1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk berinteraksi satu sama lain. Chaer dan Agustina (2004: 14) menyatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau sebagai alat komunikasi, dalam arti bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi, perasaan, gagasan, ataupun konsep. Bahasa sebagai alat berkomunikasi juga dapat digunakan untuk bertukar pendapat, berdiskusi, atau membahas suatu persoalan yang dihadapi. Allan (dalam Wijana, 2010:41) mengemukakan bahwa berbahasa adalah sebuah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur harus sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan penyimpangan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu sendiri.
2 Kaidah-kaidah tersebut diperlukan untuk mengatur penutur dan mitra tutur agar terjalin komunikasi yang baik diantara keduanya. Kaidah-kaidah itu terlihat pada prinsip kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Leech (dalam Rusminto, 2012: 110). Prinsip tersebut terbagi menjadi enam, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan maksim simpati. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa seperti keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa dituntut dapat berkomunikasi secara baik dalam bentuk lisan dan tulisan. Namun ternyata, tuturan dalam bahasa lisan cenderung berpotensi melanggar kesantunan berbahasa., harusnya seseorang yang terampil berbicara pasti mempertimbangkan apa yang akan dikatakan sebelum dia mengatakan sesuatu. Untuk dapat berbahasa santun sesuai dengan perilaku etika berbahasa, tentunya harus dipenuhi dulu syaratnya bahwa kita telah dapat menguasai bahasa dengan baik. Bahasa itulah yang nantinya akan digunakan oleh para penuturnya untuk berkomunikasi atau berinteraksi dalam sebuah tuturan. Tuturan yang bisa dikatakan santun adalah apabila seseorang tersebut tidak terdengar memaksa atau angkuh, tuturan itu memberi pilihan tindakan kepada mitra tutur sehingga mitra tutur itu menjadi senang. Jadi dapat dikatakan bahwa kesantunan adalah sebuah penghormatan atau penempatan seseorang pada tempat terhormat, atau sekurangkurangnya menempatkan seseorang pada tempat yang diinginkannya.
3 Kesantunan berbahasa perlu diperhatikan ketika berkomunikasi dengan orang lain agar tidak terjadi kesalahpahaman. Perilaku bertutur yang dikatakan santun adalah apabila seseorang memperhatikan etika berbahasanya terhadap lawan bicara. Etika berbahasa itu sendiri erat kaitannya dengan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Etika berbahasa ini antara lain akan mengatur apa yang harus dikatakan pada waktu dan keadaan tertentu dan ragam bahasa apa yang wajib kita gunakan dalam situasi sosiolinguistik dan budaya tertentu. Pendidikan merupakan salah satu wadah bagi berlangsungnya kebudayaan. Proses pendidikan sebagai alat kebudayaan dimungkinkan dengan bahasa sebagai fasilitasnya. Fasilitas yang baik dapat membantu pencapaian tujuan. Artinya tujuan pendidikan hanya akan tercapai apabila bahasa sebagai fasilitasnya terpelihara dengan baik, difungsikan dengan tepat, dan dikembangkan dengan cermat. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa sering terjadi dalam proses komunikasi dan interaksi antara manusia satu dengan lainnya. Interaksi itu dapat terjadi pada forum-forum resmi atau pun tidak resmi termasuk di sekolah sebagai lembaga pendidikan yang ternyata juga masih sering ditemui pelanggaran kesantunan dalam kegiatan di lingkungan sekitar sekolah. Kesantunan berbahasa merupakan aspek yang sangat penting untuk membentuk karakter dan sikap seseorang. Bahasa yang digunakan seseorang ketika bertutur kepada orang lain dapat mencerminkan karakter dan kepribadian yang dimiliki
