Konsep Arsitektur Tropis pada Green Building sebagai Solusi Hemat Biaya ( Low Cost )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM ( )

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Pengembangan RS Harum

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIKAL

Pengembangan RS Harum

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB III TINJAUAN KHUSUS

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

BAB V. KajianTeori Kajian Teori Tema Desain Uraian Interprestasi dan Eloborasi Teori Tema Desain

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : Di Susun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III ELABORASI TEMA

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengertian judul

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi

BAB V KAJIAN TEORI. Menurut Frick (1997), Ekologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu yang. mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)

M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017

BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK

tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab

BAB VI HASIL PERANCANGAN

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KEARIFAN ARSITEKTUR MELAYU DALAM MENANGGAPI LINGKUNGAN TROPIS

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

SANITASI DAN KEAMANAN

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

MODUL I RPKPS DAN TUGAS BANGUNAN PINTAR PENGAMPU : DR. AGUNG MURTI NUGROHO ST, MT.

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Konsep Arsitektur Tropis pada Green Building sebagai Solusi Hemat Biaya ( Low Cost ) Samsuddin (1), Andi Edyas (2), Takdir Daming (2), Edward Syarif (4) masarchiuh@gmail.com (1) Lab. Disain Perumahan dan Lingkungan Permukiman/Departemen Arsitektur/Fakultas Teknik/ Universitas Hasanuddin. (2) Mahasiswa Pascasarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. (3) Lab.Disain Perumahan dan Lingkungan Permukiman/Departemen Arsitektur/Fakultas Teknik/ Universitas Hasanuddin. Abstrak Konsep Green Building atau Bangunan Gedung Hijau atau bangunan ramah lingkugan didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Green building diharapkan mampu berkontribusi secara langsung dalam menahan laju pemanasan global. Tidak hanya sampai disitu, penghematan air dan energy serta penggunaan energi terbarukan menjadi poin utama yang terus dibahas dalam sebuah konsep green building, sehingga masalah ketersediaan lingkungan hijau mampu terselesaikan dengan baik. Bangunan Gedung Hijau adalah bangunan gedung yang memenuhi persyaratan bangunan gedung yang dan memiliki kinerja terukur secara signifikan dalampenghematan energi, air dan sumber daya lainnya melalui penerapan prinsip bangunan gedung hijau sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap tahapan penyelenggaraannya. arsitektur yang memberikan jawaban/adaptasi bentuk bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu yang disebabkan oleh panas matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan, pergerakan angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap suhu, kelembapan, kesehatan udara yang harus di antisipasi oleh arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu pandangan baru mencakup pada penggunaan material yang memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai daripada material impor. Kata-kunci : arsitektur tropis, gedung hijau, low cost Pendahuluan Desain sebuah gedung maupun rumah harus mengacu kepada konsep ramah lingkungan. Satu hal yang patut disadari bahwa pembangunan sebuah gedung mengahsilkan karbondioksida terbesar, yang dampaknya terlihat langsung pada kasus global warming serta climate exchange. Pemakaian energi pada sebuah proyek pembangunan pun dinilai terlampau besar, sementara ketersedian bahan bakar minyak maupun listrik sedang dalam kondisi penghematan. Oleh karena itu menjadi sebuah keharusan untuk mendesain sebuah bangunan berkonsep ramah lingkungan. Konsep Green Building atau Bangunan Gedung Hijau atau bangunan ramah lingkugan didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Green building diharapkan mampu berkontribusi secara langsung dalam menahan laju pemanasan global. Tidak hanya sampai disitu, penghematan air dan energy serta penggunaan energi terbarukan menjadi poin utama yang terus dibahas dalam sebuah konsep green building, sehingga masalah ketersediaan lingkungan hijau mampu terselesaikan dengan baik. Selain itu sebuah bangunan yang dibangun dengan konsep gereen building ternyata lebih memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini semakin Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 H 033

