BAB I PENDAHULUAN ISOLASI DAN IDENTIFIKASI..., RICKY SINGGIH PURNOMO,ARGOTEKNOLOGI, UMP 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bawang merah (Allium ascolanum L.) termasuk salah satu tanaman sayuran umbi multiguna.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. organik disamping pupuk anorganik (Rubiyo dkk., 2003). Pupuk organik tersebut

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam (Anonim, 2007). Namun akhir-akhir ini

Oleh: ANA KUSUMAWATI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Chemoautotropic Eubacteria

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999

TINJAUAN PUSTAKA. dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

PENDAHULUAN. mediteran. Kemudian menyebar luas ke beberapa negara di daerah tropis seperti. kubis krop, kubis daun dan kubis bunga (Arief, 1990).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman yang berasal

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

STUDI IDENTIFIKASI MITOSIS AKAR BAWANG MERAH MEDIA PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Sawi Hijau (Brassica rapa I. Subsp. PerviridisBayley)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Botani dan Kandungan Gizi Tanaman Bawang Merah. dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merupakan umbi sejati seperti

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur atau fungi adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, tetapi tidak mempunyai klorofil. Namun disisi lain jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti benang, bersel banyak, dan seluruh bagian dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri, maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati maupun yang masih hidup. Jamur yang hidup pada tanaman yang masih hidup disebut parasit, karena menyebabkan penyakit pada tanaman/patogen (Pracaya, 2007). Keanekaragaman mikroorganisme penting dalam keseimbangan ekosistem tanah (Fachrul 2008), merupakan indikator kesehatan tanah (Mazzola 2004), dan dapat mempengaruhi kondisi tanaman yang tumbuh di atasnya. Tempat dimana para mikroorganisme ini beraktifitas biasa disebut dengan rizosfer. Rizosfer merupakan bagian tanah yang memiliki aktivitas metabolisme tertinggi, didefinisikan sebagai sebagian kecil volume tanah yang langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan dan metabolisme akar tanaman (Niswati et al. 2008). Rizosfer merupakan daerah ideal bagi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme termasuk agensia pengendali hayati (Campbell & Reece 2005). Kelimpahan mikroorganisme di daerah rizosfer sangat beragam dan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya berbeda-beda (Lynch 1990). Perbedaaan kelimpahan bakteri dari wilayah yang berbeda dipengaruhi oleh adanya eksudat akar dan didukung dengan lingkungan di dalam tanah yang akan mempengaruhi interaksi organisme antara mikroba tanah, tanaman dan 1

tanah (Soesanto 2008). Makin banyak dan padat akar suatu tanaman di dalam tanah, makin kaya kandungan senyawa organik pada rizosfer sehingga makin padat pula populasi mikroba tanah, termasuk agen hayati. Seiring dengan pendapat dari Degens et al. (2000) bahwa perubahan penggunaan lahan dapat mempengaruhi populasi dan komunitas mikroba dalam tanah. Tanaman tidak bisa hidup terlepas dari Rizosfer seperti tanaman bawang merah. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan sayuran umbi yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan, di samping sebagai obat tradisional karena efek antiseptik senyawa anilin dan alisin yang dikandungnya (Rukmana, 1994). Bahan aktif minyak atsiri bawang merah terdiri dari sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, dan floroglusin (Muhlizah dan Hening-S, 2000). Bawang merah termasuk dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo Liliales, familia Liliaceae, genus Allium, spesies Allium ascalonicum L., sinonim Allium cepa var. ascalonicum. Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi, hingga ketinggian ± 1.100 m dpl. Namun produksi terbaik dihasilkan di dataran rendah (0-500 m dpl), bersuhu 25-32 C, ph tanah antara 5,5-6,5, dan mendapat sinar matahari ± 70% (Rukmana, 1994; Wibowo, 1991). Diantara banyak jamur atau fungi yang biasa hidup di daerah perakaran bawang merah salah satunya adalah Alternaria porri. Alternaria porri adalah jamur berwarna cokelat, konidium dan konidofor berwarna hitam atau cokelat, konidium berbentuk gada yang bersekat-sekat, pada salah satu ujungnya membesar dan tumpul, ujung lainnya menyempit dan agak panjang. Konidium dapat disebarkan oleh angin dan menginfeksi tanaman melalui stomata atau luka yang terjadi pada tanaman (Anonim, 2006). Penggunaan pupuk dan insktisida pada bawang merah dapat menimbulkan efek samping yakni diantaranya pencemaran logam berat seperti pada kasus kecelakaan merkuri di Minamata Jepang tahun 1953 yang secara intensif dilaporkan, isu pencemaran logam berat meningkat sejalan 2

dengan pengembangan berbagai penelitian yang mulai diarahkan pada berbagai aplikasi teknologi untuk menangani polusi lingkungan yang disebabkan oleh logam berat. Kecemasan yang berlebihan terhadap hadirnya logam berat di lingkungan disebabkan tingkat keracunannya yang sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan makhluk hidup (Suhendrayatna, 2001). Beberapa ion logam berat, seperti arsenik, timbal, kadmium dan merkuri pada kenyataannya berbahaya bagi kesehatan manusia dan kelangsungan kehidupan di lingkungan (USDA NRCS, 2000). Salah satu logam berat pencemar di lingkungan yang membahayakan kesehatan apabila terakumulasi banyak di jaringan tubuh adalah timbal (Pb). Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah umumnya sudah bersifat racun baik bagi tumbuhan, hewan maupun manusia (Anonim, 1976). Logam berat dapat memasuki tanah melalui sumber yang berbeda-beda sehingga menjadi polutan. Pupuk, pestisida, penambahan bahan organik dan anorganik, residu limbah dan lumpur aktif mengandung sejumlah logam berat (Yulipriyanto, 2010). Pada dasarnya limbah dari industri adalah penyumbang logam berat terbanyak. Limbah yang biasa mengandung logam berat berasal dari pabrik kimia, listrik, dan elektronik, logam, dan penyepuhan elektro (electroplating), kulit, metalurgi dan cat serta bahan pewarna. Limbah padat pemukiman juga mengandung logam berat (Yong, et al, 1992). Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan (Widowati, 2008). Salah satu logam berat yang perlu mendapat perhatian lebih adalah Pb. Hal ini menjadi sangat penting jika kita menyadari bahwa budidaya tanaman yang intensif, dengan pengunaan pupuk kimia yang tinggi dan terus menerus, telah menyebabkan tingginya residu pupuk,dan meningkatkan kandungan logam berat terutama Pb dalam tanah. Hasil identifikasi yang dilakukan Kasno et al., (2003) menunjukkan 21-40% lahan sawah di jalur pantura Jawa Barat tercemar logam berat, bahkan 4-7% diantaranya dikategorikan tercemar 3

berat oleh Pb (> 1,0 ppm). Peran Pb sebagai hara tumbuhan juga belum diketahui, unsur ini merupakan pencemar kimiawi utama terhadap lingkungan, dan sangat beracun bagi tumbuhan, hewan, dan manusia (Mengel dan Kirkby, 1987). Kecamatan Wanasari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Kabupaten Brebes, Kecamatan Wanasari memiliki luas wilayah seluas 74,44 km 2, yang artinya kecamatan ini merupakan salah satu yang terbesar di Kabupaten Brebes (Anonim, 2016). Telah lama diketahui bahwa jamur menghasilkan metabolit dalam bentuk asam-asam organik. Berbagai asam organik diketahui memiliki kemampauan untuk melakukan kompleksasi atau menjadi agen pengkhelat logam. Beberapa jamur diketahui mampu menghasilkan asam organik dalam metabolismenya dengan kehadiran logam berat dalam tanah. Asam oksalat dan asam sitrat adalah contoh asam organik dengan berat massa rendah yang dapat dihasilkan jamur. Asam organik berberat massa rendah diketahui dapat mempengaruhi distribusi logam dalam tanah yaitu memobilisasi logam berat dengan pembentukan kompleks metal yang larut. Proses mobilisasi ini dipengaruhi beberapa faktor fisik seperti suhu, kelembaban dan penyediaan hara. Maka dari itu penulis mencoba mencari fungi apa saja yang tidak bersimbiosis dengan tanaman bawang merah yang berpotensi sebagai agen bioremediasi. Bioremediasi adalah satu alternatif untuk menangani toksisitas logam berat terhadap tanaman pada tanah-tanah tercemar. Pulihan lingkungan oleh mikroorganisme dianggap sebagai strategi potensial dalam mereduksi kontaminasi logam-logam berat yang terjadi di lingkungan (Gandjar et al. 2006). Keunggulan dari bioremediasi adalah proses alami yang dapat diterapkan ditempat yang sulit dijangkau, lingkungan di bawah permukaan tanah, tidak mahal, tidak menghasilkan limbah yang baru (masalah baru), dan ramah lingkungan (Chairiyah, et al. 2013). 4

5

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah bagaimana keragaman fungi non-simbiosis pada rizosfer bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada lahan tercemar logam berat Pb di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman fungi non-simbiosis pada rizosfer bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada lahan tercemar logam berat Pb di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. D. Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian adalah untuk menambah informasi tentang keragaman fungi non-simbiosis pada rizosfer bawang merah khususnya pada Kecamatan Wanasari yang berpotensi untuk bioremediasi. E. Hipotesa Diduga terdapat keragaman fungi non-simbiosis yang terdapat pada rizosfer bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada kondisi cekaman logam berat Pb di Kecamatan Wanasari. 6