BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) merupakan perusahaan asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi alumunium batangan, dengan mutu sesuai standar internasional untuk memenuhi kebutuhan luar negeri dan dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan Menengah khususnya di Sumatera Utara dan di Indonesia pada umumnya. Dalam merekrut tenaga kerja yang trampil dan handal PT. Inalum melakukan kerjasama dengan Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan Menurut Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturanperaturan mengenai tingkah laku orang sebagai anggota suatu masyarakat dan bertujuan mengadakan tata tertib di antara anggota-anggota masyarakat. 1 Subekti mengatakan bahwa, Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana 2 (dua) orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal 2 Dari peristiwa tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kedua orang itu dinamakan perikatan sehingga dikatakan bahwa perjanjian menerbitkan dan menimbulkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Perjanjian dalam Kitab 1 Djanianus Djamin dan Syamsul Arifin. Pengantar Ilmu Hukum. 1991. Medan. hal 5 2 R. Subekti. 1980. Hukum Perjanjian. Pembimbing Masa. Jakarta. hal 1.
Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) tidak diatur secara baku dan kaku, bahkan bersifat terbuka. Hal ini berarti bahwa dalam suatu perjanjian, para pihak dapat menyesuaikan dengan apa yang dipikirkan dan tersirat dalam hati masing-masing yang kemudian dimusyawarahkan untuk diwujudkan secara nyata dengan cara merangkumnya dalam klausula isi perjanjian oleh mereka yang mengadakan perjanjian. Dalam perjanjian tidak terdapat hubungan hukum yang timbul dengan sendirinya seperti yang dijumpai pada harta benda kekeluargaan. Hubungan hukum itu tercipta oleh karena adanya tindakan hukum (rechtshandling). Tindakan atau perbuatan hukum menimbulkan hubungan hukum perjanjian sehingga terhadap satu pihak diberi oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi, sedangkan pihak yang lain itu pun menunaikan prestasi. Jadi satu pihak memperoleh hak (recht) dan pihak lain memikul kewajiban (plicht) untuk menyerahkan atau menunaikan prestasi. Hak dan kewajiban tersebut didasarkan pada sebab tertentu yang membuat terjadinya kesepakatan kedua belah pihak atas semua syarat perjanjian. Hal ini terikat pada Pasal 1337 KUH Perdata yang menyatakan bahwa : Suatu sebab terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. Sehingga terdapat keterikatan yang tidak dapat dilepas karena di dalam melakukan perjanjian dibutuhkan hukum untuk mengatur jalannya suatu perjanjian dengan baik antara hukum dan perjanjian. Dalam pelaksanaan akta perjanjian biasanya telah ditentukan segala sesuatu yang menyangkut objek perjanjian tersebut. Prestasi itu adalah objek
atau voorwerp dan verbintenis. Hubungan hukum yang dilakukan berdasarkan tindakan hukum sama sekali tidak berarti bagi hukum perjanjian tanpa adanya prestasi. Terhadap suatu perjanjian, segala sesuatu yang menyangkut objek perjanjian tersebut seperti jangka waktu kontrak, pembagian keuntungan, penyelesaian permasalahan, dan lain-lain, biasanya telah ditentukan. Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang dianut dalam hukum perjanjian. Hukum kontrak mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan dengan hukum perjanjian. 3 Kontrak merupakan suatu kesepakatan yang diperjanjikan (promissory agreement) di antara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum. Tetapi KUH Perdata memberi pengertian pada kontrak sesuai dengan Pasal 1313 KUH Perdata yang berbunyi, yaitu: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Apabila terjadi wanprestasi maka hukum bertugas memberikan ganti rugi melalui subjek hukum yang terdapat dalam perjanjian dalam hal berkewajiban atas prestasi, terhadap subjek hukum lain yang terdapat dalam perjanjian tersebut dalam haknya atas prestasi. Suatu perjanjian tidak terlepas dari kontrak dan menganut asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak mengartikan bahwa para pihak bebas mengadakan perjanjian apa saja dengan berbagai bentuk, dengan ketentuan kontrak yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Asas kebebasan berkontrak ini dapat disimpulkan berdasarkan pada Pasal 1338 KUH Perdata, yang mengatakan bahwa segala 3 Ibid. hal 68
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal ini dimaksudkan sebagai pernyataan bahwa setiap perjanjian bersifat mengikat kedua belah pihak, disertai adanya asas kebebasan berkontrak. Masyarakat bebas untuk menentukan dan memilih pihak lain dalam melakukan perikatan (perjanjian) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan usaha agar lebih maju, lebih efisien dan lebih mendapatkan keuntungan kerjasama merupakan hubungan kerjasama yang dilandasi oleh prinsip saling menunjang berdasarkan asas kekeluargaan dan asas kebersamaan. Berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberikan syarat sahnya suatu perjanjian yaitu : 1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya ; 2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. suatu hal tertentu; 4. suatu sebab yang halal. Peristiwa hukum menyangkut lahirnya suatu perjanjian tidak terlepas dari kaidah dan asas umum dari suatu perjanjian, yaitu syarat dasar terbentuknya perjanjian itu sendiri dengan adanya asas kebebasan berkontrak sebagai landasan terbentuknya perjanjian. Asas kebebasan berkontrak yang dimaksud antara lain mengindikasikan bahwa dalam suatu perjanjian semestinya ada kesepakatankesepakatan dari masing-masing pihak yang dibentuk secara bebas tanpa paksaan, kebebasan membentuk keinginan para pihak untuk dicantumkan dalam suatu klausula perjanjian sangat penting bagi keabsahan dari perjanjian itu sendiri.