Konsep Arsitektur Tropis pada Green Building sebagai Solusi Hemat Biaya ( Low Cost ) membuktikan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itulah para praktisi dituntut untuk aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sebuah bangunan berkonsep green building. Serta terus berinovasi dalam menghemat penggunaan daya, energi dan air pada sebuah hunian. Peran pemerintah juga tak kalah pentingnya, dimana pemerintah diharapkan dapat memberikan kebijakan-kebijakan serta stimulus terhadap upaya pembangunan gedung atau hunian berwawasan green building. Menurut Corsini (1997), konsep bangunan yang fleksibel terhadap perubahan suhu dan kelembaban udara adalah menghindari pemancaran dan pemantulan panas matahari serta utilitas mesin bangunan, melalui penentuan bahan bangunan yang tepat, ventilasi dalam bangunan yang sempurna dan menyeluruh ke semua sudut ruangan, pemakaian bahan bangunan alami, tata tanaman yang mencukupi guna mendinginkan panas udara dan produksi oksigen serta atap dan langit-langit cukup tinggi untuk menaikkan udara panas di samping perhatian pada organisasi ruang yang dapat mengefisienkan gerakan di dalam bangunan. Meletakkan 4 ventilasi angin pada dinding di atas lantai, pada jendela, pada dinding atas dan pada langit-langit. Tujuannya adalah ventilasi yang bergerak teratur, lurus dan menyeluruh ke sudut ruangan. Kehalusan permukaan dan warna bahan bangunan sangat menentukan iklim mikro di sekitar bangunan, warna cerah dan permukaan licin adalah pemantul sinar matahari yang baik dan menaikkan suhu sekitar. Warna gelap dan permukaan kasar akan membantu meredam dan menyerap sinar dan panas matahari. Bahan bangunan berpori mudah meluncurkan panas dan meluncurkannya kembali jika suhu udara disekitarnya menurun. Sangat bijaksana jika memanfaatkan bahan-bahan bangunan alami seperti aslinya untuk pelapis dinding dan lantai luar. Di samping itu diperlukan teknik insulasi yang baik untuk meredam pancaran panas genteng ke ruang di bawahnya (kasur ijuk sangat baik sebagai isolasi atap di bawah genteng daripada H 034 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 nylon wool). Dalam ruang atap yang tertutup rapat, terjadi udara yang lebih panas dari sinar matahari atau suhu udara luar. Panas pada ruang atap akan dipancarkan ke bawah ke langit-langit dan dipancarkan lagi ke ruang fungsional dibawahnya. Ikllim mikro di sekitar bangunan perlu dikendalikan dengan memanfaatkan tanaman hijauyang berdaun gelap dan lebat. Sangat ideal jika 30% - 70% volume ruang lahan bangunan terisi tanaman hijau dan 30% - 70% luasan permukaan tanah tidak ditutupi material keras. Di bawah lindungan bayang-bayang pohon akan terjadi suhu yang menyejukkan, karena terdapat akumulasi oksigen yang lebih banyak. Di samping itu keluaran uap air hasil fotosontesis dapat menyerap panas udara pada tanaman tersebut dan menurunkan suhu udara di sekitar pepohonan. Untuk mengatasi kegerahan udara, maka pemakai bangunan diharapkan tidak melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu, sehingga untuk seluruh ruang-ruang fungsional perlu diorganisir secara baik. Tampilan bangunan yang bergaris horisontal dapat menimbulkan perasaan intim dan santai, sedangkan garis-garis vertikal yang terlalu banyak akan menimbulkan ketegangan. Demikian pula penggunaan warna-warna alami pada seluruh elemen bangunan akan meniadakan suasana stres serta tidak dapat memantulkan sinar matahari, sehingga membantu untuk mengurangi kenaikan suhu udara mikro di sekitar bangunan. Menurut Khadiyanto (1997), alangkah baiknya bila tiap kawasan itu memiliki Master Plan Drainage dan menyelesaikan permasalahan mereka sendiri-sendiri. Misalnya daerah yang tinggi menyelesaikan masalahnya di atas pula, bukan membuangnya begitu saja ke bawah sehingga yang bawah pun tidak akan terlampau berat memikul beban dirinya ditambah beban kiriman daerah lain. Hal ini juga bermanfaat bagi konservasi sumber daya air. Sehingga, jika daerah atas membuang airnya ke bawah akibatnya aliran terserap ke dalam tanah mereka

