BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Berbasis Sumber Daya(Resources Based Theory/Resources

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimasa yang akan datang. Signalling theory menjelaskan tentang

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Corporate Governance pada hubungan Corporate Social Responsibility

stakeholders dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu stakeholders primer (pelanggan, pemasok, pemodal, dan karyawan) dan stakeholders sekunder

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan:

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi dan Konsep Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan alam. Selain mengolah

BAB I PENDAHULUAN. penting perusahaan yaitu untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya tujuan utama investor meletakkan kekayaannya pada suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Coorporate Governance (GCG)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan penelitian Oksidea (2013) adalah untuk menjelaskan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori legitimasi dan teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai principal (Hendriksen dan Van Breda dalam Aziz, 2014). Agency. perusahaan (Ferial dan Handayani, 2016).


BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. 1970an, yang secara umum dikenal dengan teori stakeholder artinya sebagi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. mengemukakan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tentang. dampak positif secara keseluruhan pada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Laporan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek, merupakan media UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. membeli saham. Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan. mencerminkan tinggi rendahnya nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan (Sawir, 2001:2).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Teori) Hal pertama mengenai teori stakeholder adalah bahwa stakeholder adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendekatan Berbasis Sumber Daya(Resources Based Theory/Resources Based View (RBV)) Pendekatan dengan basis sumber daya (resources based view of the firm/rbv) adalah pengembangan suatu teori untuk menganalisis keunggulan kompetitif suatu perusahaan yang mengedepankan pengetahuan (knowledge/learning economy) maupun aset-aset tak berwujud (intengible assets) (Aida dan Rahmawati, 2015). Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif akan membuat kinerja perusahaan lebih optimal sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan. Keunggulan kompetitif dapat diraih apabila perusahaan mampu memanfaatkan dan mengelola dengan baik sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya dapat berasal dari aset, kemampuan setiap karyawan, proses organisasional, pengetahuan mengenai teknologi, dan informasi untuk menerapkan strategi perusahaan yang mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan. Wernerfelt (1984) menjelaskan bahwa teori RBV memandang perusahaan dalam persaingan usahanya akan semakin unggul dan mampu meraih kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai, dan memanfaatkan aset-aset strategis baik berwujud dan tidak berwujud. Menurut Barney dan Clark (2007), agar mampu mencapai keunggulan

2 kompetitif yang berkelanjutan maka perusahaan harus memperhatikan kriteria sumber daya perusahaan, yaitu: a. Sumber daya menambah nilai yang positif untuk perusahaan. b. Sumber daya sulit untuk ditiru oleh pesaingnya. c. Sumber daya bersifat unik atau langka diantara pesaingnya. d. Sumber daya tidak tergantikan dengan sumber lainnya oleh perusahaan pesaing. Dapat disimpulkan berdasarkan pendekatan RBV bahwa sumber daya yang ada pada perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Efisiensi operasi produksi, CSR, dan kepemilikan asing merupakan sumber daya yang menciptakan keunggulan kompetitif yang mampu memengaruhi nilai perusahaan. 2. Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal menurut Nuswandari (2009) adalah teori yang menjelaskan mengapa perusahaan memiliki motivasi untuk memberikan informasi laporan keuangannya kepada pihak eksternal. Pemberian informasi dimaksudkan karena adanya asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak luar, sedangkan informasi yang berasal dari dalam perusahaan merupakan sebuah sinyal bagi para pihak eksternal untuk melakukan investasi dan memengaruhi prospek perusahaan bagi masa yang akan datang. Salah satu cara agar dapat mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar berupa

3 informasi tahunan perusahaan yang dapat dipercaya. Informasi yang ada dalam laporan tahunan dapat berupa informasi yang berhubungan dengan laporan keuangan dan non keuangan. Semakin baik informasi yang diberikan maka respon yang didapatkan dari pasar modal juga akan baik dan semakin baik juga nilai pasar dari perusahaan tersebut, begitu pula sebaliknya. Apabila suatu perusahaan menyampaikan informasi ke pasar modal, biasanya pasar modal akan bereaksi memberikan respon terhadap infrormasi yang dapat memengaruhi nilai perusahaan. Informasi adalah unsur yang penting bagi investor dan pelaku bisnis karena dari informasi tersebut menyajikan gambaran, keterangan ataupun catatan untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang. Keputusan para investor untuk berinvestasi sangat diperlukan dari informasi yang disajikan. Jika informasi memiliki nilai positif, maka akan banyak mengundang pihak investor ataupun pelaku bisnis. Sinyal-sinyal informasi dibutuhkan oleh investor dalam mempertimbangkan apakah investor tersebut akan menanamkan sahamnya atau tidak pada perusahaan yang bersangkutan. Salah satu informasi yang diberikan oleh perusahaan agar dapat dijadikan sinyal sesuai teori sinyal adalah dengan melakukan pengungkapan CSR. Pengungkapan langsung dapat menjadi sinyal yang dapat dipercaya.

