BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung dalam kehidupan masyarakat disekitarnya. Setiap aktifitas sosial yang dilakukan maupun yang di lihat manusia akan menumbuhkan pengalaman bagi manusia. Pengalaman itu tentu ada yang cukup menarik untuk diekspresikan atau direfleksikan menjadi sebuah karya sastra. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sohaimi (1992: 1) sastra tidak diilhamkan dalam kekosongan sosial. Pendapat Sohaimi menunjukkan bahwa sastra memiliki hubungan dengan manusia. Sebab karya sastra adalah hasil dari pemikiran dari seorang pengarang. Dengan demikian, manusia telah mengambil suatu sikap kreatif dengan menampilkan hasil pengamatannya terhadap lingkungan dan waktu menjadi sebuah karya sastra. Karya sastra yang dihasilkan pengarang tersebut banyak jenisnya, salah satunya adalah mistik. Mistik ada sejak manusia Melayu ada di bumi ini. Mistik merupakan jawaban terhadap segala fenomena alam jauh sebelum peradaban Islam masuk ke Melayu. Pada masa itu masyarakat Melayu masih berkehidupan serba subjektif, abstrak, dan spekulatif sesuai dengan kedudukan sosialnya. Di antara masyarakat Melayu masih ada yang berusaha merasionalkan paham mistik yang dianutnya dan ada pula yang tegas-tegas lepas sama sekali dari tuntutan kemajuan zaman ini.
Dalam khasanah kesusastraan Melayu mistik tergolong dalam sastra tradisi. Mistik yang terdapat dalam kesusastraan masyarakat Melayu Batubara di kemas dalam upacara ritual. Upacara ritual ini berlangsung dihadapan para sanak keluarga dan masyarakat kampung. Kondisi masyarakat Melayu pada saat upacara ritual yang menjadikan mistik memiliki keunikan tersendiri. Karena suatu kejadian yang tidak mungkin menurut orang awam, menjadikan mistik menjadi suatu yang istimewa. Keunikan di sini adalah bahwa mistik ini bukan saja merupakan suatu upacara ritual untuk pengobatan dan keselamatan kampung, tetapi lebih dari itu. Mistik ini juga merupakan media penyampaian nasihat dari seorang yang dituakan, dihormati atau biasa disebut Datuk, agar masyarakat Melayu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai pencipta alam di bumi ini. Paham mistik atau mistisisme merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba mistis (misal, ajarannya berbentuk rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutnya. Selain serba mistis, ajarannya juga serba subyektif, tidak objektif. Tidak ada pedoman dasar yang universal dan yang otentik. Bersumber dari masyarakat dan pribadi tokoh utamanya sehingga paham mistik itu berbeda satu sama lain. Sehingga pembahasan dan pengalaman ajarannya tidak mungkin dikendalikan dalam arti yang semestinya. Salah satu bagian dari kegiatan Mistik berkaitan dengan keadaan alam. Sebab alam dengan berbagai fenomena dapat memberikan hikmah untuk kelangsungan hidup manusia. Unsur-unsur alam seperti malam, siang,
bulan, matahari, pohon, laut dan lain-lain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dan alam berada dalam kesatuan yang harmoni dan saling melengkapi. Manusia harus dapat menjaga perlakuan dan tata susila kepada makhluk Allah SWT yang lain. Manfaat alam untuk manusia adalah menjadikan manusia lebih beriman dan bertanggung jawab akan alam. Karena yang menciptakan alam dan manusia adalah Allah SWT. dan manusia menggunakan alam untuk memudahkan sebuah kehidupan. Masyarakat Melayu walaupun telah beratus tahun memeluk agama Islam dan menjalankan syariat Islam, namun masih juga ada penyimpangan kepercayaan dengan memberi tambahan perwujudan syariat, yaitu mempelajari serta mengamalkan mistik. Secara gamblang mistik merupakan suatu bentuk karya sastra yang berkaitan erat dengan kepercayaan atau religiositas. Karena mistik membutuhkan kepercayaan. Mistik sudah ada sejak manusia Melayu itu ada. Mistik merupakan jawaban terhadap segala fenomena alam, jauh sebelum peradaban Islam masuk ke ras Melayu. Hal ini tidak berarti bahwa mereka telah meninggalkan sama sekali kepercayaan dan tradisi lama. Sebagaimana dengan suku bangsa lainnya, masyarakat Melayu juga melaksanakan upacaraupacara ritual pada saat-saat tertentu. Keadaan inilah yang mendorong penulis untuk mengangkat teks-teks mistik tersebut untuk dijadikan bahan kajian penulisan skripsi ini. Selama ini penulis ketahui, belum ada pembicaraan secara ilmiah tentang teks mistik ini. Oleh sebab itu, penulis ingin mengungkapkan nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam teks-teks mistik tersebut. 