4 orang tersebut. Selain itu, saat ini dengan adanya keharusan penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah pada setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia, prinsip kesantunan berbahasa ini dapat digunakan sebagai bahan materi pendidikan karakter yang diimplikasikan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berbicara siswa di muka umum atau di depan kelas. Adapun kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan berbicara yakni berdiskusi, bercerita, bertanya kepada guru, mengungkapkan gagasan, dan menanggapi suatu permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran. Kegiatan berdiskusi merupakan suatu upaya untuk mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapat mengenai suatu masalah yang menjadi topik diskusi. Parera (1988:183) menyatakan bahwa diskusi merupakan satu bentuk pembicaraan secara teratur dan terarah. Di dalam kegiatan diskusi, moderator mengatur jalannya diskusi dengan menggunakan bahasa santun. Sementara penyaji mesti memaparkan materi dengan menggunakan bahasa yang santun pula. Bahasa santun juga harus digunakan notulen untuk menulis pertanyaan, kritik, saran, ataupun pendapat peserta diskusi. Notulen juga harus menggunakan bahasa yang santun ketika menyampaikan simpulan hasil diskusi. Peserta juga diwajibkan untuk mengajukan pertanyaan, menyampaikan kritik, saran, ataupun gagasan kepada penyaji dengan menggunakan bahasa santun. Dengan demikian, diskusi bisa digunakan sebagai upaya untuk pencapaian tujuan pembelajaran sekaligus
5 peningkatan keterampilan berbicara siswa. Namun ketika berdiskusi di kelas, ternyata masih terdapat siswa yang menggunakan bahasa tidak santun. Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seorang guru perlu mengajarkan materi bagaimana cara berdiskusi santun dan memilih penggunaan kata yang tepat. Sehubungan dengan pentingnya berbahasa yang santun, kurikulum pendidikan di sekolah khususnya SMK sudah menggariskan kompetensi dasar yang harus diajarkan.. Kompetensi ini tertuang dalam silabus pembelajaran bahasa Indonesia yang telah ditetapkan oleh Kemendiknas berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Secara spesifik, kompetensi ini diajarkan di kelas XI dengan materi pokok bercakap-cakap secara sopan dengan mitra bicara dan berdiskusi yang bermakna. Hal ini membuktikan bahwa seorang siswa memang dituntut untuk mampu berkomunikasi secara baik dalam bentuk lisan dan tulis. Siswa lulusan SMK pada dasarnya memang telah dipersiapkan untuk langsung dapat memasuki dunia kerja. Ketika siswa lulusan SMK memasuki dunia kerja, tentu saja siswa tersebut akan berinteraksi dengan mitra kerjanya. Interaksi ini bisa saja dalam bentuk negosiasi dan diskusi, yang pastinya membutuhkan keterampilan berbahasa santun agar tujuan yang diharapkan dapat terwujud. SMK Dinamika adalah salah satu sekolah menengah kejuruan yang berada di Lampung Utara. Sekolah ini terdiri atas siswa heterogen yang berasal dari latar belakang budaya berbeda. Berdasarkan pengamatan penulis pada saat kegiatan diskusi kelas, sering ditemui kesalahan-kesalahan dalam berbahasa. Pada saat para
6 siswa melakukan kegiatan berdiskusi di kelas, beberapa di antaranya ada yang tidak memperhatikan kesantunan berbahasa. Misalnya, antara kelompok penyaji dan penanggap kurang saling menghargai. Beberapa di antaranya masih terlihat kesalahan pemilihan kata dan tidak memperhatikan bagaimana berdiskusi secara santun. Tuturan yang dipakai terkadang berupa sindiran, ejekan, atau bantahan yang menyinggung perasaan orang lain. Hal ini bisa menyebabkan kesalahpahaman yang berujung pada perpecahan. Oleh karena itu, kompetensi dasar keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia dapat digunakan untuk melatih kesantunan berbahasa siswa seperti ketika melakukan kegiatan berdiskusi atau berbicara kepada orang lain sehingga hal ini tentunya sejalan dengan fungsi bahasa Indonesia itu sendiri yaitu sebagai pemersatu bangsa. Penelitian yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa sudah pernah dilakukan oleh Aldila Fajri Nur Rohma (2010) dengan judul Analisis Penggunaan dan Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa di Terminal Giwangan Yogyakarta. Peneliti melakukan penelitian dalam bidang pragmatik berupa tuturan lisan yang terjadi di terminal Giwangan Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah semua peristiwa berbahasa yang terjadi di terminal Giwangan. Hasil penelitiannya berupa deskripsi jenis penyimpangan dan penggunaan prinsip kesantunan dan faktor yang melatarbelakangi penyimpangan dan penggunaan prinsip kesantunan berbahasa di terminal Giwangan.
7 Penelitian relevan lainnya yakni penelitian yang dilakukan oleh Atfalul Anam (2011) dengan judul Kesantunan Berbahasa dalam Buku Ajar Bahasa Indonesia Tataran Unggul untuk SMK dan MAK Kelas XII Karangan Yustinah dan Ahmad Iskak. Penelitian ini terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia mengenai kesantunan dalam buku ajar, akan tetapi tidak melibatkan siswa sebagai subjek penelitian. Hasil penelitian ini berupa deskripsi penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa dalam buku ajar bahasa Indonesia tataran unggul untuk SMK dan MAK kelas XII, beserta tingkat kesantunan buku ajar tersebut. Persamaan kedua penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama sama meneliti tentang prinsip kesantunan beserta maksim maksimnya, sedangkan perbedaannya adalah unsur yang dikaji dan subjek kajiannya. Penelitian Aldila mengkaji penggunaan dan penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa di terminal Giwangan yang subjeknya adalah semua peristiwa berbahasa yang terjadi di terminal Giwangan, sedangkan pada penelitian ini mengkaji unsur pendidikan yang subjek kajiannya adalah kegiatan diskusi kelas, siswa kelas XI SMK Dinamika Lampung Utara. Perbedaan penelitian ini dengan penelitan Atfalul yakni pada penelitian Atfalul objeknya berupa buku ajar bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa verbal tulis, sedangkan pada penelitian ini objeknya adalah tuturan yang muncul dalam kegiatan diskusi kelas. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penulis mencoba melakukan penelitian kesantunan berbahasa terkait dengan pembelajaran di kelas pada keterampilan berbicara yang menggunakan metode diskusi pada pembelajaran bahasa Indonesia.
8 Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMK Dinamika Tahun Pelajaran 2014/2015. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah yaitu Bagaimanakah kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMK Dinamika Tahun Pelajaran 2014/2015?. Masalah tersebut dirinci menjadi beberapa masalah berikut. 1. Bagaimanakah tuturan yang mematuhi maksim-maksim kesantunan dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMK Dinamika Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimanakah tuturan yang mengandung kesantunan linguistik dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMK Dinamika Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015? 3. Bagaimanakah tuturan yang mengandung kesantunan pragmatik dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMK Dinamika Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMK Dinamika Tahun Pelajaran 2014/2015.
9 Berikut ini rincian tujuan penelitian. 1. Mendeskripsikan tuturan yang mematuhi maksim-maksim kesantunan dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMK Dinamika Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Mendeskripsikan tuturan yang mengandung kesantunan linguistik dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMK Dinamika Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015? 3. Mendeskripsikan tuturan yang mengandung kesantunan pragmatik dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMK Dinamika Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015? 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan kesantunan berbahasa pembaca khususnya para siswa dalam kegiatan berkomunikasi baik terkait pembelajaran di sekolah maupun penerapan di kehidupan bermasyarakat. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat turut membantu menanamkan pendidikan karakter siswa. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup sebagai berikut. 1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Dinamika Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015.
10 2. Objek penelitian ini adalah seluruh tuturan yang terjadi dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMK Dinamika Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Kajian kesantunan berbahasa meliputi kajian tuturan yang mematuhi maksimmaksim kesantunan yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. 4. Kajian kesantunan linguistik yang meliputi tuturan yang ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan linguistik dan kajian kesantunan pragmatik yang dituturkan secara deklaratif.