4 3. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Teori stakeholder atau pemangku kepentingan dikenal luas sebagai teori yang menjelaskan konsep CSR. Suatu perusahaan harus juga memperhatikan semua kepentingan terhadap perusahaan dan tidak terbatas hanya pada pemegang saham. Teori stakeholder mengatakan bahwa sebuah entitas perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri melainkan juga harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Stakeholder merupakan orang, kelompok, organisasi atau semua pihak yang memiliki hubungan kepentingan secara langsung maupun tidak langsung yang bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi. Stakeholder meliputi masyarakat, pemerintah, pemegang saham, manajer, karyawan, pemasok, kreditor dan pemilik perusahaan sendiri. Keterlibatan para pemangku kepentingan bagi proses bisnis perusahaan sangat penting.kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan para pemangku kepentingan, dan oleh karena itu, dukungan itu sendiri harus dicari (Nurkholiva, 2014). Pengungkapan informasi sosial dan lingkungan (CSR) merupakan salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para stakeholdernya (Ratnasari, 2011). Perusahaan dengan adanya pengungkapan tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan serta dapat menjaga kepercayaan stakeholder untuk mendapatkan dukungan atas segala tindakan yang dilakukan perusahaan selama tidak melanggar hukum serta untuk keberlangsungan

5 hidup perusahaan. Apabila CSR dilakukan dengan baik maka kinerja perusahaan pun akan meningkat. Dengan demikian kinerja perusahaan serta nilai perusahaan juga meningkat. 4. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Dalam rangka mengembangkan perusahaan, legitimasi masyarakat merupakan faktor yang strategis karena hal itu dapat dijadikan tempat untuk mengkonstruksi atau menyusun strategi perusahaan terkait upaya memposisikan perusahaan ditengah lingkungan masyarakat. Legitimasi atau keberpihakan merupakan harapan yang diinginkan oleh masyarakat mengenai aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan agar masyarakat mengakui keberadaan perusahaan tersebut. Jika masyarakat menerima maka keberlanjutan perusahaan akan terus berlanjut. Legitimasi yang didapatkan perusahaan membuat perusahaan merasa mendapat dukungan dari masyarakat dalam menjalankan operasionalnya sehingga mampu meningkatkan kinerjanya (Lindawati dan Puspita, 2015). Perusahaan tertarik pada legitimasi kepada publik sejalan dengan keinginan dari perusahaan yang kemungkinan mempertimbangkan untuk memberikan informasi yang lebih banyak karena dapat meningkatkan nilai perusahaan, terutama dalam aspek sosialnya. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya melakukan pengungkapan CSR agar keberadaan dan kegiatan perusahaan diterima oleh masyarakat atau terlegitimasi. Teori legitimasi merupakan teori yang melandasi CSR (Lindawati dan Puspita, 2015).

6 Menurut Yuliana dan Wahidahwati (2013) perusahaan harus melakukan upaya dalam rangka agar legitimasi berjalan secara efektif, yaitu: a. Melakukan identifikasi dan dialog dengan publik. b. Melakukan komunikasi dialog mengenai masalah nilai sosial kemasyarakatan dan lingkungan, serta membangun persepsi tentang perusahaan. c. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan, terutama terkait dengan masalah tanggung jawab sosial (CSR). 5. Kinerja Operasional Kinerja merupakan prestasi yang harus dapat dicapai oleh setiap perusahaan karena kinerja merupakan gambaran kemampuan perusahaan dalam menjalankan kegiatannya seperti mengelola dan mengimplementasikan sumber daya yang nantinya akan memberikan nilai kepada perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dijadikan dasar pengukur keberhasilan berjalannya suatu perusahaan (Fidhayatin dan Dewi, 2012). Menurut Suta (2009), kinerja perusahaan dibagi menjadi dua yaitu kinerja keuangan dan kinerja operasional. Kinerja operasional adalah suatu penentuan secara periodik yang telah ditetapkan sebelumnya dari tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria. Kegiatan operasional perusahaan berkaitan dengan efesiensi dan efektivitas serta produktivitas dari kegiatan perusahaan. Setiap perusahaan memerlukan operasional

7 perusahaan yang baik dan tersusun agar dapat terus menjalankan kegiatan produksinya sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Efisiensi operasional merupakan sebuah pengukuran terkait dari seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Efisiensi operasional merupakan pengukuran untuk mengukur kemampuan kegiatan operasional suatu perusahaan (Nursatyani, 2011). Perusahaan yang menggunakan seluruh aktivanya dalam menghasilkan penjualan dengan melakukan efisiensi operasional akan dapat mencapai laba yang maksimum karena biaya yang dapat diminimalkan (Nitariana, 2016). Biaya dikategorikan menjadi dua macam, biaya usaha dan biaya di luar usaha. Biaya usaha adalah biaya operasional yang berhubungan langsung dengan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan perusahaan. Perusahaan pertambangan khususnya dalam melakukan operasi poduksi membutuhkan biaya yang besar. Proses operasi atau proses produksi merupakan kegiatan yang melibatkan tenaga manusia, bahan dan peralatan dengan tujuan agar menghasilkan produk yang memiliki nilai guna. Operasi produksi dalam kegiatan pertambangan ialah tahapan dalam kegiatan usaha pertambangan mulai dari konstruksi penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta usaha sarana dalam rangka mengendalikan dampak lingkungan yang dihasilkan dari usaha penambangan sesuai dengan hasil studi kelayakan yang dilakukan. Efisiensi operasional dihitung dengan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan penjualan. Ohlson dan Penman (1992)

8 menyatakan bahwa salah satu indikator dalam menghitung efisiensi operasional adalah menggunakan rasio BOPP (Biaya Operasional dibagi Pendapatan Penjualan). Semakin kecil biaya operasional yang dikeluarkan maka semakin efisien perusahaan dalam melakukan operasionalnya karena perusahaan akan mendapat penghematan dana sehingga tetap mampu dan tercukupi dalam menjalankan usahanya. 6. Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility atau CSR merupakan suatu konsep kegiatan atau program tanggung jawab terhadap lingkungan di sekitar berdirinya perusahaan. World Business Council on Sustainable Development Suparman (2013) mendefinisikan CSR sebagai komitmen dari perusahaan melalui peningkatan kualitas hidup dan kerja sama dengan karyawan dan perwakilan keluarganya, komunitas setempat serta masyarakat umum agar memiliki perilaku etis serta berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial merupakan bentuk pertanggung jawaban yang diberikan perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan aktivitas operasional perusahaan (Rahmah dan Iramani, 2015). Tanggung jawab sosial perusahaan timbul sebagai respon atau tindakan proaktif dari perusahaan terhadap harapan masyarakat atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan perusahaan (Murni, 2001). Harapan yang diinginkan masyarakat adalah agar perusahaan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar perusahaan

9 berada. CSR diharapkan mampu menciptakan hubungan yang serasi dan seimbang dengan lingkungan, masyarakat, norma dan budaya setempat serta tidak hanya berorientasi pada pencapaian keuangannya saja. Menurut Hendriksen (2002) pengungkapan (disclosure) merupakan pemberian sejumlah informasi yang dibutuhkan dalam operasionalnya secara optimal di pasar modal yang efisien. Pada umumnya pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan bersifat sukarela (voluntary). Pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan sebuah tindakan pemberian informasi pada masyarakat mengenai kegiatan apa yang telah dilaksanakan perusahaan. Program kegiatan dan pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan memberikan manfaat seperti citra perusahaan yang akan meningkat, brand perusahaan yang semakin kuat, kerja sama yang semakin baik dengan para stakeholder, memberikan akses untuk berinvestasi dan juga meningkatkan harga saham. CSR menjadi penting bagi perusahaan besar karena diharapkan mampu menunjukkan komitmen terhadap nilainilai melalui masyarakat (Prihatiningtias, 2012). Standar pengungkapan CSR di Indonesia merujuk pada standar yang dikembangkan oleh Global Reporting Initiatives (GRI). Standar GRI dipilih karena lebih fokus pada standar pengungkapan dari kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan perusahaan. Pengungkapan yang dilakukan perusahaan dapat melalui media antara lain laporan tahunan, pengumuman kepada bursa efek, prospektus atau melalui media masa.

