambilan data dilakukan dengan cara penyelaman SCUBA pada tali transek sepanjang 50 meter pada daerah reef edge atau bibir terumbu dengan teknik Lifeform atau teknik line intercept transect (LIT) (UNEP,1993). Setiap biota yang dilewati transek dicatat menurut katagori dan jenisnya. Dari data tersebut akan diketahui persentase tutupan, keragaman jenis dan dominasi karang batu. Pengorganisasian dan analisis data morfologi substrat dasar terumbu karang dipermudah dengan pemakaian formulasi pada program Microsoft Exel yang dimodifikasi dari paket program Lifeform 5. Sedangkan penentuan jenis karang batu dilakukan langsung dilapangan di bantu dengan camera digital dan mengikuti determinasi oleh C.C Wallace & J. Wolstenholme untuk Genus Acropora, dan J.E.N Veron & M. Stafford-Smith untuk Genus karang batu lainnya. TINJAUAN PUSTAKA Karang Sebagai Ruang Densitas ikan karang dibatasi oleh ketersediaan ruang hidup (space) yang cocok, tertama jika ruang dijadikan sebagai pertahanan diri atau tempat aktivitas mutualisme. Keberadaan ruang biasanya berkaitan dengan individu ikan yang bersifat teritorial, dimana densitas yang tinggi dan diversitas dari ikan-ikan di pengaruhi oleh ruang terumbu karang. Fluktuasi dalam populasi ikan karang, salah satunya disebabkan berkurangnya ruang di karang. Menurut Jones (1991), pentingnya ruang bagi ikan karang adalah karena : - Ikan karang yang bersifat teritorial sangat terbatas pada ruang untuk mengembangkan populasinya, sehingga perubahan ruang cenderung menurunkan jumlah populasi. - Perbedaan kelas umur cenderung mengunakan tipe ruang yang berbeda. - Kompetisi ruang dapat terjadi jika terdapat banyak ruang yang kualitasnya bervariasi. Karang Sebagai Tempat Perlindungan Keberadaan lubang atau celah merupakan tempat perlindungan (shelter) ikan karang, terutama selama adanya serangan badai atau predator. Korelasi umum antara topografi karang dengan kelimpahan ikan karang serta 20

observasi dalam pertahanan ikan di lokasi perlindungan bersifat nyata sebagai sumberdaya pembatas. De Boer (1978) menunjukkan bahwa kelimpahan ikan Chromis cyanea berkorelasi positif dengan jumlah tempat perlindungan. Selain itu, beberapa studi komprehensif yang dilakukan dengan hipotesis tentang pentingnya tempat perlindungan, menggambarkan bahwa tempat perlindungan memberikan perbedaan yang nyata dalam kelimpahan ikan karang, sehingga menjadikan karang sebagai tempat persembunyian (Jones 1991). Karang Sebagai Sumber Pakan Salah satu sumber pakan bagi ikan yang banyak dijumpai di terumbu karang adalah lendir yang dihasilkan oleh karang, yang sebenarnya digunakan karang untuk menangkap mangsanya. Lendir tersebut berfungsi sebagai pembersih dan pelindung luka yang dikeluarkan oleh kantong mucus yang ada di ectodermis. Lendir ini merupakan sumber pakan penting bagi jenis ikan tertentu dan hewan karang lainnya (Barnes 1980). Selain itu, keberadaan karang merupakan pakan dari beberapa jenis ikan pemakan karang famili Chaetodontidae, Apogonidae, Balistidae, Labridae dan sekolompok kecil Scaridae. Sekelompok ikan famili Chaetodontidae, Labridae dan Scaridae secara langsung memakan polip karang serta bersimbiosis dengannya. Sedangkan kelompok Acanturids dan kebanyakan spesies dari famili Labridae lainnya memakan alga yang tumbuh pada batuan keras berkapur (calcareous). Pemakan karang sangat bergantung kepada jaringan hidup karang sebagai pakannya dan hal ini hanya terdapat pada struktur karang yang masih hidup. Keberadaan karang hidup juga memberikan perlindungan terhadap invertebrata dan organisme bentik lainnya yang juga merupakan pakan beberapa jenis ikan (Nakamura et al. 2007). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data yang telah dilakukan memberikan hasil yang menunjukkan daerah pengamatan terumbu karang di Lounds dan Mandolin dalam kategori baik, sedangkan Fukui memiliki kondisi terumbu karang dalam kategori cukup baik (Tabel 1). Areal sekitar Lounds dan Mandolin cenderung memiliki karakteristik topographi yang sama, yaitu drop-off dengan pergerakan arus yang tinggi. Tutupan karang batu sangat padat dan didominasi oleh jenis pertumbuhan encrusting, seperti Montipora undata dan Montipora monasteriata. Lokasi Tabel 1. Keberadaan Terumbu Karang Di Pulau Bunaken Tutupan karang batu Jumlah Koloni Indeks Keragaman % Kategori Karang H Kategori Lounds 53.16 Baik 91 1.29 Fukui 36.30 Mandoli n Cukup Baik 58 1.28 59.90 Baik 83 1.40 Sangat Produktif Sangat Produktif Sangat Produktif Jumlah Spesies 34 29 36 Genus Dominan Montipora undata Acropora palifera Montipora monasteriata Acropora palifera Porites nigrecens Porites cylindrica Montipora undata Acropora palifera Porites lobata 21

Pada kedalaman 10 hingga 15 meter, pertumbuhan karang batu sangat optimal sehingga dalam penelitian ini didapati stasiun Mandolin terhitung memiliki jumlah koloni sebanyak 83 koloni karang batu dengan besar tutupan karang hingga 59.90 %. Demikian halnya pada station Lounds memiliki persentasi tutupan sebesar 53.16 % dengan jumlah koloni karang sebanyak 91 koloni. Berbeda halnya dengan stasiun Fukui yang topographinya cenderung slope dan kedalaman lokasi pengambilan sampel pada 15 meter. Hal ini membuat areal tersebut menjadi terbuka bagi spesies dengan bentuk pertumbuhan yang beragam. Umumnya jenis pertumbuhan bercabang atau foliose cenderung mendominasi areal ini. Acropora palifera dan jenis Porites bercabang dari spesies Porites nigrecens dan P. Cylindrica merupakan karang batu yang dominan di Fukui. Namun, kerentanan akan tekanan baik dari faktor alam maupun manusia sangatlah tinggi. Sehingga banyak didapati areal ini tertutup oleh patahan-patahan karang atau rubble. Stasiun Fukui memiliki persentasi tutupan sebesar 36.30 dengan jumlah koloni karang terhitung hanya mencapai 58 koloni. Hal tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan kedua stasiun lainnya. Berdasarkan indeks keragaman yang dipakai oleh Stodart dan Johnson, dimana H < 0.70 tergolong kurang produktif, 0.70 0.99 produktif dan H > 0.99 sangat produktif, didapati seluruh stasiun pengamatan di Pulau Bunaken memiliki kategori Indeks Keragaman Sangat Produktif. Tingginya jumlah kehadiran spesies di ketiga stasiun pengamatan berdampak pada nilai Indeks Keragaman, walaupun pada stasiun Fukui hanya memiliki Tutupan Karang Batu dengan kategori Cukup Baik. Hasil penelitian di daerah Fukui terdapat 29 spesies karang batu, sedangkan 22 Stasiun Mandolin memiliki kehadiran spesies karang batu terbanyak dengan 36 spesies diikuti oleh Stasiun Lounds dengan 34 spesies karang. Tingkat kedalaman daerah pengamatan yaitu 10-15 meter memungkinkan banyaknya kehadiran jenis karang batu yang bertumbuh pada berbagai macam tipe mikro habitat yang tersedia di kedalaman tersebut. Areal pengamatan dapat dikatakan cenderung terhindar dari aktivitas manusia, dalam hal ini metode penangkapan ikan yang salah dan pariwisata snorkling, namun keterbatasan habitat yang cenderung bersaing dengan biota lain seperti Sponge, Soft Coral dan Algae, membuat tidak dominannya jenis karang batu tertentu pada Stasiun Lounds dan Mandolin. Tingginya kerusakan jenis karang bercabang dan foliosa dapat mempresentasikan besarnya tutupan patahan karang (Rubble) pada suatu terumbu. Stasiun yang dinomnasi oleh karang bercabang memperlihatkan besarnya persentasi Abiotik yang disumbangkan oleh patahan karang. Hal itu dapat terlihat pada stasiun Fukui dengan persentasi sebesar 52 %. Pada stasiun lain, Abiotik hanya menutupi 24.30 % untuk Stasiun Lounds dan 6.60 % untuk Mandolin. Tingginya komponen Abiotik, khususnya Rubble di Stasiun Fukui disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan Karang batu maupun Fauna lain seperti Soft Coral pada daerah tersebut. Hal ini dimungkinkan karena lokasi terdapatnya Rubble terletak pada daerah yang dipengaruhi oleh arus dan memiliki substrat yang labil. Pada Stasiun Mandolin terlihat besarnya tutupan Fauna Lain dari jenis Sponge sebesar 26.10 %, sedangkan Stasiun lain hanya memperlihatkan 5.00 % untuk Stasiun Fukui dan 8.80% untuk Lounds. Sponge merupakan Biota yang sangat bergantung pada pergerakan air, sehingga semakin kuat arus maka semakin banyak kemung-

kinan makanan yang dapat disaring oleh Sponge. Sponge juga sering mendiami daerah tertutup seperti celacela atau gua-gua yang banyak menghiasi daerah Drop-off terumbu, seperti pada Stasiun Mandolin. Persentasi Karang mati pada ke tiga stasiun mengindikasikan adanya stres pada terumbu karang tersebut. Dapat dilihat Karang Mati yang terdapat di seluruh Stasiun Pengamatan sudah terdapat Alga atau disebut DCA, sehingga diduga terlepasnya jaringan zooxanthellae dari kerangka karang batu sudah terjadi lebih dari 3 bulan sebelum pengamatan. Biasanya pada areal yang mengalami kematian karang batu atau patahan karang akan langsung ditutupi oleh filamen algae, dan selanjutnya coraline alga sehingga areal tersebut terkondisikan secara alami sebagai tempat menempelnya planula karang batu, namun hal tersebut haruslah membutuhkan jasa ikan atau biota gresing dalam menyediakan ruang. Dilain pihak cepatnya pertumbuhan Soft Coral ikut mempengaruhi komposisi benthic suatu areal terumbu karang. Namun dalam kasus ini, kedalaman lebih dari 10 meter bukanlah tempat terbaik untuk bertumbuhnya Soft Coral. Dari ke tiga lokasi pengamatan yang terletak di Pulau Bunaken bagian selatan dan barat ini, ditemukan sebanyak 67 spesies karang batu yang mewakili 29 Genus. Hal ini dirasa cukup tinggi mengingat metodelogi yang digunakan hanyalah LIT dengan panjang transek 50 meter pada 3 stasiun pengamatan. KESIMPULAN Secara umum kondisi terumbu karang di Pulau Bunaken dalam kondisi baik dan sangat produktif, dengan indeks keanekaragaman lebih besar 1 dan terdapat 29 genus dan 67 spesies karang. DAFTAR PUSTAKA 23 Barnes RDK. 1980. Invertebrate Zoology. Holt-Sauders International. 1089 hlm. Bengen DG. 2000. Ekosistem dan sumberdaya alam pesisir. Sinopsis PKSPL. Bogor: FPIK IPB. Birkeland C. 2004. Ratcheting down the coral reefs. BioScience 54(11):1021-1027. de Boer BA. 1978. Factor influencing the distribution of the damsefish Chromis cyanea (Poey), Pomacentridae on a reef Curacao, Netherlands Antilles. Bull. Mar. Sci. 28:550-565. Donner S, Knutson T, Oppenheimer M. 2007. Model-based assessment of the role of human-induced climate change in the 2005 Caribbean coral bleaching event. Proceedings of the National Academy of Science 104(13):5483-5488 Jones GP. 1991. Postrecrutment processes in the ecology of coral reef fish population : A multivactorial perspective. The ecology of fishes on coral reefs. New Hampshire: Sale P.F. ed. Hlm 294-328 Manzello DP et al. 2007. Hurricanes benefit bleached corals. Proceedings of the National Academy of Science 104(29):12035-12039. Miller J, Waara R, Muller E, Rogers C. 2006. Coral bleaching and disease combine to cause extensive mortality on reefs in US Virgin Islands. Coral Reefs 25(3):418. Nakamura Y, Kawasaki H, Sano M. 2007. Experimental analysis of recruitment patterns of coral reef fishes in seagrass beds: Effects of substrate type, shape, and rigidity. Estuarine, Coastal and Shelf Science 71(3-4):559-568. [UNEP] United Nation Environmental Program. 1993. Monitoring Coral Reefs For Global Change. Regional Seas. Reference

Methods For Marine Pollution Studies 61. Australian Institute Of Marine Science. 60 hlm. Gambar 1. Lokasi Penelitian Pulau Bunaken 24