IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)

SMP NEGERI 3 MENGGALA

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara)

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

IV. TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN: RIWAYAT PENGELOLAAN, AKSES DAN KONTROL KAWASAN TAMAN NASIONAL

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

Gambar 1. Pintu masuk obyek wisata alam Resort Balik Bukit.

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI ALAM,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Perancangan Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi di Jepara

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

III. KONDISI UMUM LOKASI

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

ANALISIS PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM DI RESORT BALIK BUKIT TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Cagar lam merupakan sebuah kawasan suaka alam yang berarti terdapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk. lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam dan Ekowisata

TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan kekayaan keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van Degouvernoor General Van Nederlandsch Indie Nomor 48 Stbl 1935 dengan nama Sumatera Selatan I (SM SS I). Pada tanggal 1 April 1979 statusnya berubah menjadi Kawasan Pelestarian Alam yang kemudian ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui Surat Pernyataan Menteri pertanian Nomor 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982. Kawasan TNBBS melalui SK Menteri Kehutanan Nomor 6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional dikelola oleh Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang merupakan Unit Pelaksanan Teknis di Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan. Daerah Kubu Perahu merupakan bagian kawasan hutan Register 47 B TNBBS yang mengacu pada SK Direktur Jenderal PHPA Nomor 57/Kpts/Dj-VI/1990 tanggal 31 Mei 1990 termasuk dalam Mintakat (Zona) Pemanfaatan untuk kepentingan rekreasi dan wisata alam.

21 B. Keadaan Fisik Kawasan Kubu Perahu 1. Letak dan Luas Zona Pemanfaatan Intensif Resort Balik Bukit berada di bagian tengah sebelah timur Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, yang secara geografis terletak pada 5 04 00-5 05 06 LS dan 104 02 37-104 04 00 BT. Menurut administrasi pemerintahan, Zona Pemanfaatan Intensif Kubu Perahu berbatasan langsung dengan enclave Kubu Perahu (100 ha) yang merupakan bagian wilayah Pekon Kubu Perahu, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung. Sementara menurut Balai TNBBS, pengelolaan Zona Pemanfaatan Intensif Kubu Perahu termasuk dalam wilayah Seksi Konservasi Wilayah I Liwa. 2. Topografi Keadaan topografi Zona Pemanfaatan Intensif Kubu Perahu umumnya bergelombang dan berbukit-bukit yang banyak dilalui oleh sungai dan anak-anak sungai dengan ketinggian antara 550 900 mdpl. 3. Hidrologi Di Zona Pemanfaatan Intensif Kubu Perahu mengalir 1 (satu) buah sungai utama yaitu Way Sindalapai dengan ratusan anak-anak sungai diantaranya Way Sepapa Kanan, Way Sepapa Kiri, Way Menterang dan Way Mengengung. Menurut BPS Kabupaten Lampung Barat (2001), sungai-sungai yang mengalir kesebelah barat masih stabil karena didukung oleh banyaknya flora penutup tanah dan belum terganggunya air tanah dangkal sebagai sumber mata air.

22 4. Aksesibilitas Untuk mencapai Zona Pemanfaatan Intensif Kubu Perahu dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat dengan mudah dan lancar mengingat lokasi dilalui oleh jalan aspal Lintas Barat Sumatera. Aksesibilitas selengkapnya ke Zona Pemanfaatan Intensif Kubu Perahu disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Aksesibilitas ke zona pemanfaatan intensif Kubu Perahu No Asal Tujuan Jarak (km) 1. Bandar Lampung Liwa 240 Liwa Kubu Perahu 92 2. Bandar Lampung Kota Agung 92 Kota Agung Krui 155 Krui Kubu Perahu 25 3. Manna (Bengkulu Selatan) Krui Sumber : BBTNBBS, 2007. Krui Kubu Perahu 248 25 Waktu (jam) 5,5 0,25 2 3 0,5 6,4 0,5 Kendaraan C. Keadaan Biotik Zona Pemanfaatan Intensif Kubu Perahu 1. Ekosistem Zona Pemanfaatan Intensif Kubu Perahu (800 900 mdpl) disusun oleh tipe ekosistem hutan hujan pegunungan. 2. Flora Jenis vegetasi yang dominan dan umum dijumpai di Zona Pemanfaatan Intensif Kubu Perahu adalah jenis-jenis pengisi hutan hujan pegunungan bawah dari famili Dipterocarpaceae, Myrtaceae dan Fagaceae dengan jenis yang umum dijumpai. Flora di zona pemanfaatan intensif Resort Balik Bukit dapat dilihat pada Tabel 4.