10 Gray, dkk (1995) menyebutkan bahwa perusahaan memilih untuk mengungkapkan informasi yang berhubungan dengan aktivitas dan dampak yang diakibatkan dari perusahaan tersebut, dimana terdapat tiga studi mengenai pengungkapan sosial dalam laporan tahunan yaitu: Pertama, decision usefulness study; bukti yang didapatkan dari para peneliti yang melakukan penelitian menemukan bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan seperti; para analis, bankir serta pihak lain yang ikut dilibatkan. Penelitian menyebutkan bahwa informasi aktivitas sosial perusahaan tersebut berada pada posisi moderately important. Kedua, economic theory study; dasar dari studi ini ialah agency theory yang menganalogikan manajemen merupakan agen dari suatu principal. Principal yang biasanya memiliki arti sebagai pemegang saham atau traditional users lain menjadi memiliki arti yang lebih luas berkembang menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen, manajemen berusaha menjalankan operasi peusahaan sesuai keinginan publik (stakeholder). Ketiga, social and political theory study; teori studi pada bagian bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi dan teori ekonomi politik. Asumsi dari teori stakeholder bahwa perusahaan dalam menjalankan operasinya dan eksistensinya ditentukan oleh para stakeholder. Terdapat 91 item pengungkapan dalam kerangka pelaporan GRI G.4 yang terdiri dari:

11 1. Indikator kinerja ekonomi 9 item meliputi aspek kinerja ekonomi, keberadaan di pasar, dampak ekonomi tidak langsung, dan praktik pengadaan. 2. Indikator kinerja lingkungan 34 item meliputi aspek bahan, energi, air, biodiversitas, emisi, enfluen dan limbah, produk dan jasa, kepatuhan, transportasi, lain-lain, asesmen pemasok atas ligkungan, dan mekanisme pengaduan masalah lingkungan. 3. Indikator kinerja ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja 16 item meliputi aspek kepegawaian, hubungan industri, kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan dan pendidikan, keberagaman dan kesetaraan peluang, kesetaraan remunerasi perempuan dan lakilaki, asesmen pemasok atas pratik ketenagakerjaan, dan mekanisme pengaduan ketenagakerjaan. 4. Indikator HAM 12 item meliputi aspek praktek investasi, nondiskriminasi, kebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama (PKB), pekerja anak, kerja paksa atau kerja wajib, tindakan pengamanan, hak penduduk asli, asesmen, asesmen pemasok atas HAM, dan mekanisme pengaduan masalah HAM. 5. Indikator kinerja masyarakat 11 item meliputi aspek komunitas lokal, antikorupsi, kebijakan publik, kelakuan tidak bersaing, kepatuhan, asesmen pemasok atas dampa terhadap masyarakat, dan mekanisme pengaduan dampak terhadap masyarakat

12 6. Indikator kinerja tanggung jawab produksi 9 item meliputi aspek kesehatan dan keselamatan pelanggan, pemasangan label produk dan jasa, komunikasi pemasaran, keleluasaan pribadi pelanggan,dan kepatuhan. B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis 1. Pengaruh Kinerja Operasional terhadap Nilai Perusahaan Setiap perusahaan melakukan kegiatan operasional secara periodik yang sebelumnya telah ditetapkan berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria. Kinerja yang baik serta tersusun mampu memengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan diharapkan mampu untuk memanfaatkan dan mengelola dengan baik sumber daya yang dimilikinya sehingga mampu meraih keunggulan kompetitif. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mengedepankan pengetahuan maupun aset-aset tak berwujudnya akan membuat kinerja perusahaan lebih optimal yang nantinya akan memberikan nilai bagi perusahaan sesuai dengan Resources Based View (RBV) theory menurut Aida dan Rahmawati (2015). Kegiatan operasional tersebut berkaitan dengan efesiensi, efektivitas dan produktivitas yang dapat bersumber dari aset, kemampuan setiap karyawan, proses organisasional, teknologi dan informasi serta produktivitas dari kegiatan perusahaan. Agar kegiatan produksi perusahaan berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka perusahaan memerlukan operasional perusahaan yang baik dan tersusun.

