BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. diperkirakan meningkat mencapai 380 juta jiwa pada tahun Di Amerika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000).

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pemeriksaan kadar Cystatin C pada penderita Diabetes

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Clinical Practice Guidelines on Chronic Kidney Disease(CKD)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

ABSTRAK HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN DERAJAT PROTEINURIA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 diperkirakan pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3% peningkatan prevalensi pertahun. Word Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, sehingga Indonesia akan menduduki rangking ke-4 di dunia dalam hal jumlah penyandang diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat. Peningkatan kejadian DMT2 yang eksponensial akan diikuti dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya komplikasi DMT2 (Perkeni, 2011; Aggarwal, 2014: ADA, 2014). Nefropati diabetik merupakan salah satu komplikasi DMT2 yang terjadi pada 20%-40% pasien dan merupakan penyebab tunggal ESRD. Sebanyak 50% pasien nefropati diabetik akan berkembang menjadi gagal ginjal. Komplikasi penyakit ginjal berkorelasi dengan tingkat fungsi ginjal (ADA, 2014). National Kidney Foundation dan American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan pemeriksaan kreatinin serum setiap tahun untuk mendeteksi Chronic kidney disease (CKD). Cystatin C penanda fungsi ginjal yang lebih baik, tidak hanya mendeteksi CKD, tetapi juga sebagai prediksi dini penyakit ginjal diabetik (Paradowski et al., 2009). Kidney Desease Improving Global Outcomes 2012 guideline merekomendasikan pemeriksaan cystatin C untuk uji fungsi ginjal

sebagai uji konfirmasi ketika estimated Glomerular Filtration Rate (egfr) berdasarkan kreatinin serum kurang akurat (KDIGO, 2013; Alhashemi et al., 2015). Cystatin C adalah suatu protein berat molekul rendah (13kDa) yang disintesis oleh semua sel berinti, fungsi fisiologisnya sebagai inhibitor protease sistein (Oh, 2011; Lamb et al, 2014). Cystatin C difiltrasi secara bebas oleh glomerulus, kemudian direabsorpsi oleh tubulus proksimal dan dikatabolisme hampir lengkap (99%) oleh sel tubulus proksimal sehingga tidak ada yang kembali kedarah, dan tidak disekresi. Kadar cystatin C dalam darah mengambarkan Glomerular Filtration Rate (GFR) dan dapat dikatakan mendekati penanda GFR endogen yang ideal (Filler et al., 2005; Suryaatmadja, 2006; Rita, 2007). Akurasi diagnostik pemeriksaan serum cystatin C lebih baik dari kreatinin untuk penilaian perubahan GFR pada DMT2. Cystatin C telah meningkat pada pasien diabetes sebelum peningkatan kreatinin dan terjadi albuminuria, sehingga dapat digunakan sebagai penanda untuk mendeteksi nefropati pada pasien dengan normoalbuminuria. Pemeriksaan fungsi ginjal berdasarkan kadar cystatin C lebih baik untuk deteksi dini, follow-up dan monitoring disfungsi ginjal pada pasien DMT2 (Fiseha, 2015; Alhashemi et al., 2015). Penelitian oleh Christensson et al., 2004 yang meneliti 41 pasien diabetes tipe 1 dan 82 pasien DMT2, mendapatkan bahwa serum cystatin C secara bermakna lebih baik daripada kreatinin dalam mendeteksi nefropati stadium awal (GFR <80mL/menit/1,73m²), dan tidak didapatkan perbedaan untuk mendeteksi kerusakan ginjal lanjut (GFR <60mL/menit/1,73m²) (Christensson et al., 2004). 2

Progresivitas penyakit ginjal diabetik terjadi secara perlahan dan pasien harus di follow up beberapa tahun sebelum berkembang menjadi ESRD atau meninggal. Progresivitas penyakit ginjal diabetik dapat dikurangi dengan pengendalian status glikemik dan pengobatan hipertensi (Paradowski et al., 2009). Hemoglobin terglikasi merupakan penanda yang diperiksa untuk pengendalian status glikemik. Kadar HbA1C yang meningkat secara teori berkaitan erat dengan peningkatan risiko nefropati pada diabetes melitus. Kadar HbA1C lebih dari target terapi (>6,5%) akan berisiko terjadi komplikasi nefropati diabetik sekitar 2 kali (Brownlee et al., 2010). Penelitian Shoaib et al., di Mesir tahun 2014 pada 40 orang pasien DMT2 didapatkan korelasi positif bermakna antara cystatin C dengan HbA1C dengan nilai r=0,56 dan korelasi negatif bermakna antara cystatin C dan GFR. Pemeriksaan cystatin C untuk mendeteksi mikroalbuminuria didapatkan sensitivitas 95% dan spesifisitas 97%, sedangkan untuk kreatinin sensitivitas 78% dan spesifisitas 89% (Shoaib et al., 2014). Penelitian Ghaffar et al., di Mesir tahun 2014 pada 85 pasien DMT1 didapatkan korelasi positif antara HbA1C dan cystatin C dengan nilai r= 0,34 sedangkan kreatinin dengan HbA1C dengan nilai r= 0,075 (Ghaffar et al., 2015). Penelitian Dewi di Malang tahun 2009 sampai 2011 pada 169 orang pasien DMT2 didapatkan korelasi bermakna antara HbA1C dan cystatin C dengan r= 0,66 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kadar HbA1C dan cystatin C (Dewi, 2013). 3

Berdasarkan uraian diatas dan belum adanya penelitian tentang hubungan HbAIC dan cystatin C pada DMT2 di RSUP DR M.Djamil Padang, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara kadar HbAIC dengan cystatin C pada pasien DMT2. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1.2.1 Berapakah kadar HbAIC pada penderita DMT 2?. 1.2.2 Berapakah kadar cystatin C pada penderita DMT2?. 1.2.3 Apakah terdapat korelasi HbAIC dengan kadar cystatin C pada penderita DMT2?. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Membuktikan korelasi HbAIC dengan kadar cystatin C pada penderita DMT 2. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengetahui kadar HbAIC penderita DMT 2. 1.3.2.2 Mengetahui kadar cystatin C penderita DMT2. 1.3.2.3 Mengetahui korelasi HbAIC dengan kadar cystatin C pada penderita DMT2. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Menambah wawasan bagi peneliti mengenai hubungan HbAIC dengan cystatin C sebagai penanda nefropati diabetik. 4

1.4.2 Apabila penelitian ini terbukti, HbA1C dan cystatin C dapat digunakan sebagai deteksi dini nefropati diabetik. 5