BAB V PEMBAHASAN. A. Jumlah kasus penyakit diare di Kecamatan Tengaran tahun di kecamatan Tengaran tahun 2016 sebanyak 2065 kasus dengan kasus

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

PETA WILAYAH KECAMATAN TENGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing. Kewajiban lainnya adalah melakukan administrasi. medis yang tertib yaitu dengan sistem dan prosedur yang efisien dan

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. supervisi dinas kesehatan kabupaten atau kota. Puskesmas mempunyai tugas

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada


BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010).

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

No. Kode : Terbitan : No. Revisi : Tgl.Mulai Berlaku:

2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan ibu ibu atau warga desa mampu : Menjelaskan pengertian diare

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS ( SP2TP ) Dr. H. Fahrurazi, M. Kes

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB V HASIL PENELITIAN. Kota Denpasar terletak diantara 08 35"31' "49' Lintang Selatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT

4.3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Nuraida dkk, 2014). Sedangkan pada kenyataannya masih banyak

BAB IV HASIL PENELITIAN. 01 kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarag Utara Kota Semarang. Puskesmas memiliki luas tanah 567 dan luas bangunan 346

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini keadaan gizi masyarakat Indonesia masih belum. menggembirakan. Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang ekonomi maupun bidang kesehatan.

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Jumlah kasus penyakit diare di Kecamatan Tengaran tahun 2016 Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa jumlah kasus diare di kecamatan Tengaran tahun 2016 sebanyak 2065 kasus dengan kasus tertinggi berada di desa Cukil yaitu sebanyak 418 kasus dan kasus terendah berada di desa Nyamat yaitu 8 kasus. Pada tahun 2015 kasus diare di kecamatan Tengaran sebanyak 2102 kasus yang berarti jumlah kasus diare tahun 2016 berkurang dari tahun sebelumnya meskipun tidak signifikan. Menurut penelitian terdahulu terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare, diantaranya adalah faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Pada faktor Pendidikan, kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP keatas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD kebawah. Pada faktor perilaku ada dua faktor dominan yang menyebabkan diare yaitu pembuangan tinja dan sarana air bersih yang berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan perilaku manusia yang tidak sehat maka dapat menimbulkan penyakit diare. Selain itu faktor pendidikan juga berpengaruh, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik tingkat kesehatan orang tersebut. (21) 54

55 Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya membuat peta dan diagram dari hasil rekapitulasi laporan bulanan kasus diare di Kecamatan Tengaran tahun 2016 tanpa meneliti apa sebab yang melatarbelakangi suatu daerah dan suatu kelompok umur rentan terkena diare. B. Jumlah unit pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk tiap desa di kecamatan Tengaran tahun 2016 Berdasarkan hasil pengataman diketahui bahwa jumlah penduduk di kecamatan Tengaran sebanyak 64410 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak berada pada desa Tegalrejo yaitu sebanyak 5997 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada pada desa Nyamat yaitu 1472 jiwa. Kecamatan Tengaran memiliki 10 unit pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Jumlah penduduk kecamatan Tengaran pada tahun 2015 sebanyak 66691 jiwa dan sedikit berkurang ditahun 2016. Sedangkan menurut penelitian terdahulu, pada daerah permukiman padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar berat, untuk daerah permukiman agak padat tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar sedang dan daerah yang permukiman tidak padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar ringan sehingga kepadatan penduduk mempengaruhi terjadinya diare. (23) Fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan tindakan preventif salah satunya penyuluhan kesehatan dan kuratif atau

56 pengobatan terhadap kasus diare. Menurut penelitian terdahulu tidak ada hubungan signifikan antara efektifitas penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dengan kejadian diare. Faktor-faktor yang menghambat efektifitas penyuluhan kesehatan adalah adanya tradisi, kepercayaan masyarakat, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan dan sikap dan perilaku tokoh masyarakat, dan tokoh agama serta petugas kesehatan. (24) Berdasarkan hasil penelitian yang lainnya menunjukkan bahwa pelaksanaan penyuluhan kesehatan telah mampu mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan sesuatu yang bernilai dimasyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan menggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada sehingga fasilitas pelayanan kesehatan yang ada berpengaruh terhadap pencegahan kasus diare yang terjadi. (26) C. Persebaran Penyakit Diare Berdasarkan Wilayah Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 Berdasarkan pengolahan data kasus diare tahun 2016 di kecamatan Tengaran didapatkan bahwa wilayah desa yang paling rentan terkena penyakit diare adalah desa Cukil dengan presentase kasus diare mencapai 11,31 %. Diikuti desa Klero dengan presentase kasus diare mencapai 6,85 %. Jumlah penduduk desa Cukil dan Klero tergolong dalam kepadatan penduduk kategori sedang. Kemudian desa