13 Efisiensi operasi produksi merupakan sebuah pengukuran untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional produktivitasnya. Perusahaan yang menggunakan seluruh aktivanya dalam menghasilkan penjualan dengan melakukan efisiensi operasional akan dapat mencapai laba yang maksimum karena biaya yang dapat diminimalkan (Nitariana, 2016). Rasio kinerja operasional untuk mengukur tingkat efisiensi biaya operasional dengan menggunakan BOPP. Semakin rendah biaya yang dikeluarkan maka semakin efisien. Biaya operasional dalam penelitian ini merupakan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan. Penelitian yang dilakukan oleh Nitariana (2016) mengenai pengaruh efisiensi operasional keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan industri makanan dan minuman tahun 2010-2014 menemukan bahwa biaya operasional yang diukur menggunakan BOPP memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Kinerja operasional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan CSR merupakan sumber daya yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif karena mampu menambahkan nilai yang positif

14 untuk perusahaan. Perusahaan memiliki motivasi untuk memberikan informasi laporan keuangannya kepada pihak eksternal (Nuswandari, 2009). Perusahaan dengan kegiatan CSR yang tinggi, ingin mensinyalkan kepada para investor dengan melakukan pengungkapan CSR. Teori sinyal digunakan mengurangi asimetri informasi baik dari pihak perusahaan, pemilik maupun pihak luar perusahaan. Suatu perusahaan menurut teori stakeholder tidak terbatas hanya memperhatikan pemegang saham namun juga harus memperhatikan semua kepentingan terhadap perusahaan dengan kata lain perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri tetapi juga harus memberikan manfaat bagi stakeholder. Ratnasari (2011) menjelaskan bahwa pengungkapan CSR sangat penting untuk dilakukan oleh sebuah entitas bisnis karena merupakan salah satu strategi perusahaan untuk menjaga stakeholder. Selain itu perusahaan harus mampu memposisikan dirinya ditengah lingkungan masyarakat agar mendapat legitimasi atau dukungan sesuai harapan masyarakat mengenai aktivitas yang dilakukan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya terutama dalam aspek sosialnya karena mampu meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Lindawati dan Puspita (2015) legitimasi yang didapatkan dari masyarakat akan membuat perusahaan merasa mendapatkan dukungan dalam menjalankan kinerja operasionalnya sehingga mampu meningkatkan kinerjanya. Perusahaan yang dalam praktiknya telah melaksanakan program CSR ingin masyarakat luas mengetahuinya. Perusahaan yang melakukan

15 pengungkapan CSR akan membuat saham yang dimiliki oleh perusahaan meningkat (Ibrahim dkk., 2015). Perusahaan mengungkapkan praktik CSR dengan mengeluarkan laporan tahuan (annual report) yang didalamnya memuat laporan kegiatan CSR yang telah dilakukan. Adanya pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat membuat nama atau citra perusahaan semakin dikenal baik sehingga loyalitas konsumen akan tinggidan mampu menarikinvestor agar menanamkan modalnya didalam perusahaan.dengan kata lain pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan akan mampu mendapatkan respon yang positif oleh masyarakat dan investor. Hal tersebut mampu memberikan dampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Rosiana (2013) dengan sampel perusahaan manufaktur periode 2008-2012, menemukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Gunawan dan Utami (2008) dengan penelitian menggunakan sampel perusahaan go public dan menerbitkan laporan tahunan lengkap di BEI periode 2005 dan 2006 menunjukkan hasil bahwa pengungkapan CSR memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim, dkk (2015) dengan sampel pada perusahaan manufaktur di BEI periode 2009-2011 menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

16 H2 : Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 3. Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Nilai Perusahaan Harga saham merupakan tolak ukur nilai perusahaan bagi setiap investor. Harga saham yang tinggi menyebabkan nilai perusahaan tinggi. Perusahaan multinasional dibandingkan dengan perusahaan nasional dianggap lebih mampu meningkatkan harga saham yang lebih tinggi. Perusahaan dengan kepemilikan asing dianggap mampu menciptakan keunggulan kompetitif karena sumber daya tersebut mampu menambah nilai positif sesuai teori RBV agar meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan asing dipandang lebih siap dan mampu dalam mengelola dana dan memberikan keuntungan bagi para investor. Salvatore (2005) menyatakan bahwa sebuah portofolio yang mengandung saham-saham domestik dan asing menawarkan resiko yang lebih rendah dan tingkat pengembalian yang lebih tinggi bagi investornya dibanding portofolio yang hanya mengandung saham-saham domestik. Hal tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemegang saham. Sissandhy dan Sudarno (2014) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tahun 2009-2012 menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Vitalia dan Widyawati (2016) pada perusahaan properti tahun 2011-2013 yang menemukan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap nilai

17 perusahaan. Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 : Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. C. MODEL PENELITIAN Pengujian ini menguji kinerja operasional, pengungkapan CSR, dan kepemilikan asing terhadap nilai perusahaan. Kerangka pemikiran penelitian ini, sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Kinerja Operasional H1 (+) Pengungkapan CSR H2 (+) Nilai Perusahaan Kepemilikan Asing H3 (+) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian