BAB II. Tinjauan Teori dan Studi Pustaka. penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

BAHAN PRESENTASI KELAS PROGRAM MAKSI UNDIP OLEH: MARYONO DS


GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

I. PENDAHULUAN.

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

BAB II Landasan Teori

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 18 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Klasifikasi Belanja a). Jenis Belanja - Belanja operasi dirinci menjadi belanja pegawai, belanja barang 3 = membuat klasifikasi dengan lengkap

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI. Standar Akuntansi

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH

LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED)

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH... 1 KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI... 1 II. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN...

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

AKUNTANSI KEUANGAN. Magister Pendidikan Ekonomi UNS. 4/18/2015 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan SKPD

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 15 LAPORAN KONSOLIDASIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENDAHULUAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

B U P A T I K U N I N G A N

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT

BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR : 31 /BPKAD/TAHUN 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Transkripsi:

BAB II Tinjauan Teori dan Studi Pustaka A. Reviu Penelitian Terdahulu Permana (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan bagaimana implikasinya pada akuntabilitas pada Dinas Kota Bandung secara parsial dan simultan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Dinas Kota Bandung yang berjumlah 14 dinas. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson Product-Moment, koefisien determinasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Standar Akuntansi Pemerintahan signifikan dalam meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan implikasi SAP terhadap Akuntabilitas pada Dinas Pemerintah Kota Bandung yaitu sebasar 55%. Zeyn (2011), dengan penelitiannya mengenai pengaruh Good Governance dan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap akuntabilitas keuangan, menggunakan komitmen organisasi sebagai pemoderasi dalam penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif. Metode analisis menggunakan regresi berganda, korelasi berganda dan determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi tata kelola yang baik dengan Komitmen organisasi memiliki 10

11 pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas keuangan; Standar Akuntansi Pemerintahan dengan komitmen organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas keuangan; Good Governance dan Standar Akuntansi Pemerintah dan Komitmen organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas keuangan. Susilawati dan Riana (2014) melakukan penelitian mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Intern sebagai anteseden kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. Analisis dilakukan menggunakan regresi linier berganda. Sampel dalam penelitian ini adalah 17 dinas Pemerintah Daerah Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa standar akuntansi pemerintahan dan sistem pengendalian intern secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas Laporan Keuangan pemerintah daerah sebesar 52%. Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebesar 13%, namun tidak signifikan. Sistem pengendalian intern memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas Laporan Keuangan pemerintah daerah sebesar 74,6%. Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian Permana (2011), Zeyn (2011) dan Susilawati dan Riana (2014) secara garis besar menyatakan, Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. Oleh karena itu, kesesuaian atau ketaatan terhadap SAP yang digunakan entitas dalam penyusuan Laporan Keuangannya akan

12 berpengaruh pada Kualitas Laporan Keuangan. Semakin sesuai Laporan Keuangan dengan SAP maka Laporan Keuangan akan semakin berkualitas. B. Landasan Teori Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Dengan demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum untuk panduan penyusunan Laporan Keuangan dalam upaya meningkatkan kualitas Laporan Keuangan pemerintah di Indonesia. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan PSAP dilandasi oleh Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang merupakan konsep dasar penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan. PSAP merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, acuan

13 bagi penyusun Laporan Keuangan, pemeriksa, dan pengguna Laporan Keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan melalaui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. SAP ini merupakan SAP pertama yang dimiliki Indonesia sejak kemerdekaannya. Standar Akuntansi Pemerintahan dalam PP No. 24 Tahun 2005 tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, selanjutnya menggunakan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban dan ekuitas dana. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU tersebut menyatakan bahwa, selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Uandang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual ini diberlakukan untuk Laporan Keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014. Selanjutnya, setiap entitas Pelaporan, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual.