1.2 Masalah Berdasasarkan hal-hal di atas secara ringkas masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Bagaimana mistik dapat diterima oleh masyarakat Melayu Batubara. 2 Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam teks mistik 3 Bagaimana pengaruh mistik terhadap alam dalam pengembangan masyarakat Melayu Batubara. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui fenomena masyarakat Melayu yang percaya kepada mistik. 2. Mengetahui citra masyarakat akan nilai-nilai yang terkandung dalam mistik. 3. Mengetahui pengaruh mistik terhadap alam dalam pengembangan masyarakat Melayu Batubara. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1 Masyarakat dapat mengetahui dan memahami sastra tradisi yang terdapat di Batubara, khususnya tentang teks-teks Mistik. 2 Masyarakat dapat mengetahui dan memahami nilai-nilai religius yang terdapat di dalam teks-teks mistik. 3 Dapat dijadikan sumber acuan bagi para peneliti sastra Melayu dan juga dapat membantu para pengajar dalam bidang kajian teks-teks Melayu.
1.5 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan sebuah referensi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis yakin belum ada yang meneliti tentang judul skripsi ini secara signifikan. Namun, agar skripsi ini mempunyai dasar dan landasan yang kuat, selain melakukan penelitian, penulis juga menggunakan buku yang menyangkut daerah, analisis, dan objek kajian. Adapun yang pernah meneliti adalah, Ruslani (2004), Tabir Mistik Alam Gaib dan Perdukunan dalam pembahasannya mengatakan, apapun yang dipelajari oleh ahli mistik atau dukun itu selalu berasal dari dukun lain, yang demikian menjadi gurunya. Dan apapun yang dia pelajari, dia dan orangorang lain menyebut itu sebagai ilmunya. Kemudian Maniyamin Bin Haji Ibrahim (2005), Citra Takmilah, Analisis Terhadap Kumpulan Puisi Islam beliau juga mengupas secara ilmiah tentang citra manusia dalam puisi-puisi Melayu, khususnya puisi yang berunsur Islam. 1.6 Ruang Lingkup Pembatasan masalah sangat penting di dalam suatu pengkajian. Hal ini bertujuan agar pembahasannya lebih terarah. Citra manusia dengan alam dalam teks mistik masyarakat Melayu ini penulis batasi hanya pada nilai religi, moral, kerukunan, dan kesejahteraan. 1.7 Landasan Teori Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah. Teori yang diperlukan untuk membimbing dan
memberi arah, sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Teori yang penulis gunakan untuk mengkaji nilai-nilai teks mistik ini adalah teori Shafie Abu Bakar, yang berdasarkan sifat ketuhanan, sifat kesempurnaan Tuhan, sifat Tuhan dalam hubungannya dengan makhluk-nya. Sifat ini melambangkan kesempurnaan sikap pengarang. Dan pendekatan citra menggabungkan semuanya, dan hasilnya terdapat empat citra manusia yang terpancar dalam mistik, yaitu manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan seni sastra, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Sempurna terlihat pada segala ciptaan Tuhan, sempurna yang mencerminkan Tuhan, manakala indah adalah melihat segala ciptaan Tuhan, indah yang mencerminkan keindahan Tuhan yang juga sempurna, termasuk yang melihat seni sastra berpaut pada aspek indah, tidak lain daripada manifestasi sempurna. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan pendekatan didaktis, Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap seseorang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis maupun organis, sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Dari pendapat di atas, bahwa karya sastra merupakan wadah yang cukup dapat diandalkan untuk menanamkan nilai-nilai moral dalam jiwa masyarakat, sehingga segala sesuatu perbuatan yang akan dilakukan akan dipertimbangkan baik buruknya dari segi moral. Nilai-nilai didaktis yang terkandung oleh sebuah karya sastra dapat berupa ajaran religius dan kepercayaan.