Sebagai alat bukti bagi para pihak, perjanjian kerjasama yang dilakukan secara tertulis ini dilakukan agar para pihak mendapatkan kepastian akan hak dan kepastian untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang telah dicapai atau sesuai dengan ketentuan undang-undang sehingga akan terlindungi oleh hukum apabila ada salah satu pihak yang wanprestasi atau tidak memenuhi kewajibannya, maka sanksinya akan mudah untuk diterapkan karena sudah ada alat buktinya. Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara para pihak adalah suatu hubungan hukum yang resmi dan sah, yang mencakup hak dan kewajiban para pihak secara rinci, yang harus dipatuhi selama masa perjanjian. Pasal-Pasal yang diperjanjikan harus difahami dengan cermat oleh masing-masing pihak, yang kemudian harus dijaga dan dipatuhi sebagaimana kesepakatan orang terhormat dan bermartabat (gentlemen agreement). 4 Dengan memperhatikan masalah-masalah tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Antara Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Sebagai Penyedia Jasa Pelatihan dengan PT. INALUM Sebagai Peserta (Studi Kasus Pada Kantor BBLKI Medan). Kesepakatan kedua belah pihak dalam perjanjian inilah yang kemudian menjadi latarbelakang penulisan skripsi ini, yang sebelumnya telah diuraikan secara umum bahwa setiap ketentuan dalam KUH Perdata agar diartikan sebagai 4 Muki Reksoprodjo, Manajemen Rumah Sakit dan Pihak Pembayar, Seminar Nasional VIII PERSI, Seminar Tahunan I Patient Safety, Hospital Expo XX, Jakarta 5-8 September 2007.
pedoman dalam kaitannya terhadap ketentuan lain yang terdapat dalam hukum perdata dengan tidak mengartikannya secara individual atau parsial. Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan (Pasal 9 Undang-Undang Ketenagakerjaan untuk selanjutnya disingkat UUK. Pasal 10 UUK pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik didalam maupun diluar hubungan kerja ayat (1), pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja ayat (2), pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang ayat (3), ketentuan mengenai tata cara penetapan standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur dengan keputusan menteri. Di dalam Pasal 13 UUK ayat (1) pelatihan kerja diselenggara oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta ayat (2) pelatihan kerja dapat diselenggarakan ditempat pelatihan atau tempat kerja ayat (3) lembaga pelatihan kerja pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam menyelenggarakan pelatihan kerja dapat bekerjasama dengan swasta. Dari latar belakang di atas penulis tertarik memilih judul TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BALAI BESAR LATIHAN KERJA INDUSTRI (BBLKI) SEBAGAI PENYEDIA JASA PELATIHAN DENGAN PT. INALUM SEBAGAI PESERTA (Studi Kasus Pada Kantor BBLKI Medan)
B. Permasalahan Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik beberapa permasalahan yang akan menjadi batasan dalam pembahasan: 1. Apakah perjanjian kerjasama antara BBLKI sebagai penyedia jasa dengan PT. Inalum sebagai peserta telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Hukum Perdata? 2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama antara BBLKI sebagai penyedia jasa pelatihan dengan PT. Inalum sebagai peserta? 3. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak yang membuat perjanjian? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perjanjian kerjasama antara BBLKI sebagai penyedia jasa dengan PT. Inalum sebagai peserta telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Hukum Perdata. 2. Untuk menegetahui pelaksanaan perjanjian kerjasama antara BBLKI sebagai penyedia jasa pelatihan dengan PT. Inalum sebagai peserta 3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak yang membuat perjanjian. D. Manfaat Penelitian Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa : 1. Secara teoritis
Penulis berharap hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan hukum khususnya mengenai hukum perjanjian. 2. Secara praktis Selain manfaat secara teoritis, hasil penelitian yang dilakukan penulis diharapkan juga mampu memberikan sumbangan praktis yakni : a. Diharapkan para pihak yang ada dalam perjanjian kerjasama operasional tersebut dapat mengetahui kedudukan, hak dan kewajibanserta tanggungjawabnya dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama BBLKI dengan PT. Inalum tersebut, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama tersebut. E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan adalah metode yuridis normatif dan empiris. Pendekatan yuridis normatif dan empiris digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan, khususnya di bidang hukum perjanjian. Sedangkan pendekatan secara normatif dan empiris dipergunakan untuk menganalisis hukum bukan semata-mata sebagai seperangkat aturan perundang-undangan yang bersifat normatif belaka, akan tetapi hukum dilihat sebagai perilaku masyarakat yang menggejala dan mempola dalam kehidupan masyarakat, selalu berinteraksi dan berhubungan dengan aspek kemasyarakatan, seperti politik, ekonomi, sosial