minim, sehingga pada musim kering akan sangat kesulitan air. Kalau penyelesaian masalah genangan air tersebut dengan cara meresapkan air ke dalam tanah mereka sendiri, maka persediaan air pada musim kering akan tercukupi. Pada latar belakang yang sudah dijelaskan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah apa sesungguhnya pengertian dari bangunan gedung hijau, kemudian bagaimana menerapkan konsep arsitektur tropis pada bangunan gedung hijau dengan menekan low cost. Selain itu juga, permasalahan pada penelitian ini adalah aspekaspek apa saja yang perlu diperhatikan pada penerapan arsitektur tropis pada bangunan gedung hijau. Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana menerapkan konsep arsitektur tropis pada bangunan gedung hijau (low cost), serta mengetahui dan memahami bagaimana hubungan antara arsitektur tropis denganbangunan gedung hijau. Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan dengan model kualitatif diskriptif. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan study literature. Studi literature dilakukan dengan pencarian sumber-sumber pustaka yang berasal dari bukubuku studi ilmiah, arsip Koran dan majalah. Selain bukun ada pula artikel ilmiah dari seminar, dan dipublikasikan secara online bersama forum-forum diskusi arsitektur di internet. Hasil dan Pembahasan A. Arsitektur tropis Arsitektur tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan jawaban/ adaptasi bentuk bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu yang disebabkan oleh panas matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan, pergerakan angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap suhu, kelembapan, kesehatan udara yang harus di antisipasi oleh arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu Samsuddin pandangan baru mencakup pada penggunaan material yang memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai daripada material impor. Bentuk arsitektur tropis, tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan estetika, namun pada bentuk yang berdasarkan adaptasi/ penanganan iklim tropis. Meskipun demikian bentukan bangunan oleh arsitek/desainer yang baik akan memberikan kualitas arsitektur yang estetis, hal ini karena selain memperhatikan bagaimana menangani iklim tropis, juga memperhatikan bagaimana kesan estetika eksterior dan interior dari bangunan tersebut. Bentuk secara makro sangat memperhatikan faktor panas dan hujan, dimana untuk menangani hal tersebut maka arsitektur tropis yang baik akan memperhatikan bagaimana bangunan tidak panas dan ketika hujan tidak tampias, selain itu terdapat kualitas kenyamanan berkaitan dengan suasana panas dan dingin yang ditimbulkan oleh hujan, biasanya dibuat teras untuk memberikan perlindungan serta menikmati iklim tropis yang bersahabat. Bentuk secara mikro pada masing-masing elemen bangunan seperti jendela dengan bentuk lebar, berjalusi, berkanopi, atau semacam itu. Bentuk bangunan tropis dari kayu biasanya merupakan bangunan panggung dengan lantai yang diangkat dengan harapan terhindar dari banjir akibat hujan, memang merupakan kualitas rancangan yang sudah berhasil sejak dulu. Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syaratsyarat khusus dalam perancangan bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor-factor spesifikasi yang hanya dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai estetik bangunan yang berbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya. Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah : Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 H 035

Konsep Arsitektur Tropis pada Green Building sebagai Solusi Hemat Biaya ( Low Cost ) 1. Kenyamana Thermal Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai daya tahan terhadap panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat. Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain : a. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat b. Melindungi dinding dengan alat peneduh. Peroleh panas dapat juga dikurangi denganmemperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antar kedua permukaan bahan, yang akan menyebabkan aliran panas yang besar. Gambar 1. Kenyamanan Thermal 2. Aliran Udara Melalui Bangunan Kegunaan dari aliran udara/ventilasi adalah : a. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernapasan, membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau b. Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan. Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan temperature antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur. 3. Radiasi Panas Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alatalat peneduh (Sun Shading Device). Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan ketidak-nyamanan thermal bagi H 036 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