14 Walaupun entitas Pelaporan untuk sementara masih diperkenankan menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas Pelaporan diharapkan dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual. Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010 Dalam rangka peningkatan kualitas informasi Pelaporan Keuangan pemerintah dan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik, serta memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan akuntabel, maka perlu penerapan akuntansi berbasis akrual yang merupakan best practice di dunia internasional. Berdasarkan fenomena tersebut, pemerintah membuat ketentuan penyelenggaraan akuntansi berbasis akrual dengan menyusun standar akuntansi dalam peraturan pemerintah. Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual ditetapkan pada PP No.71 Tahun 2010, yang menyatakan penyusunan standar keuangan pemeritah berbasis akrual menjadi pedoman penyajian informasi keuangan. Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah No 71/2010 ini meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I, berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual (PP 24/2005) pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP berbasis

15 akrual. Lampiran III PP No 71 Tahun 2010 menjelasakan tentang Proses Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Sesuai Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010, penerapan SAP berbasis akrual dapat dilaksanakan scara bertahap. Pemerintah dapat menerapkan SAP basis kas menuju akrual (PP No. 24 Tahun 2005) paling lama 4 (empat) tahun setelah tahun anggaran 2010 yakni pada tahun 2014. Selanjutnya, setiap entitas Pelaporan baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual. Laporan Keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan dapat memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa Laporan Keuangan pemerintah dan sebagai pemecahan masalah standar akuntansi sebelumnya. Sebab basis akrual mengakui dan mencatat transaksi serta peristiwa lainnya pada saat kejadian keuangan terjadi atau pada perolehan. (Halim, 2007 dan Bastian, 2001). Standar Akuntansi Pemerintahan dibutuhkan dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Peraturan Pemerintahan ini juga merupakan pelaksanaan Pasal 184 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

16 Basis akuntansi yang digunakan dalam Laporan Keuangan pemerintah yakni basis akrual, sehingga dalam menyelenggarakan akuntansi dan penyajian Laporan Keuangan entitas Pelaporan menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas. Entitas Pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi berbasis akrual menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan tentang anggran. Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set Laporan Keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgeting reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut: a) Laporan Realisasi Anggaran b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih c) Neraca d) Laporan Operasional e) Laporan Arus Kas f) Laporan Perubahan Ekuitas g) Catatan Atas Laporan Keuangan Komponen-komponen Laporan Keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas Pelaporan kecuali : a) Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.

17 b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas Pelaporan yang menyusun Laporan Keuangan konsolidasiannya. Untuk memperjelas perbandingan antara PP No 24/2005 (Lampiran II PP 71/2010: SAP Basis Kas Menuju Akrual) dan PP No 71/2010 (Lampiran I: SAP Basis Akrual), disajikan tabel perbedaan PP No 24 Tahun 2005 dan PP No 71 tahun 2010 sebagai berikut : Tabel 2.1 Perbedaan PP No 24/2005 dan PP 71/2010 PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 LAPORAN PERUBAHAN SAL Tidak ada laporan tersendiri LAPORAN PERUBAHAN SAL Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut: a. Saldo Anggaran Lebih awal; b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih; Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan e. Lain-lain; f. Saldo Anggaran Lebih Akhir. NERACA Ekuitas Dana terbagi; Ekuitas Dana Lancar: selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek, NERACA Hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal

18 termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih Ekuitas Dana Investasi: mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang Ekuitas Dana Cadangan: mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas LAPORAN ARUS KAS Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (Par. 15) Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran LAPORAN ARUS KAS Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum (Par 15) Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris LAPORAN KINERJA KEUANGAN Bersifat optional Disusun oleh entitas Pelaporan yang menyajikan laporan berbasis akrual Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos : a) Pendapatan dari kegiatan operasional; b) Beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi ekonomi; c) Surplus atau defisit. LAPORAN OPERASIONAL Merupakan Laporan Keuangan Pokok Menyajikan pos-pos sebagai berikut: a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional; b) Beban dari kegiatan operasional ; c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada; d) Pos luar biasa, bila ada; e) Surplus/defisit-LO. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

19 Bersifat optional Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos: a) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran; b) Setiap pos pendapatan dan belanja beserta totalnya seperti diisyaratkan dalam standar-standa lainnya, yang diakui secara langsung dalam ekuitas; d) Efek kumulatif atas perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang mendasar diatur dalam suatu standar terpisah Merupakan Laporan Keuangan Pokok Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos: a) Ekuitas awal; b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, misalnya: koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap. d) Ekuitas akhir. CALK Pada dasarnya hampir sama dengan PP baru Sumber : PP No. 71 Tahun 2010 CALK Perbedaan yang muncul hanya dikarenakan komponen Laporan Keuangan yang berbeda dengan PP lama. Berdasarkan Lampiran I PP No. 71/2010 paragraf 35, karakteristik kualitatif Laporan Keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya, yaitu: relevan; andal; dapat dibandingkan dan dapat dipahami adalah prasyarat normatif yang diperlukan agar Laporan Keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas. Pengakuan Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui, yaitu:

20 a) Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas Pelaporan yang bersangkutan. b) Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat diestimasi dengan andal. Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi kriteria pengakuan, perlu dipertimbangkan aspek materialitas. Pengukuran Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam Laporan Keuangan. Pengukuran pospos dalam Laporan Keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Pengukuran pos-pos Laporan Keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penyajian Contoh format penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota terlampir, meliputi: 1. Neraca 2. Laporan Perubahan Ekuitas

21 3. Laporan Saldo Anggaran Lebih 4. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Berbasis Kas 5. Laporan Arus Kas 6. Laporan Operasional Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain: (a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; (b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun Pelaporan ; (c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan Laporan Keuangandan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; (d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan

22 (e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas (f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan. Berikut ini merupakan tabel indikator perlakuan akuntansi oleh PP 71/2010 yang berisi dimensi dan ukuran tiap-tiap pos dalam laporan keuangan. Tabel 2.1 Tabel Indikator Perlakuan Akuntansi PP 71/2010 Lampiran I No Dimensi Ukuran Laporan Keuangan Neraca Aset Pengakuan Aset Lancar Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimliliki Potensi manfaat ekonomi dapat diukur dengan andal Memiliki manfaat ekonomi yang dapat direalisasi dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan, Meliputi : (a) Kas atau setara kas Diakui sejak uang diterima sampai penyetoran ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah

23 (b) Investasi jangka pendek (c) Piutang / beban dibayar dimuka Diakui berdasar prinsip akrual (d) Persediaan Pengakuan Aset Non Lancar Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki Potensi manfaat ekonomi dapat diukur dengan andal Barang berwujud/ tidak berwujud Masa manfaat > 12 bulan Digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau masyarakat umum, tidak untuk dijual Mengalami penurunan nilai Meliputi : (a) Investasi jangka panjang - Investasi Non permanen : Invesatsi dalam Surat Utang Negara; Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga ; Investasi non permanen lainnya. - Investasi permanen : Peneyertaan modal pemerintah; invesatsi permenen lainnya (b) Aset tetap (c) Dana cadangan (d) Aset Non Lancar Pengukuran Kas dicatat sebesar nilai nominal Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan

24 Piutang dicatat sebesar nilai nominal Persediaan dicatat sebesar : (e) Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan pembelian (f) Biaya Standar apabila diperoleh dengan produksi sendiri (g) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasa Investasi Jangka Panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas invesatsi tersebut Aset dicatat sebesar biaya perolehan, apabila tidak memungkinkan maka didasarkan pada nilai wajar saat perolehan Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan kharakteristik aset tersebut Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah Penyajian Mengklasifikasikan aset dalam aset lancar dan non lancar Mengklasifikasikan kewjibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca Mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (duabelas) bulan setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang

25 diharapkan diterima atau dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut : a) Kas dan setara kas b) Inevstasi jangka pendek c) Piutang pajak dan bukan pajak d) Persediaan e) Investasi jangka panjang f) Aset tetap g) Kewajiban jangka pendek h) Kewajiban jangka panjang i) ekuitas Kewajiban Pengakuan Saat dana pinjaman diterima Dana pinjaman dapat berupa : sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain atau lembaga internasional Saat kewajiban timbul (adanya perikatan dengan pegawai yang bekerja atau dengan pemberi jasa lain) Dilakukan pengeluaran sumber daya ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban tersebut diatas. Kewajiban jangka pendek diakui jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (duabelas) bulan setelah tanggal pelaporan. Selain itu diaklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Pengukuran Dicatat sebesar nilai wajar/nominal sumber

26 daya ekonomi uang digunakan untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Penyajian Diungkap secara rinci dalam bentuk skedul utang Menyajikan informasi : (a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang berdasarkan klasifikasi pemberi pinjaman (b) Jumlah saldo utang pemerintah (c) Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga (d) Konsekuensi penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo (e) Perjanjian restrukturisasi (f) Jumlah tunggakan pinjaman (g) Biaya pinjaman Ekuitas Pengakuan Kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Pengukuran Menggunakan nilai perolehan historis bagaimana aset dan kewajiban bersangkutan dikukur Penyajian Laporan Perubahan Ekuitas Penyajian Menyajikan selisih antara aset dan kewajiban Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang- kurangnya pos-pos: Ekuitas awal