23 Tabel 4. Flora di zona pemanfataan intensif Resort Balik Bukit No Nama Lokal Nama Ilmiah 1. Pasang Quercus sp 2. Manggis-manggisan Garcinia sp 3. Meranti Shorea sp 4. Anggrek hitam Gramatophlum sp 5. Anggrek bulan Phalaenopsis sumatranus Sumber: Data primer penelitian, 2013. 3. Fauna Zona Pemanfaatan Intensif Kubu Perahu dihuni oleh beberapa jenis fauna. Jenis fauna Resort Balik Bukit dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Fauna di zona pemanfataan intensif Resort Balik Bukit No Nama lokal Nama ilmiah 1. Rangkong Buceros sp 2. Kuau Argusianus argus 3. Siamang Hylobates syndactyllus 4. Owa Hylobates agilis 5. Simpai Presbytis melalophos 6. Beruang madu Helarctos malayanus 7. Gajah sumatera Elephas maximus sumatranus 8. Kambing hutan Capricornis sumatrensis Sumber: Data primer penelitian, 2013. D. Potensi Wisata di Resort Balik Bukit Pekon Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan TNBBS merupakan suatu kawasan yang memiliki fungsi penting dalam perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang dikelola dengan sistem zonasi. Taman nasional dapat juga dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Balik Bukit Merupakan salah satu Resort di TNBBS yang memiliki banyak potensi wisata yang menarik dan dapat

24 dikembangkan. Potensi wisata alam yang terdapat di Resort Balik Bukit TNBBS yang dapat dikembangan, seperti air tejun, sungai way sepapa, ekosistem hutan hujan pegunungan, demplot, satwa liar, pemandangan alam, dan batu balok. E. Kegiatan Wisata Alam 1. Pemandangan Alam (Keindahan Alam) Resort Balik Bukit memiliki obyek wisata pemandangan alam yang indah yang dapat dinikmati oleh para pengunjung berupa hamparan strata tajuk yang hijau dan suasana sejuk dengan angin sepoi-sepoi, dari hasil kuesioner dan wawancara dengan responden maka dapat diketahui bahwa sebagian pengunjung datang untuk menikmati pemandangan alam. Para pengunjung memilih datang ke obyek wisata ini karena pengunjung merasa lokasi obyek wisata ini memiliki pemandangan alam yang indah, alami dan masih terjaga sehingga pengunjung untuk menikmati suasana alam lebih memilih berwisata ketempat ini selain itu tempatnya yang mudah dijangkau. 2. Berkemah Dari hasil kuesioner dan wawancara yang diperoleh dari pengunjung Resort Balik Bukit memiliki obyek wisata alam yang indah juga dapat dimanfaatkan oleh pengunjung untuk berkemah. Lokasi ini menjadi pilihan pengunjung jika ingin mengadakan perkemahan, karena lokasinya yang nyaman dan tempatnya strategis dengan didukung aksesnya yang tidak sulit dijangkau.

25 3. Lain-lain Kegiatan wisata lain yang biasa pengunjung lakukan di obyek wisata alam Resort Balik Bukit adalah Pengamatan flora dan fauna, bird watching, photo hunting, penjelajahan hutan dan kegiatan-kegiatan keorganisasian. F. Fasilitas dan Pelayanan Pengembangn obyek wisata alam sangat dipengaruhi oleh adanya fasilitas-fasilitas penunjang untuk kegiatan wisata. Fasilitas penunjang wisata alam yang terdapat di obyek wisata alam Resort Balik Bukit TNBBS, seperti Bumi Perkemahan, Menara Pengamatan, Rumah Pohon, Jalur Trail wisata, MCK, Shelter, dan Papan Interpretasi. G. Potensi sumberdaya Manusia di Pekon Kubu Perahu Masyarakat Kubu Perahu memiliki potensi yang mampu menunjang kegiatan pengembangan obyek wisata alam Resort Balik Bukit, potensi yang dapat menunjang kegiatan pengembangan tersebut seperti adanya kemampuan masyarakat dalam membuat kerajinan tangan seperti membuat kapal laut dari kotak rokok dan membuat souvenir motor yang terbuat dari anyaman rotan. Kerajinan-kerajinan tangan tersebut dapat dijadikan souvenir bagi para pengunjung yang berwisata di obyek wisata alam resort Balik Bukit Pekon Kubu Perahu, potensi lain adalah seperti kegiatan sehari-hari masyarakat memecah batu juga dapat dijadikan potensi karena para wisatawan sangat jarang tahu bagaimana cara dalam memecah batu dan para wisatawan dapat secara langsung belajar cara masyarakat Kubu Perahu dalam memecah batu.

26 H. Kelembagaan masyarakat di Pekon Kubu Perahu Selain Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat dalam hal pengamanan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan pembinaan partisipasi masyarakat pekon Kubu Perahu, juga terdapat lembaga lain yang berinteraksi dengan masyarakat pekon Kubu Perahu seperti Lembaga Himpun Pemekonan (LHP) dan Lembaga Kegotong Royongan kedua lembaga ini didirikan dengan tujuan saling membantu dalam memenuhi kebutuhuhan seperti membuat rumah dan membuat usaha ternak yang dikelola secara bersama. I. Keadaan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Ketersediaan lahan garapan yang terbatas di Pekon Kubu Perahu serta tekanan krisis ekonomi dan moneter sejak dimulainya reformasi tahun 1998 telah mendorong munculnya aktivitas pembukaan lahan untuk perkebunan di kawasan hutan Taman Nasional di sekitar Enclave Kubu Perahu dan sekitar pusat desa (daerah Way Badas) seluas puluhan hektar, pada tahun 2003 aktivitas ilegal tersebut telah dapat dihentikan kecenderungan perluasannya dan sebagian besar telah ditinggalkan oleh pelaku perambahan hingga saat ini. Secara umum Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di zona pemanfaatan intensif Kubu Perahu masih merupakan hutan alam primer yang relatif aman dari berbagai gangguan seperti perambahan hutan, pencurian hasil hutan dan perburuan liar.