BAB 5 PEMBAHASAN. Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Letak Lintang Usia Kehamilan 38 minggu di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi yang di kandung (Saifuddin, 2009:284). (Hani, 2011:12). Berdasarkan pengalaman praktek di polindes Kradenan

KERANGKA ACUAN SKRINING ANTENATAL UNTUK DETEKSI DINI FAKTOR RESIKO IBU HAMIL BERBASIS MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA BIDAN DESA TENTANG PELAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

BAB I PENDAHULUAN. negara lainnya di dunia hampir sama yaitu akibat. pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. kebidanan ibu hamil pada Ny. G umur 30 tahun G 3 P 2 A 0 UK minggu. dengan letak sungsang, penulis menyimpulkan bahwa :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M G III P 2002 PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2010

Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi (fertilisasi) sampai lahirnya janin.

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38).

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

BAB I PENDAHULUAN. minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan dan

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perinatal (Marmi, 2011 : 21). Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung antara minggu (hamil aterm) dan ini merupakan periode

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum

BAB I PENDAHULUAN. laporan dari kabupaten/kota Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa

BAB I PENDAHULUAN. (Fraser, 2009 h. 635). Pada umumnya kehamilan berkembang dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seseorang yang pernah

PENGERTIAN ASUHAN ANTENATAL. Asuhan antenatal adalah : Asuhan yang diberikan untuk ibu sebelum kelahiran. (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hamil sehingga dapat membahayakan ibu dan janin jika mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu negara atau wilayah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi.proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN. dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan merupakan keadaan

INFOKES, VOL.5 NO.2 September2015 ISSN : KAJIAN PELAKSANAAN PELAYANAN ANTENATAL CARE OLEH BIDAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. bidan, Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Caughey, Julian, Robinson, dan Errol (2008) menjelaskan bahwa. membran janin berfungsi sebagai penghalang untuk menghalangi

BAB 1 PENDAHULUAN. konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua persalinan yaitu persalinan

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpengaruh tidah baik terhadap kehamilan tersebut (Prawiroharjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

PELAYANAN ASUHAN ANTENATAL

BAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB 1 PEDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang alami artinya perubahan-perubahan

KAJIAN YURIDIS PERAN BIDAN PRAKTIK MANDIRI DALAM PEMBERIAN KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI SEBAGAI BENTUK PELAYANAN ANTENATAL TERPADU

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BIDAN DI KOMUNITAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat (Pantikawati dan Saryono,2010:1). Namun, dalam prosesnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah proses alamiah yang sudah digariskan Tuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis, diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses fisiologis dan berksinambungan. Kehamilan dimulai dari konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan bisa saja terjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Dwi Anggun Nugraeni, Kebidanan DIII UMP, 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N POST OP SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI CEPHALO PELVIK DISPROPORTION DIRUANG CEMPAKA RSUD SRAGEN

Transkripsi:

BAB 5 PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil yang didapat dari pengkajian tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Letak Lintang Usia Kehamilan 38 minggu di RSI Darus Syifa Surabaya Pembahasan merupakan bagian dari karya tulis yang membahas tentang kesesuaian maupun kesenjangan antara teori yang ada dengan kasus nyata di lapangan. Dalam penyusunan bab pembahasan ini, penulis mengelompokkan data data yang didapat sesuai tahap tahap proses manajemen asuhan kebidanan yaitu pengumpulann data dasar, interpretasikan data dasar, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera, rencana asuhan secara menyeluruh, pelaksaan, dan evaluasi. 5.1 Kehamilan Pada kasus Ny. I didapatkan bahwa ibu tidak melakukan tes laboratorium selama kehamilan, dan pada skrining ibu hamil pada trimester tiga KSPR didapatkan skor 14. Pada pemeriksaan, petugas menggunakan standar 10 T yaitu timbang berat badan dan mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah, mengukur LILA, TFU, terendah janin/presentasi dan tentukan DJJ Janin, imunisasi TT, tablet Fe, tes laboratorium, tatalaksana kasus, temu wicara. Tes laboratorium selama kehamilan minimal dilakukan 2x selama hamil, yaitu pada trimester I dan III. 65

66 Normal HB wanita adalah 11 gr %. Batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan adalah 10 gr/100 ml. Wanita yang memiliki Hb kurang dari 10 gr/100ml baru disebut anemia dalam kehamilan. Wanita dengan Hb antara 10-12 gr/100ml tidak dianggap patologik, tetapi anemia fisiologik atau psedoanemia (Winkjosastro,2007). Pada skirining skor poedji rochjati dengan jumlah skor > 12 merupakan KRST dan perawatan dilakukan oleh dokter serta rujukan harus di rumah sakit (Rochjati, 2007). Pada kasus Ny. I yang masih dalam masa kehamilan Pemeriksaan HB harus dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar hemoglobin darah ibu tersebut dan pemeriksaan HB juga dilakukan untuk mengantisipasi adanya komplikasi pada ibu yang mungkin terjadi, sedangkan skrinning pada ibu hamil dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau tidak, namun pada kenyataanya pasien tersebut termasuk dalam kelompok resiko tinggi yaitu mempunyai riwayat keguguran dua kali dan hamil dalam keadaan posisi janin melintang, dimana sudah tertera kode etik bidan pada kewajiban bidan terhadap tugasnya yaitu setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan/atau rujukan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut, yang sudah diputuskan oleh menteri kesehatan RI nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standart profesi bidan. Pada kasus Ny. I di Rumah Sakit, didapatkan bahwa ibu tidak dilakukan skrinning antenatal secara dini.

67 Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dimana ibu hamil maupun janin yang di kandungnya berada dalam resiko kematian ataupun kesakitan selama kehamilan, persalinan maupun setelah kelahirannya (post partum). Angka kejadian kehamilan resiko tinggi kurang lebih 20% dari semua kehamilan. Pengenalan resiko tinggi ibu hamil dilakukan melalui skrinning atau deteksi dini adanya factor resiko secara proaktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau non kesehatan yang terlatih di masyarakat (ibu PKK, kader karang taruna, ibu hamil sendiri, suami dan keluarga). Kegiatan skrinning antenatal, melalui kunjungan rumah merupakan langkah awal dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu. Skrinning pertama dilakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa resiko dari kelompok faktor resiko. Resiko tinggi ibu hamil dengan faktor resikonya dapat diamati dan ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang masih sehat dan merasa sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan skrinning berulang, secara periodik berulang 6 kali selama kehamilan sampai hamil genap enam bulan. Skrinning pada ibu hamil dapat dituangkan pada kartu skor Poedji Rochyati dalam bentuk angka disebut SKOR, digunakan angka bulat dibawah 10, sebagai angka dasar 2,4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedahkan resiko yang rendah, resiko menengah, dan resiko tinggi (Rochyati, 2003). Pada kasus Ny. I pada pemeriksaan antenatal di rumah sakit seharusnya dilakukan skrinning secara dini pada ibu dan kehamilannya. Berdasarkan riwayat obstetri yang dialami ibu saat ini menunjukkan bahwa ibu adalah termasuk faktor

68 resiko tinggi pada kehamilan ke tiganya. Tujuan skrinning antenatal secara dini adalah melakukan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil dengan macam faktor resikonya, menemukan ibu resiko tinggi dengan pengertian kemungkinan terjadinya resiko kematian atau kesakitan pada ibu dan atau bayinya, member penyuluhan dalam bentuk komunikasi informasi edukasi (KIE), mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dan keluarga, membantu untu memecahkan permasalahan yang ada dengan cara memberi informasi, adanya faktor resiko dan kelompok resiko pada ibu hamil, menentukan pengambilan keputusan oleh ibu hamil dan keluarganya. 5.2 Persalinan Pada persalinan Ny. I didapatkan bahwa pasien menjalankan persalinan dengan dilakukan operasi sesar, persalinan tersebut sudah dianjurkan oleh dokter obgyn dan dilakukan persiapan pre op yang sesuai dengan protap/sop pre op SC di rumah sakit, diantaranya adalah : Inform consent, puasa 6 jam, menyiapkan tim untuk operasi, melakukan tes laboratorium (DL, PCV, HBsAg, glukosa acak, Anti HIV), memasang infuse, observasi TTV, TFU, DJJ, memasang dower cateter, membersihkan daerah bagian tubuh yang akan dilakukan pembedahan, injeksi antibiotic, perlengkapan ibu dan bayi. Menurut Oxorn (2010) operasi sesar dapat dipertimbangkan dari berbagai hal misalnya posisi bayi tetap melintang di kehamilan aterm, pada semua primigravida, pada multipara dengan riwayat obstetric jelek. Beberapa persiapan pre op menurut hermawan (2011) diantaranya adalah : Persiapan kamar operasi, peralatan dan obat-obatan telah siap begitu juga dengan tim, Persiapan pasien

69 yaitu Menjelaskan pada pasien tentang prosedur operasi, Inform consent telah di tanda tangani oleh pihak keluarga, Daerah yang di insisi telah di bersihkan (rambut pubis dicukur dan sekitar abdomen), Pemeriksaan tanda tanda vital dan pengkajian, Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, gula darah dan HBsAg), Puasa 6 jam. Pada kasus Ny. I dengan kelainan letak lintang operasi sesar memang sangat dianjurkan untuk kasus kasus patologis yang memerlukan tindakan dan kolaborasi dengan dokter obgyn, karena dasar pertimbangan tertentu, pada kasus letak lintang komplikasi pasti ada jika dilahirkan secara normal misalanya pada ketuban pecah dini dan prolapsus tali pusat yang akan terjadi sewaktu waktu pada persalinan normal. 5.3 Nifas Pada kasus Ny, I didapatkan bahwa pasien post SC tidak dilakukan pemeriksaan pada bising usus dan pemeriksaan hematokrit. Pada dasarnya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ke tiga (Hermawan, 2011). Pemeriksaan hematokrit dilakukan sehari setelah pembedahan mayor dan jika perdarahan berlanjut, di indikasikan untuk pemeriksaan ulang dan bila terdapat kehilangan darah atau bila terdapat oliguri atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia (G-Mundy dkk, 2005). Pada kasus Ny. I pasien pos SC pemeriksaan bising usus sangat diperlukan dalam pemeriksaan fisik post SC, karena pemeriksaan bising usus merupakan dasar pertimbangan untuk menilai apakah saluran pencernaan sudah

70 mulai bekerja dengan baik atau belum. Sedangkan pada pemeriksaan hematokrit (HCT) merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan secara rutin pada pasien post SC untuk mengetahui tingkat presentasi volume darah, semakin tinggi presentasi hematokrit berarti kosentrasi darah semakin kental dan kemungkinan akan banyak plasma darah yang keluar dari pembuluh darah hingga dapat berlanjut pada kondisi syok hipovolemik.