27 Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan Koreksi-koreksi yang langsung menambah atau mengurangi ekuitas Ekuitas Akhir Laporan Realisasi Anggaran (berbasis Kas) Pengakuan Pendapatan-LRA Pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh enttitas Pelaporan. Belanja a) Terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi SAL b) Khusus pengeluaran dari bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan Transfer; Penerimaan atau pengeluaran uang dari entitas Pelaporan ke entitas Pelaporan lain Surplus/defisit-LRA; Selisih antara pendapatan LRA dan Belanja selama satu periode Pembiayaan; a) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/ Daerah b) Pengeluaran Pembiayaan diakui pada

28 saat dikelaurkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah c) Pembiayaan Neto : selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode Pelaporan Pengukuran Pendapatan Berdasarkan azas bruto Belanja Berdasarka nilai wajar Pembiayaan a) Penerimaan Pembiayaan : azas bruto b) Pengeluaran Pembiayaan : azas bruto Penyajan Laporan Arus Kas Pengakuan Menyajikan : Pendapatan-LRA Di kalsifikasikan menurut jenis pendapatan Belanja; Diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, fungsi Transfer; Surplus/defisit-LRA; Pembiayaan; Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran. Penerimaan : semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah Pengeluaran : semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah Penyajian Menyajikan informasi mengenai sumber pengguanaan; perubahan kas dan setara kas

29 selama satu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Klasifikasi berdasar aktifitas operasi, investasi, pendanaan dan transitoris. Menggambarkan saldo awal, penerimaan, dan saldo akhir kas Laporan Perubahan SAL Penyajian Laporan Operasional Pengakuan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut: Saldo Anggaran Lebih awal; Penggunaan Saldo Anggaran Lebih; Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan Lain-lain; Saldo Anggaran Lebih Akhir Pendapatan- LO Timbul hak atas pendapatan Realisasi / aliran masuk sumber daya ekonomi Beban LO Timbul kewajiban Terjadi konsumsi aset Terjadinya penurunan manfaat ekonomi dan potensi jasa Pengukuran Berdasarkan prinsip akrual

30 Penyajian Menyajikan pos-pos Pendapatan-LO dari kegiatan operasional; Beban dari kegiatan operasional Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada; Pos luar biasa, bila ada Surplus/defisit-LO. CALK Penyajian Menyajikan : Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi; Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro; Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun Pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; Informasi tentang dasar penyusunan Laporan Keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka Laporan Keuangan; Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan StandarAkuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan; Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan; Sumber : Olah data PP 71/2010

31 Dinas Daerah dan Keuangan Daerah Menurut Undang-Undang No 32 tahun 2004 pasal 124 (1), (2) dan (3) Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Kepala dinas daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, Kepala Daerah dibantu oleh perangkat daerah. Secara umum perangkat daerah terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam lembaga sekretariat; unsur pendukung tugas Kepala Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga teknis daerah; serta unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara

32 Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa: kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana perimbangan lainnya; hak untuk mengelola kekayaan Daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan. Di dalam Undang- Undang mengenai Keuangan Negara, terdapat penegasan di bidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan; dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa gubernur/bupati/walikota bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dengan demikian pengaturan pengelolaan dan peranggungjawaban keuangan daerah melekat dan menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan daerah, yaitu dalam Undang-Undang mengenai Pemerintahan Daerah.

33 Akuntansi Keuangan Daerah Seperti halnya pemerintah pusat yang diwajibkan melakukan pengakuntansian terhadap semua transaksinya, demikian juga dalam pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerah (pemda) diwajibkan melakukan pengakuntansian terhadap semua transaksi yang terjadi. Dalam Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa : Sistem akuntansi pemerintahan daerah adalah kegiatan yang meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan Pelaporan Keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Sistem akuntansi pemerintahan daerah sendiri sekurang-kurangnya meliputi prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur akuntansi pengeluaran kas, prosedur akuntansi aset tetap atau barang milik daerah dan prosedur selain kas. Sistem Akuntansi Pemerintahan daerah juga harus berpedoman pada peraturan pemerintah yang mengatur tentang pengendalian internal dan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. (Sugiato dan Bagjana, 2014).