57 Karangduren di posisi ketiga dengan presentase kasus diare sebesar 5,89 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk yang padat. Dan desa yang paling jarang terkena diare yaitu desa Nyamat dengan presentase kasus diare mencapai 0,54 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk jarang. Sedangkan berdasarkan penelitian terdahulu, pada daerah permukiman padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar berat, untuk daerah permukiman agak padat tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar sedang dan daerah yang permukiman tidak padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar ringan sehingga kepadatan penduduk mempengaruhi terjadinya diare. (23) Menurut hasil penelitian lain, Kepadatan pemukiman dipicu oleh kepadatan penduduk. Pemukiman atau perumahan yang padat sangat berhubungan dengan kondisi kesehatan penduduknya. Faktor yang menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut antara lain fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial bagi individu dan keluarganya. Semakin padat jumlah penduduk maka semakin meningkatkan resiko penyakit diare. (27) Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat hubungan yang kuat antara kualitas permukiman terhadap kesehatan masyarakat. Kualitas pemukiman yang buruk dipicu oleh kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan luas wilayah memunculkan slum area dengan segala masalah kesehatan masyarakatnya. Jika kualitas

58 permukiman buruk meningkat maka nilai Incident Rate (IR) akan meningkat juga. Untuk meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat yang baik maka beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya yaitu selalu menjaga kondisi kualitas lingkungan permukiman. Lingkungan yang nyaman dan sehat akan memunculkan perilaku hidup yang sehat pula. (28) D. Perbandingan Persebaran Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan di Setiap Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 Kecamatan Tengaran memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berjumlah 10 unit yang berada di 6 desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Tengaran. Artinya keberadaan FKTP di Kecamatan Tengaran hanya 40 %. Berdasarkan hasil pengamatan, dua desa yang memiliki kasus diare paling tinggi adalah desa Cukil dan Karangduren dan tidak memiliki FKTP. Desa Cukil memiliki kasus diare sebanyak 418 penderita. Diikuti desa Karangduren sebanyak 256 penderita. Kemudian desa yang mempunyai FKTP yaitu desa Klero dengan 4 FKTP, kasus diarenya mencapai 194 penderita. Desa Sruwen mempunyai 1 FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 189 penderita. Sedangkan desa Nyamat tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 8 penderita yang merupakan kasus diare paling sedikit. Fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan tindakan preventif dan kuratif terhadap kasus diare. Menurut penelitian terdahulu menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara efektifitas penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan

59 kesehatan dengan kejadian diare. Faktor-faktor yang menghambat efektifitas penyuluhan kesehatan adalah adanya tradisi, kepercayaan masyarakat, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan dan sikap dan perilaku tokoh masyarakat, dan tokoh agama serta petugas kesehatan. (24) Berdasarkan suatu penelitian diketahui bahwa fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam melakukan tindakan preventif terhadap suatu penyakit salah satunya tindakan penyuluhan kesehatan dan juga tindakan kuratif atau pengobatan. Masyarakat yang mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare maka sikap masyarakat dalam mencegah diare baik, dan sebaliknya semakin tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare maka antusiasme masyarakat dalam mencegah diare buruk. (29) E. Jumlah Pasien Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jumlah Penduduk di Setiap Desa di Wilayah Puskesmas Tengaran Tahun 2016 Berdasarkan pengolahan data kasus diare tahun 2016 di kecamatan Tengaran didapatkan didapatkan bahwa wilayah desa yang paling banyak kasus diarenya adalah desa Cukil dengan presentase kasus diare mencapai 11,31 %. Diikuti desa Klero dengan presentase kasus diare mencapai 6,85 %. Jumlah penduduk desa Cukil dan Klero memiliki jumlah penduduk yang tergolong kedalam kategori sedang. Kemudian desa Karangduren di posisi ketiga yaitu presentase kasus diare sebesar 5,89 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk yang padat. Dan desa yang paling karang terkena diare yaitu desa Nyamat

60 dengan presentase kasus diare mencapai 0,54 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk jarang. Kecamatan Tengaran memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berjumlah 10 unit yang berada di 6 desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Tengaran. Artinya keberadaan FKTP di Kecamatan Tengaran hanya 40 %. Berdasarkan hasil pengamatan, dua desa yang memiliki kasus diare paling tinggi yaitu desa Cukil dan Karangduren dan tidak memiliki FKTP. desa Cukil memiliki kasus diare sebanyak 418 penderita. Diikuti desa Karangduren sebanyak 256 penderita. Kemudian desa yang mempunyai FKTP yaitu desa Klero dengan 4 FKTP, kasus diarenya mencapai 194 penderita. Desa Sruwen mempunyai 1 FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 189 penderita. Sedangkan desa Nyamat tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 8 penderita yang merupakan kasus diare paling sedikit. Fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan tindakan preventif dan kuratif terhadap kasus diare. Menurut penelitian terdahulu menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara efektifitas penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dengan kejadian diare. Faktor-faktor yang menghambat efektifitas penyuluhan kesehatan adalah adanya tradisi, kepercayaan masyarakat, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan dan sikap dan perilaku tokoh masyarakat, dan tokoh agama serta petugas kesehatan. (24) Sedangkan berdasarkan penelitian terdahulu, pada daerah permukiman padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli

61 dengan kategori cemar berat, untuk daerah permukiman agak padat tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar sedang dan daerah yang permukiman tidak padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar ringan sehingga kepadatan penduduk mempengaruhi terjadinya diare. (23) Menurut suatu penelitian diketahui wilayah yang sangat padat penduduknya yaitu sebesar 155 jiwa/km 2 dari 11.065 jiwa dan merupakan wilayah yang cukup tinggi kasus diarenya yaitu sebesar 15,3% dari 483 kasus. Kemudian wilayah dengan penduduk sebesar 113 jiwa/km 2 dari 16.003 jiwa dengan kasus diare sebesar 49,4% dari 483 kasus. Hal ini terbukti bahwa faktor kepadatan penduduk mempunyai resiko distribusi penyakit diare. Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan luas wilayah memunculkan slum area dengan segala masalah kesehatan masyarakatnya. (30) F. Jumlah Kasus Diare Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan tengaran Tahun 2016 Berdasarkan pengolahan data kasus diare tahun 2016 di kecamatan Tengaran didapatkan bahwa kelompok umur yang paling tinggi terkena penyakit diare adalah kelompok umur dewasa dengan presentase kejadian diare sebesar 41 %. Kemudian kelompok umur anak dengan presentase kejadian diare sebesar 24 %. Dan kelompok umur yang paling jarang terkena penyakit diare adalah kelompok umur remaja dengan presentase kejadian diare sebesar 5,52 %. Menurut penelitian terdahulu, kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan

62 mempengaruhi kejadian diare. Orang dewasa yang mencuci tangan setelah BAB dan sebelum makan secara rutin dapat meminimalisir kejadian diare. Apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan perilaku manusia yang tidak sehat maka dapat menimbulkan penyakit diare. Selain itu faktor tingkat pendidikan juga berpengaruh. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik tingkat kesehatan orang tersebut. (22) Hasil suatu penelitian, penduduk yang paling banyak terkena kasus diare adalah kelompok umur 17-59 tahun sebesar 730 jiwa dengan presentase 49,1%. (31) G. Alur pelaporan kejadian penyakit diare di kecamatan Tengaran Pelaporan penyakit diare di kecamatan Tengaran dimulai dari bidan di tiap desa yang melakukan pelaporan ke puskesmas Tengaran kemudian petugas pelaporan Puskesmas Tengaran merekap laporan tersebut sehingga menjadi laporan bulanan rekapitulasi kasus diare di wilayah puskesmas Tengaran. Kemudian laporan bulanan tersebut diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kekurangan dalam proses pelaporan puskesmas adalah bidan desa kurang rajin melakukan pelaporan ke puskesmas Tengaran sehingga pelaporan kasus diare yang dihasilkan kurang akurat. Sedangkan menurut teori, proses pelaporan puskesmas berawal dari laporan dari Pustu, Bidan Desa, Puskesmas keliling dan Posyandu disampaikan ke pengelola SP2TP Puskesmas kemudian Pengelola menyusun dan mengkompilasi data yang bersumber dari sensus harian dan laporan bulanan penyakit diare kemudian dimasukkan ke formulir

63 laporan untuk dikirim ke Dinas Kesehatan kabupaten / kota. Hasil olahan data diare tersebut dianalisa dan disajikan untuk mengambil keputusan. (25)