Penulis juga menggunakan teori Safian Hussain et al.,. (1988: 107) yang mengatakan, Citra atau imej adalah salah satu unsur yang tersendiri dalam bahasa seni yaitu sebagai satu cara mengemukakan pengalaman dan penggolakan emosi. Ini berbeda dengan proses-proses menyederhanakan dan mengkonsepsikan sesuatu dalam ilmu sains dan falsafah. Meskipun dalam penggunaan yang lebih kritis, pada dasarnya pengertiannya masih tetap sama yaitu citra atau imej merupakan suatu gambaran yang literal dan konkrit daripada satu pengalaman pancaindera atau dari sesuatu objek yang pengertiannya boleh dipahami oleh seseorang atau oleh umum. Dari pendapat di atas bahwa, budaya mencerminkan karakter masyarakat pada zamannya. Imej atau sifat melambangkan kesempurnaan sikap dari pengarang. Gambaran atau tanggapan kreatifitas oleh pengarang dan ketepatan menggunakan kata-kata dalam karya sastra. Oleh karena itu citra dapat dipahami sebagai gambaran atau tanggapan pembaca atau pendengar yang terkesan hasil daripada kejayaan deskripsi objek oleh pengarang dalam karya ciptaannya. 1.8 Metodologi Metode kerja memang mutlak diperlukan dalam mengadakan suatu penelitian, apalagi pada bidang kerja yang bersifat ilmiah. Metode kerja merupakan salah satu prosedur yang harus ditempuh. Sehubungan dengan itu Fuad Hasan (dalam Koentjaraningrat, 1991 : 7) mengatakan, bahwa selaku hal lain dalam dunia keilmuan segera dilekatkan pada masalah sistem adalah metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka metode (Yunani : Methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja, cara kerja itu dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
1.8.1 Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Metode survey yaitu mengamati daerah untuk mencari keteranganketerangan secara faktual, demi mencapai proses pembedahan terhadap keadaan yang sedang berlangsung. Menurut Nazir, (1988 : 65) Metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, budaya, politik dari suatu kelompok dan dari suatu daerah. Metode deskriptif yaitu pemusatan diri pada pemecahan masalahmasalah yang sifatnya faktual. Menurut Nawawi (1991 : 63) menjelaskan, metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan / melukiskan keadaan subjek / objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Melalui metode kerja deskriptif ini akan digambarkan seluruh fakta yang terdapat dalam teks mistik masyarakat Melayu Batu Bara, baik mengenai unsur intrinsiknya maupun unsur ekstrinsiknya. 1.8.2 Metode Pengumpulan Data Suksesnya suatu penelitian tergantung kepada kemampuan memilih serta menyusun data yang relevan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam menganalisa teks mistik masyarakat Melayu Batu Bara digunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data dengan mencari sumber yang dapat dipercaya. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik catat, rekam dan wawancara langsung. Agar mendukung dan membantu mengarahkan
ke arah pemecahan masalah. Penulis menambah dengan mencari buku-buku yang relevan ke perpustakaan atau menggunakan teknik penelitian studi dokumenter. Menurut Hadari Nawawi (1991 : 55) bahwa, Teknik penelitian dokumenter merupakan cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen, buku, koran, majalah dan lain-lain. 2. Mengevaluasi data dan menganalisis data. Data yang dikumpulkan dievaluasi dengan melakukan kritik eksternal maupun internal. Lalu dilakukan analisis dengan arahan sesuai dengan tujuan penelitian.