BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini, jumlah perokok aktif di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia berada di urutan ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia, setelah Cina dan India. Sementara itu, Indonesia berada di urutan pertama dengan persentase perokok tertinggi di negara ASEAN sebesar 46,16 persen (Eriksen dkk, 2015). Rerata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur 10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen. Proporsi perokok laki-laki sebesar 67,0 persen, sedangkan pada perempuan 2,1 persen (Riskesdas, 2013). Rokok adalah salah satu produk tembakau yang secara keseluruhan atau sebagain besar terbuat dari daun tembakau yang digunakan dengan cara dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya. Rokok mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Kemenkes, 2012). Rokok mengandung zat adiktif dan bahan lainnya yang berbahaya bagi kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan adanya kebiasaan merokok memicu terjadinya penyakit paru-paru, salah satunya adalah kanker paru. Menurut GLOBOCAN (2012), kanker paru merupakan salah satu jenis kanker dengan kasus tertinggi. Kanker paru-paru memiliki persentasi kematian sebesar 19,4 persen didunia. Selain itu, perokok pasif yang terkena asap rokok dari perokok aktif juga peluang untuk terkena risiko penyakit paru-paru. Merokok menimbulkan beban kesehatan, sosial, dan lingkungan tidak hanya diri sendiri tetapi juga orang lain dan lingkungan sekitar. Berdasarkan Riskesdas (2013), sebesar 85% rumah tangga di Indonesia terpapar asap rokok, estimasinya adalah delapan perokok meninggal karena perokok aktif, satu perokok pasif meninggal karena terpapar asap rokok orang lain. Berdasarkan perhitungan rasio ini maka sedikitnya ada 25.000 kematian yang 1
2 terjadi di Indonesia dikarenakan oleh asap rokok. Hal tersebut berbanding terbalik dengan jumlah dokter spesialis yang ada di Indonesia. Menurut Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia (2016), jumlah dokter spesialis penyakit dalam yang ada di Indonesia berjumlah 3.449 orang. Jumlah dokter spesialis paru sendiri berjumlah 858 orang (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2016). Seiring dengan tingginya tingkat kematian akibat penyakit paru-paru yang disebabkan oleh asap rokok dan terbatasnya jumlah pakar yang ada di Indonesia, maka dibutuhkan sebuah alat bantu yang dapat membantu dalam mendiagnosa penyakit paru-paru. Sistem yang digunakan sebagai alat bantu tersebut adalah sistem pakar. Sistem pakar sendiri merupakan sebuah sistem yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran di dalam komputer untuk memecahkan suatu masalah, yang biasanya hanya dapat dilakukan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut (Turban dkk, 2005). Secara umum, keunggulan dari sistem pakar adalah memungkinkan menyelesaikan masalah-masalah tertentu yang biasanya memerlukan keahlian seorang pakar. Penggunaan sistem pakar telah banyak digunakan dalam penelitian karena mempunyai tingkat kesalahan yang relatif kecil. Sistem pakar dapat mengolah data yang memiliki rentang nilai sehingga dapat mempermudah perhitungan hasil. Dalam kasus ini, dibutuhkan suatu sistem pakar yang dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit paru-paru yang disebabkan oleh rokok. Untuk menjalankan sebuah sistem pakar dibutuhkan basis pengetahuan dan mesin inferensi. Basis pengetahuan berisi fakta dan aturan yang dikhususkan pada permasalahan tertentu. Mesin inferensi digunakan untuk menghasilkan informasi baru dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Sistem pakar yang dibangun menggunakan metode inferensi forward chaining. Menurut Russel dan Norvig (2003), forward chaining adalah metode pencarian atau teknik pelacakan ke depan yang dimulai dengan informasi yang ada dan penggabungan rule untuk menghasilkan suatu kesimpulan atau tujuan. Metode forward chaining akan bekerja dengan baik ketika penelusuran masalah bermula dari mengumpulkan atau menyatukan informasi lalu kemudian mencari kesimpulan apa yang didapat dari informasi tersebut. Penelusuran penyakit paru-paru dimulai berdasarkan gejala-
3 gejala yang dialami. Untuk mengatasi masalah ketidakpastian dari gejala penyakit dalam mendiagnosis penyakit digunakan metode certainty factor. Output yang dihasilkan adalah suatu kesimpulan tentang jenis penyakit yang didiagnosa, disertai dengan keterangan penyakit, gejala penyakit yang terpilih, saran penyakit, dan nilai certainty factor akhir hasil diagnosa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah yang dirumuskan yaitu bagaimana membangun sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit paru-paru yang disebabkan oleh rokok. 1.3 Batasan Masalah Dari permasalahan yang telah disebutkan adapun batasan-batasan masalah dalam melakukan penelitian antara lain : 1. Pengetahuan pada sistem ini berasal dari pengetahuan pakar spesialis paru, yaitu dr. Erneti Aziz, Sp.P. 2. Dalam peneilitian ini, penulis membahas 5 jenis penyakit paru yang disebabkan oleh rokok yang dapat didiagnosis oleh sistem ini, yaitu Pneumonia, Tuberculosis, Bronchitis, Paru-Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Kanker Paru. 3. Sistem inferensi menggunakan teknik inferensi forward chaining karena dalam penentuan jenis penyakit berdasarkan gejala penyakit. 4. Metode ketidakpastian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode certainty factor. 5. Hasil akhir (output) dari sistem adalah jenis penyakit, keterangan penyakit, saran penanganan penyakit dan nilai certainty factor akhir. 6. Pengguna sistem ini adalah dokter spesialis paru sebagai knowledge engineer dan paramedis sebagai knowledge user.
4 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membangun sebuah sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit paru-paru yang disebabkan oleh rokok menggunakan metode forward chaining dengan certainty factor. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Memudahkan paramedis dalam mendiagnosa penyakit paru-paru yang disebabkan oleh rokok terhadap pasien baru dari lima jenis penyakit yang merupakan batasan dari sistem. 2. Membantu pakar dalam mengelola pengetahuan yang dibutuhkan pada sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit paru-paru yang disebabkan oleh rokok. 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian dan penulisan tugas akhir ini antara lain : 1. Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data-data penelitian yang diperlukan, seperti jurnal ilmiah, paper, dan buku-buku yang relevan dengan penelitian. 2. Akuisi Pengetahuan Mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang diperoleh melalui wawancara dengan dokter spesialis paru. Pengetahuan yang dikumpulkan berkaitan dengan nilai tingkat kepercayaan yang dibutuhkan dalam studi literatur. 3. Perancangan Pada tahap perancangan akan dilakukan teknk dalam merancang desain sistem dan pemrosesan pengetahuan, yaitu dengan menggunakan kaidah produksi IF-THEN untuk knowledge base dan metode forward chaining untuk proses inferensi.
5 4. Implementasi dan Pengujian Tahap implementasi merupakan tahap pembangunan sistem sesuai dengan analisis dan perancangan yang telah dibuat. Pengujian merupakan tahap uji coba sistem yang telah dibuat. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan tugas akhir ini akan terdiri dari 7 bab, dengan rincian masing-masing sebagai berikut : 1. BAB I PENDAHULUAN Berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat pembahasan mengenai penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penulisan penelitian ini. Selain itu juga memuat penjelasan yang membedakan penelitian ini dengan peneltian sejenis yang pernah ada sebelumnya. 3. BAB III LANDASAN TEORI Bab ini berisi teori-teori yang menjadi landasan dalam penulisan penelitian ini yaitu mengenai sistem pakar, certainty factor dan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh rokok. 4. BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN Bab ini berisi analisis terhadap sistem yang akan dikembangkan, serta penjelasan mengenai perancangan sistem berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan. 5. BAB V IMPLEMENTASI Pada bab ini akan dijelaskan hasil implementasi dari sistem yang telah dibangun berdasarkan perancangan yang telah dilakukan sebelumnya.
6 6. BAB VI PENGUJIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengujian terhadap sistem yang telah dibangun apakah sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan akan dilakukan pembahasan mengenai hasil pengujiannya. 7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.