penghuni, jika beda temperatur udara melebih 40C. Hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari langit-langit/permukaan bawah dari atap. Gambar 2. Beberapa jenis shading device Penerangan Alami pada Siang Hari Cahaya alam siang hari yang terdiri dari : a. Cahaya matahari langsung. b. Cahaya matahari difus Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini untuk penerangan siang hari di dalam bangunan. Tetapi untuk maksud ini, cahaya matahari langsung tidak dikehendaki masuk ke dalam bangunan karena akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Sehingga yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit. Untuk bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya langit yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen : a. Komponen langit. b. Komponen refleksi luar c. Komponen refleksi dalam Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah : Samsuddin a. Luas dan posisi lubang cahaya b. Lebar teritis c. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya d. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan. e. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya Untuk bangunan berlantai banyak makin tinggi makin berkurang pula kemungkinan adanya penghalang di muka lubang cahaya. Dari penelitain yang dilakukan, baik pada model bangunan dalam langit buatan, maupun pada rumah sederhana, faktor penerangan siang hari rata-rata 20% dapat diperoleh dengan lubang cahaya 15% dari luas lantai, dengan catatan posisi lubang cahaya di dinding, pada ketinggian normal pada langit, lebar sekitar 1 meter, faktor refleksi cahaya rata-rata dari permukaan dalam ruang sekitar 50% 60% tidak ada penghalang dimuka lubang dan kaca penutup adalah kaca bening. Desain rumah tropis bekerja menuju satu tujuan utama dasar: tinggal nyaman tanpa bergantung pada AC. Hal ini dilakukan dengan moderasi dari tiga variabel: temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara. Victor Olgay dalam bukunya, Desain dengan Iklim, mengembangkan garis panduan untuk arsitektur iklim responsif dalam empat daerah iklim yang berbeda, salah satunya adalah lingkungan tropis panas lembab. Merancang sebuah rumah pasif didinginkan dimulai dengan situs dan mencakup setiap aspek dari rumah sampai ke warna. B. Bangunan Gedung Hijau Bangunan gedung hijau menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, nomor 02/PRT/M/ 2015, tentang Bangunan Gedung Hijau, yang dimaksud dengan: Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupin kegiatan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 H 037

Konsep Arsitektur Tropis pada Green Building sebagai Solusi Hemat Biaya ( Low Cost ) khusus. Bangunan Gedung Hijau adalah bangunan gedung yang memenuhi persyaratan bangunan gedung yang dan memiliki kinerja terukur secara signifikan dalampenghematan energi, air dan sumber daya lainnya melalui penerapan prinsip bangunan gedung hijau sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap tahapan penyelenggaraannya. 1. Prinsip Dasar Bangunan Gedung Hijau Bangunan gedung wajib diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya, yang memiliki dimensi berkelanjutan (sustainable) dan menjadi dasar filosofi penyelenggaraan bangunan gedung pada setiap tahapannya. Penyelenggaraan bangunan gedung yang berkelanjutan tidak dapat dipisahkan dari konteks aras spasial penataan ruang. Untuk itu, salah satu upaya mewujudkan bangunan gedung berkelanjutan adalah dengan mendorong penyelenggaraan bangunan gedung hijau yang menerapkan prinsip-prinsip bangunan gedung hijau yang mendukung pengembangan permukiman berkelanjutan. Prinsip bangunan gedung hijau meliputi: Peningkatan dukungan kelembagaan, kepemimpinan dan manajemen dalam implementasi. 2. Bangunan Gedung Yang Dipersyaratkan Ada 2 (dua) bangunan gedung yang dikenai persyaratan bangunan gedung hijau, yaitu; bangunan gedung baru dan bangunan gedung yang telah dimanfaatkan. Ada 3 (tiga) kategori persyaratan yang dikenai persyaratan bangunan gedung hijau, yaitu ; kategori wajib (mandatory), disarankan (recommended), dan sukarela (voluntary). Persyaratan bangunan gedung hijau dalam penyelenggaraannya dilakasanakan pada setiap tahapan. Persyaratan pada setiap tahapan meliputi; Persyaratan tahap pemrograman; Persyaratan tahap perencanaan teknis; Persyaratan tahap pelaksanaan konstruksi; Persyaratan tahap pemanfaatan; dan Persyaratan tahap pembongkaran. Perumussan kesamaan tujuan, pemahaman serta rencan tindak; Pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa lahan, material, air, sumber daya alam, maupun sumber daya manusia (reduce); Penguran timbulan limbah, baik fisik maupun non-fisik Penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakan sebelumnya (reuse); Penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle); Perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup melalui upaya pelestarian; Mitigasi resiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim, dan bencana; Orientasi pada siklus hidup; Orientasi kepada pencapaian mutu yang diinginkan, Inovasi teknologi untuk perbaikan yang berlanjut; dan Gambar 3. Konsep dan Referensi Desain Bangunan Gedung Hijau C. Orientasi arsitektur tropis terhadapa bangunan hijau 1. Orientasi Bangunan Terhadap Matahari dan Angin Tujuan utama adalah bagaimana mempertahankan keseimbangan antara priode kekurangan panas dimana sinar matahari diperlukan dan periode kelebiahan panasdimana sinar matahari harus dihindarkan. Lintasan matahari dan angin bervariasitergantung pada musim dan lokasi tapak. H 038 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Di Indonesia yang merupakan daerah panaslembab, sebaiknya orientasi bangunan: Bentuk bangunan memanjang arah Timur-barat dengan bidang timur danbarat sekecil mungkin; Mengurangi pemanasan matahari; Memanfaatkan angin agar terjadi pendinginan karena penguapan; Sebaiknya memasang kisi-kisi peneduh matahari pada jendela dan ruang outdoo.r Samsuddin b) Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya. c) Menghilangkan kalor yang berlebihan. d) Membantu mendapatkan kenyamanan termal. Ventilasi ruangan yang layak ditempati, misalkan kantor, pertokoan, pabrik, ruang kerja, kamar mandi, binatu dan ruangan lainnya untuk tujuan tertentu, harus dilengkapi dengan ventilasi alami dan atau ventilasi mekanis. 1) Ventilasi Alami Gambar 4. Ilustrasi orientasi bangunan terhadap pola edar Matahari Gambar 5. Memaksimalkan energi sinar matahari tehadap bangunan 2. Orientasi Bangunan Terhadap Bukaan Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar kedalam gedung dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Ventilasi bertujuan: a) menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan dan proses-proses pembakaran. Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan temperatur, sehingga terdapat gasgas panas yang naik di dalam saluran ventilasi. Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan: Jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi, ventilasi menghadap ke arah halaman berdidnding, atau daerah yang terbuka ke atas, atauteras terbuka, pelataran parkir, atau sejenis; atauruang yang bersebelahan. Keberhasilan ventilasi alami sangat bergantung pada kualitas udara lingkungan, sehingga udara lingkungan yang sejuk dan sehat menjadi modal utama. Untuk mendapatkan kenyamanan termal dengan pengkondisian alami dapat dilakukan dengan : Sumbu panjang bangunan (orientasi bangunan), sumbu panjang bangunan setidaknya sejajar dengan sumbu timur dan barat (bersudut 5 dari sumbu timur-barat). Hal ini agar akan yang ada menghadap utara dan selatan. Penetrasi sinar matahari langsung juga dapat diminimalkan karena sisi terpendek berhadapan dengan matahari timur dan barat. Tidak adanya material keras di sekeliling bangunan. Perlu diingat material di sekeliling bangunan akan menyerap panas. Halaman yang ditanami vegetasi pohon dan rumput Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 H 039

Konsep Arsitektur Tropis pada Green Building sebagai Solusi Hemat Biaya ( Low Cost ) akan memanfaatkan panas untuk proses asimulasi sehingga akan menambah sejuk udara sekeliling. Hindari pemakian beton, aspal dan paving blok di sekeliling bangunan. Bangunan sedapat mungkin ditengah lahan atau memungkinkan mendapatkan hembusan angin pada semua sisi untuk membantu menyejukkan permukaan bangunan. Bangunan hijau dikaitkan dengan arsitektur tropis dapat dilihat dari pengehematan energy alam, penggunaan cahaya alami dan penghawaan alami merupakan bentuk terhubungnya antara bangunan hijau dan arsitektur tropis. Daftar Pustaka Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, No. 2 Tahun 2015., Tentang Bangunan Gedung Hijau Katalog Booth Kementerian PU. http://www.arsiteka.com/2008/11/teori-sajian-desainarsitektur-tropis.html (diakses pada tanggal 03-09- 2017, 10:55 WITA). http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/arsitekturtropis.html (diakses pada tanggal 03-09-2017, 11:30 WITA). Gambar 6. Prinsip aliran udara melalui ventilasi dan Sistem ventilasi silang 2) Ventilasi Mekanis Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi persyaratan tidak memadai. Kesimpulan Bangunan hijau merupakan bangunan yang secara keseluruhan harus menggunakan penghematan energy dan ramah lingkungan pada bangunan, itu berhubungan erat dengan adanya arsitektur tropis yang mengoptimalkan lingkungan serta iklim tropis. H 040 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017