BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang digunakan oleh manusia

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencapaian tujuan belajar tercermin dari kemampuan belajar siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN. lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi setiap kegiatannya. Komunikasi yang dilakukan biasanya berupa

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI SISWAKELAS XI SMK DINAMIKA LAMPUNG UTARA. Oleh

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK

BAB V PENUTUP. etika komunikasi anak-anak penggemar game online Point Blank dengan. 1. Etika komunikasi dengan orang yang lebih tua

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individual melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri (Chaer dan Agustina, 2010:11). Bahasa sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

ANALISIS PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DAN IMPLIKATUR DALAM KEGIATAN DISKUSI SISWA SMA NEGERI 1 SUMBAWA BESAR. Oleh. Sri Astiani 1) Sri Sugiarto 2)

BAB I PENDAHULUAN. perasaannya melalui tindak bahasa (baik verbal maupun non verbal).

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. pada penelitian ini yang bertopik Warna Warni Percintaan dan Gelar Pendidikan.

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Kecakapan Antar Personal

ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. sehingga manusia baik perseorangan maupun sebagai anggota kelompok selalu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Chaer dan Agustina (2004: 14) menyatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau sebagai alat komunikasi, dalam arti bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi, perasaan, gagasan, ataupun konsep. Selanjutnya, Masinambow (dalam Chaer dan Agustina, 2010:172) mengungkapkan bahwa sistem bahasa mempunyai fungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi manusia di dalam masyarakat. Oleh karena itu, di dalam tindak laku berbahasa hendaknya disertai dengan norma-norma yang berlaku dalam budaya itu. Geertz (dalam Chaer, 2010:6) berpendapat bahwa sistem tindak laku berbahasa menurut norma-norma budaya itu disebut etika berbahasa atau tata cara berbahasa. Etika berbahasa ini erat kaitannya dengan norma-norma sosial dan sistem budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Maka, etika berbahasa ini akan mengatur kita dalam hal (1) apa yang harus dikatakan kepada seorang lawan tutur pada waktu dan keadaan tertentu berkenan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu, (2) ragam bahasa yang paling wajar digunakan 1

2 dalam waktu dan budaya tertentu, (3) kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita dan menyela atau menginterupsi pembicaraan orang lain, (4) kapan kita harus diam, mendengar tuturan orang, (5) bagaiamana kualitas suara kita keras, pelan, meninggi dan bagaimana sikap fisik kita di dalam berbicara itu (Chaer dan Agustina, 2010:172). Seseorang baru dapat dikatakan pandai berbahasa kalau dia menguasai tata cara atau etika berbahasa itu. Jadi, harus kita sadari bahwa etika berbahasa itu sangatlah penting untuk dipahami agar dapat tercipta suatu komunikasi yang baik di tengah-tengah masyarakat, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang yang lainnya. Namun, pada kenyataan di lapangan, etika berbahasa yang dimiliki oleh siswa saat ini terkesan buruk. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang cenderung kehilangan etika dan sopan santun, baik terhadap guru maupun siswa yang lainnya. Hal ini diperkuat oleh penelitian Hidayati (2014) dengan judul Upaya Meningkatkan Etika Berbicara Sopan Melalui Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling pada Siswa Kelas XII-IPS 1 SMA PGRI 2 Kayen Tahun Pembelajaran 2013/2014 mengatakan bahwa etika berbicara siswa mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari generasi muda atau remaja yang cenderung kehilangan etika ketika berbicara terhadap teman sebaya, orang yang lebih tua, guru bahkan terhadap orang tua. Siswa terkadang tidak sadar bahwa guru sebagai panutan, seorang yang memberikan ilmu dan pengetahuan yang patut dihormati dan disegani. Mereka kurang memahami bahasa apa yang seharusnya digunakan ketika berkomunikasi dengan guru. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh penggunaan bahasa yang biasa mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

3 Siswa memliki kecenderungan untuk meniru bahasa yang biasa mereka gunakan sehari-hari ke dalam lingkungan sekolah bahkan dalam proses pembelajaran, khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang masih dalam usia-usia rentan terhadap pengaruh. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam dunia pendidikan. Fungsi bahasa dalam pendidikan diantaranya ialah sebagai bahasa pengantar pelajaran. Tanpa bahasa yang baik dan benar, proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran akan sulit tercapai. Untuk itu, pendidik dituntut untuk mampu menata bahasa yang digunakan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis (Wirajaya, 2008: 1). Konsekuensi pembelajaran bahasa Indonesia lebih berorientasi pada praktik berbahasa daripada teori pengetahuan bahasa. Hal itu dilakukan agar tujuan terampil berbahasa Indonesia di kalangan peserta didik dapat terwujud. Berdasarkan kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia terdiri atas empat bagian keterampilan, salah satunya ialah keterampilan berbicara. Kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan berbicara dapat berupa kegiatan berdiskusi, bercerita, bertanya kepada guru, mengungkapkan gagasan, dan menanggapi suatu permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran. Salah satu kegiatan pembelajaran tersebut adalah diskusi. Diskusi merupakan suatu cara penyampaian pendapat melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan

4 masalah yang ada. Dalam kegiatan diskusi, siswa dituntut untuk berpikir kritis dengan bertanya, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan maupun mengungkapkan pernyataan yang dapat membangun konsep atau pengetahuan siswa. Dengan kegiatan tersebut, keterampilan berbicara siswa akan terlatih dalam menggunakan bahasa yang santun dan sesuai dengan konteks pembicaraan. Akan tetapi, peneliti melihat bahwa kegiatan diskusi pada pembelajaran bahasa Indonesai masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan penelitian terdahulu Ishariyanti, dkk (2015) Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas XI SMK Dinamika Lampung Utara mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode diskusi terkadang masih muncul penggunaan bahasa-bahasa yang kurang santun pada siswa ketika mengemukakan pendapatnya. Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran tersebut diperlukan materi cara berdiskusi yang santun dan pilihan kata yang tepat ketika berbicara kepada orang lain. Berdasarkan observasi semula, ketika peneliti melakukan Program Pengalaman Terpadu (PPLT) di SMP Negeri 1 Labuhan Deli, peneliti melihat bahwa siswa masih sering menggunakan kata-kata yang kurang santun ketika berkomunikasi. Hal ini terjadi bukan hanya di luar kelas bahkan ketika berada di dalam kelas siswa juga menggunakan kata-kata yang kurang santun. Tentu saja hal ini bukan merupakan contoh yang baik karena ketika berada di lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas seharusnya siswa menggunakan bahasa yang santun dalam percakapannya.

5 Pada dasarnya kesantunan berbahasa merupakan aspek yang sangat penting untuk membentuk karakter dan sikap seseorang. Dari bahasa yang digunakan seseorang dalam bertutur kepada orang lain, dapat diketahui karakter dan kepribadian yang dimiliki orang tersebut. Selain itu, dengan adanya muatan pendidikan karakter yang harus diterapkan oleh guru-guru di sekolah pada setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia, prinsip kesantunan berbahasa ini dapat digunakan sebagai materi pendidikan karakter yang diimplikasikan dalam proses pembelajaran. Leech (1993) menjelaskan bahwa dalam bertutur hendaknya memperhatikan kesantunan karena kesantunan tidak bisa dianggap remeh. Untuk itu, Leech mengemukakan prinsip kesantunan sebagai pengendali atau pengontrol tuturan untuk mengurangi akibat yang kurang menyenangkan yang dapat mengakibatkan konflik karena kesalahpahaman antara penutur dan mitra tutur. Prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech terdiri dari enam maksim, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan dan maksim kesimpatian. Dengan adanya prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech (1993) hendaknya diterapkan agar tuturan yang bersifat tabu atau emosi yang tidak terkontrol dapat dihindari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2014) dengan judul Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sewon, menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, siswa masih ada yang melakukan penyimpangan

6 prinsip-prinsip kesantunan berbahasa. Misalnya, penutur tidak menghormati lawan tutur, mempermalukan lawan tutur, dan lain sebagainya. Penelitian tentang kesantunan berbahasa juga sudah pernah dilakukan oleh Sirait (2013) dengan judul Kesantunan Berbahasa Indonesia Pada Tuturan Lisan Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Air Putih Tahun Pembelajaran 2012/2013. Ia menyimpulkan bahwa kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sebagai perilaku sosial dan kesantunan berbahasa adalah kesopanan dan kehalusan dalam menggunakan bahasa ketika berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Dalam penelitian ini, ia meneliti tentang kesantunan bahasa Indonesia pada aspek penggunaan sapaan, intonasi berbicara giliran berbicara, dan penggunaan kata-kata tabu yang digunakan dalam berkomunikasi secara formal. SMP Negeri 1 Labuhan Deli adalah salah satu sekolah negeri yang berada di kota Medan. Sekolah ini terdiri atas siswa heterogen yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Berdasarkan pengamatan penulis pada saat kegiatan diskusi kelas di SMP Negeri 1 Labuhan Deli sering ditemui kesalahankesalahan dalam berbahasa. Saat berkomunikasi umumnya ada yang memperhatikan aspek kesantunan berbahasa sebagai bagian dari prinsip percakapan dan bahkan sebaliknya. Pada saat para siswa melakukan kegiatan berdiskusi dalam proses pembelajaran di kelas, beberapa di antaranya ada yang tidak memperhatikan kesantunan dalam berbahasa. Hal tersebut diukur dari penggunaan kata sapaan, intonasi berbicara, alih giliran bicara, dan kata lazim oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, antara kelompok penyaji dan

7 penanggap kurang saling menghargai. Beberapa diantaranya masih terlihat kesalahan dalam pemilihan kata dan cara berdiskusi yang kurang santun. Tuturan yang dipakai terkadang berupa sindiran, ejekan, atau bantahan yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Oleh karena itu, dengan adanya komunikasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk melatih kesantunan berbahasa siswa ketika melakukan kegiatan berdiskusi atau berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan uraian di atas, penelitian tentang kesantunan berbahasa dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu dilakukan. Fenomena di atas mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh tentang kesantunan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun judul penelitian ini adalah Kesantunan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Labuhan Deli Tahun Pembelajaran 2016/2017. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut, 1. rendahnya etika berbahasa siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, 2. aktivitas berdiskusi dalam pembelajaran bahasa indonesia masih rendah, 3. kesantunan berbahasa siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia masih rendah.

8 C. Pembatasan Masalah Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penelitian nanti, maka tidak semua identifikasi di atas dijadikan masalah, oleh karena keterbatasan dana dan waktu, penelitian ini hanya mempermasalahkan bagaiamana kesantunan berbahasa dan penyimpangan prinsip-prinsip kesantunan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1 Labuhan Deli tahun pembelajaran 2016/2017. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan maasalah, maka terjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana realisasi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1 Labuhan Deli tahun pembelajaran 2016/2017? 2. Jenis penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa apa sajakah yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1 Labuhan Deli tahun pembelajaran 2016/2017? 3. Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang manakah yang dominan ditemukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1 Labuhan Deli tahun pembelajaran 2016/2017? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

9 1. Untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1 Labuhan Deli tahun pembelajaran 2016/2017. 2. Mendeskripsikan jenis penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa dalam kegiatan berdiskusi pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1 Labuhan Deli tahun pembelajaran 2016/2017. 3. Untuk mengetahui peringkat penyimpangan prinsip kesantunan yang paling sering muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1 Labuhan Deli tahun pembelajaran 2016/2017. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi mahasiswa dan pembaca, penelitian ini menambah wawasan maupun pengetahuan, serta pemahaman tentang pragmatik, khususnya mengenai kesantunan berbahasa. 2. Bagi peneliti yang lain, hasil penelitian ini menjadi acuan, referensi atau dokumen, dan diharapkan dapat memperkaya dan menambah hasil penelitian tentang kesantunan yang telah ada. 3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi guru dalam mengajarkan keterampilan berbicara yang santun bagi siswa dalam kegiatan berdiskusi.