dan budaya 5. Berbagai temuan laporan individual, akan dijadikan bahan utama dalam mengungkapkan permasalahan yang diteliti, dengan berpegang pada ketentuan yang normatif. Pendekatan yuridis, yaitu pendekatan yang berkaitan dengan segi-segi hukum positif (hukum yang berlaku saat ini), berupa ketentuan perundangundangan dan ketentuan lainnya yang dalam hal ini adalah ketentuan dalam Buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang perikatan, sedangkan yang dimaksud dengan pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan yang memberi kerangka pembuktian atau kerangka pengujian untuk memastikan suatu kebenaran. Jadi pendekatan yuridis normatif, adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu, untuk kemudian dilanjutkan dengan meneliti data primer yang ada di lapangan. 6 2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu menggambarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan dalam penulisan skripsi ini, terutama masalah Perjanjian Kerjasama Antara Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Sebagai Penyedia Jasa Pelatihan dengan PT. Inalum Sebagai Peserta 5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986, hal 1 6 Ibid. hal 2
3. Jenis dan Sumber Data Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data sekunder, adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis berupa pendapat atau tulisan para sarjana atau pihak yang berwenang 7 Adapun data sekunder terdiri dari : 1) Bahan Hukum Primer a) Akta Perjanjian Kerjasama Antara Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Sebagai Penyedia Jasa Pelatihan dengan PT. Inalum Sebagai Peser b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 2) Bahan hukum Sekunder Adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. 8 Penjelasan ini dilakukan melalui cara : Studi Pustaka, dengan mempelajari bahan-bahan pustaka yang berhubungan dengan obyek penelitian. b. Data Primer Adalah data relevan dengan pemecahan masalah, data ini diperoleh dari sumber utama yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dikumpulkan langsung oleh peneliti dari obyek penelitian. Dalam pemecahan permasalahan ini, penulis menggunakan wawancara untuk 7 Ibid. hal 10 8 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, 1988, hal. 48
mendapatkan keterangan yang diperlukan yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. 4. Metode Analisis Data Data yang diperoleh pada dasarnya merupakan data tataran yang dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu data yang terkumpul dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis yang menghubungkan fakta yang ada dengan berbagai peraturan yang berlaku. Analisis didasarkan atas interpretasi dan analisis kasus yang memadukan elemen-elemen interpretasi terhadap peraturan perundangundangan yang ada, dokumen serta penelitian di lapangan sehingga menghasilkan suatu kajian strategis bagi kalangan umum dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. F. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Skripsi dengan berjudul Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Antara Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) sebagai penyedia jasa pelatihan dengan PT. Inalum sebagai peserta (Studi Kasus Pada Kantor BBLKI Medan) memiliki kesamaan dengan judul skripsi antara lain : 1. Aspek hukum perjanjian kerjasama antara perushaan pengguna jasa tenaga kerja dan perusahaan penyedia jasa pekerja ( Studi Penelitian di PT. Gunung Garuda Group).
2. Beberapa fasilitas dalam pajak pertambahan nilai (PPN) dengan studi kasus di PT. Inalum Kuala Tanjung. Meskipun salah satu dari skripsi di atas mengenai perjanjijan kerjasama, akan tetapi dalam pembahasan dan permasalahannya memiliki sudut pandang yang berbeda, juga setelah melihat media elektronik yang didasari tidak terdapat kesamaan dalam pembahasan permasalahan tinjauan yuridis terhadap perjanjian kerjasama antara Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) sebagai penyedia jasa dengan PT. Inalum sebagai peserta yang dibahas dalam skripsi. Maka dengan demikian secara akademis keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan studi kasus sepanjang yang diketahui belum dilakukan penulisan, oleh karena itu penulisan ini asli. Bila ternyata terdapat skripsi yang sama dengan skripsi ini sebelum dibuat penulis bertanggungjawab sepenuhnya. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam kegiatan penelitian tentang Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Antara Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Sebagai Penyedia Jasa Pelatihan Dengan PT. Inalum Sebagai Peserta (Studi Kasus Pada Kantor BBLKI Medan) adalah, sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan membahas Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Pada bab ini akan membahas tentang pengertian perjanjian, syarat sah terjadinya perjanjian, asas-asas perjanjian dan akibat hukum dalam perjanjian. BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA Bab ini membahas mengenai ketentuan mengenai perjanjian kerjasama, hal-hal yang diatur dalam perjanjian kerjasama dan proses pelaksanaan perjanjian kerjasama. BAB IV PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BALAI BESAR LATIHAN INDUSTRI (BBLKI) SEBAGAI PENYEDIA JASA PELATIHAN DENGAN PT. INALUM SEBAGAI PESERTA. Pada bab ini akan menguraikan tentang Perjanjian kerjasama antara BBLKI sebagai penyedia jasa dengan PT. Inalum sebagai peserta telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Hukum Perdata, Pelaksanaan perjanjian kerjasama antara BBLKI sebagai penyedia jasa pelatihan dengan PT. Inalum sebagai peserta serta hak dan kewajiban para pihak yang membuat perjanjian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan.