PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus


BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.1 JAN-JUNI 2014 ISSN :


BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan Cross-

BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

Transkripsi:

HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT, LEMAK DAN SERAT DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA LANJUT USIA WANITA (Studi di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Kota Semarang Tahun 07) Ria Yuniati, Siti Fatimah Pradigdo, M. Zen Rahfiludin 3 Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email : riayuniati0@gmail.com ABSTRAK Tingginya asupan karbohidrat dan lemak serta rendahnya asupan serat pada lanjut usia dapat meningkatkan kadar glukosa darah karena sering mengalami gangguan metabolisme karbohidrat sehingga memicu diabetes melitus. Tujuan dari penelitian yaitu menganalisis hubungan konsumsi karbohidrat, lemak dan serat pada lanjut usia wanita di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading, Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research dengan rancangan cross sectional. Subjek dalam penelitian ini adalah 3 lansia wanita usia 60-74 tahun yang dipilih secara purposive sampling. Kadar glukosa darah sewaktu diperiksa pada sampel plasma darah vena responden dengan metode Enzymatic Colorimetric test GDO-PAP. Data asupan (karbohidrat, lemak dan serat) dikumpulkan dengan menggunakan formulir food weighing dan dianalisis dengan menggunakan uji korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan rerata dan SD kadar glukosa darah responden sebesar 0,5 ±39,05 mg/dl. Sejumlah 93,8% subjek mempunyai kadar glukosa darah yang tergolong normal (<00 mg/dl). Tingkat kecukupan karbohidrat subjek dengan rerata dan SD sebesar 83,96% ±7,77. Sejumlah 68,8% subjek mempunyai tingkat kecukupan lemak yang tergolong baik (80-00%). Tingkat kecukupan lemak subjek dengan rerata dan SD sebesar 3,40% ±,67. Sejumlah 96,9% subjek mempunyai tingkat kecukupan lemak yang tergolong lebih (>00%). Asupan serat subjek dengan rerata dan SD sebesar 5,00 ±0,397 gram per hari. Seluruh subjek mempunyai asupan serat yang tergolong kurang (<5 gram per hari). Ada hubungan tingkat kecukupan karbohidrat (p = 0,003), tidak ada hubungan tingkat kecukupan lemak (p = 0,88), tidak ada hubungan asupan serat (p=0,955). Penelitian ini merekomendasikan lansia untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung tinggi karbohidrat. Kata kunci : diabetes melitus, kadar glukosa darah, lansia wanita PENDAHULUAN Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun keatas. Bertambahnya usia menyebabkan penurunan kondisi fisik/biologis, psikologis, dan perubahan kondisi sosial. Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko 759

penyakit degeneratif dan kekurangan gizi. 3 Masalah gizi yang terjadi pada lansia kebanyakan disebabkan karena kelebihan gizi yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi gout rematik, ginjal, perlemakkan hati dan lainlain. 3 Diabetes melitus adalah penyakit gangguan sistem metabolisme karbohidrat disebabkan pankreas tidak dapat memproduksi atau tidak dapat menggunakan hormon insulin secara efektif. 4 Menurut IDF (Internasional Diabetes Federation) memperkirakan 37 juta orang di Seluruh dunia terkena diabetes melitus dan 4,8 juta meninggal serta pengobatan untuk penyakit ini mencapai 48 miliar dolar Amerika telah dikeluarkan. Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun 007 sampai 03 menunjukkan prevalensi kasus diabetes melitus di Indonesia terus meningkat yaitu, % menjadi, %. 5,6,7 Kasus diabetes melitus di kota Semarang tahun 05 menduduki urutan kedua penyakit tidak menular. Kelompok usia yang terkena diabetes melitus adalah usia lebih dari 45 tahun. Jumlah penderita diabetes melitus tipe usia 45-65 tahun sebanyak 730 orang dan usia lebih dari 65 tahun ke atas 7 orang, sedangkan tahun 06 diabetes melitus masih menduduki urutan nomor dengan jumlah kasus 56 yang terjadi di sejumlah puskesmas dan rumah sakit di Kota Semarang. 8 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah seseorang adalah pola makan, stres, hormon, genetik, aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, dan obesitas. Tingginya asupan karbohidrat dan reseptor insulin yang rendah dapat menyebabkan glukosa yang dihasilkan dari metabolisme karbohidrat yang dikonsumsi akan meningkat di pembuluh darah. 9 Tingginya asupan lemak juga dapat menyebabkan obesitas sehingga terjadi resistensi insulin di dalam itu. 0 Kurangnya mengonsumsi serat < 5 gram per hari dapat meningkatkan tingginya kadar glukosa di dalam darah. Serat memiliki manfaat untuk memperlambat penyerapan karbohidrat di usus kecil sehingga mengurangi proses glukoneogenesis yang berpengaruh terhadap peningkatan kerja insulin. 0 Data yang diperoleh di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading menjelaskan bahwa jumlah lansia sebanyak 85 orang yang terdiri dari 33 pria dan 5 wanita. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap lansia wanita di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading, Kota Semarang. Hal ini disebabkan rerata lansia yang berada disana tidak memiliki tempat tinggal dan banyak diantara mereka yang sengaja dititipkan di tempat tersebut disebabkan keluarganya sudah tidak peduli lagi dan belum ada pemeriksaan kadar glukosa darah secara rutin. TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut Usia (Lansia) Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun keatas. Bertambahnya usia menyebabkan penurunan kondisi fisik/biologis, psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 760

. Konsumsi Zat Gizi Zat gizi adalah suatu zat kimia yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Kebutuhan gizi yang dibutuhkan lansia lebih spesifik karena pada usia lanjut terjadi proses fisiologis dan psikososial sebagai akibat proses menua. Lansia membutuhkan karbohidrat yang sesuai dengan angka kecukupan karbohidrat untuk dijadikan sebagai sumber energi. Karbohidrat berfungsi sebagai energi untuk sel-sel tubuh terutama dalam bentuk glukosa. Lemak merupakan penghasil energi terbanyak yaitu 9 kkal tiap gramnya. Lemak memiliki fungsi yang di gunakan di dalam tubuh kita sebagai sumber energi. Serat merupakan jenis karbohidrat yang tidak larut.lansia juga membutuhkan serat sebanyak 5-30 gram dalam sehari. 3 3. Diabetes Melitus Diabetes melitus biasanya disebut penyakit kencing manis yang disebabkan karena gangguan sistem metabolisme karbohidrat. Penyakit ini ditandai dengan peningkatan kadar glukosa di dalam darah dikarenakan pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. 3 Faktor risiko diabetes melitus dibagi menjadi yaitu yang dapat dimodifikasi 4 (kegemukan, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, riwayat dislipidemia, diet tidak sehat dengan tinggi gula dan rendah), sedangkan faktor risiko yang dan tidak dapat dimodifikasi (Usia > 45 tahun, keluarga riwayat diabetes melitus, riwayat pernah menderita diabetes gestasion, riwayat berat badan lahir rendah yaitu 500 gram. 4. Kadar Glukosa Darah Glukosa darah merupakan produk akhir dari metabolisme karbohidrat yang berfungsi sebagai energi di dalam tubuh kita. Faktor-faktor yang mempengaruhi Glukosa Darah: a. Pola makan b. Resistensi insulin c. Stres d. Aktivitas fisik e. Usia f. Genetik g. Jenis kelamin h. Hormon i. Obesitas METODE Jenis penelitian ini adalah explanatory researchdengan rancangan cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat konsumsi karbohidrat, lemak dan serat, sedangkan variabel terikat adalah kadar glukosa darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Populasi penelitian ini adalah lansia wanita yang berusia 60-74 tahun yang berjumlah 40 orang.subjek 76

dalam penelitian berjumlah 40 orang dengan kriteria : a. Inklusi a) Bersedia menjadi responden b) Lansia berjenis kelamin wanita c) Lansia berusia 60-74 tahun b. Eksklusi a) Lansia di rawat di rumah sakit. b) Lansia mengalami obesitas Subjek dalam penelitian ini adalah 3 lansia wanita usia 60-74 tahun yang dipilih secara purposive sampling. Hal ini disebabkan beberapa responden tidak bersedia diambil darahnya ketika penelitian berlangsung.data kadar glukosa darah sewaktu diperiksa pada sampel plasma darah vena responden dengan metode Enzymatic Colorimetric test GDO- PAP. Data asupan karbohidrat, lemak dan serat dikumpulkan menggunakan food weighing x4 jam, kemudian dianalisis dengan menggunakan softwarenutrisurvey dan SPSS. Analisis data yang digunakan yaitu berupa analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji korelasi rank spearmankarena data glukosa darah tidak normal. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden Tabel. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, status dan riwayat obesitas No Karakteristik N %. Usia 60-69 tahun 70 tahun Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 9 3 7 3 8 59,4 4,.6 53, 9,4 5 Tidak sekolah 3 Pekerjaan Ibu rumah tangga Buruh Pedagang Sekretaris Pramuniaga Guru Wirausaha Petani 4 Status Cerai hidup Cerai mati Tidak menikah 5 Riwayat Obesitas Ya Tidak 3 9 4 8 7,9 3, 3, 3, 3, 3, 90,6 3,,5 87,5 Tabel. menunjukkan bahwa mayoritas usia responden 60-69 tahun sebanyak 59,4% dengan rerata 67,6±4,77 tahun, sedangkan pendidikan responden berpendidikan setingkat SD sebanyak 53,%. Responden paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 7,9%. Mayoritas responden memiliki status cerai hidup sebanyak 90,6% dan Kebanyakan responden tidak memiliki riwayat obesitas yaitu sebesar 87,5%. B. Analisis Univariat Tabel. Distribusi frekuensi kadar glukosa darah responden Kadar glukosa darah N % <00 mg/dl normal 00 mg/dl tinggi 30 93,8 Total 3 00 Tabel.menunjukkan rerata kadar glukosa darah responden adalah 0.5 ±39.05 mg/dl.sejumlah 93.8% responden mempunyai kadar glukosa 76

darah yang tergolong normal (<00 mg/dl). Tabel 3. Tingkat kecukupan karbohidrat responden Tingkat kecukupan N % Kurang (<80%) Baik (80-00%) Lebih (>00%) 8 5,0 68,8 Total 3 00 Tabel 4. menunjukkan rerata tingkat kecukupan karbohidrat responden adalah 83,96% ±7,77. Sejumlah 68,8% responden mempunyai tingkat kecukupan yang tergolong baik. Tabel 4. Tingkat kecukupan lemak responden Tingkat kecukupan lemak N % Kurang (<80%) Baik (80-00%) Lebih (>00%) 0 3 0 3, 96,9 Total 3 00 Tabel 4.4 menunjukkan rerata tingkat kecukupan lemak 3,40% ±,67. Sejumlah 96,9% responden mempunyai tingkat kecukupan lemak yang tergolonglebih. Tabel 5.Asupan serat responden Asupan Serat N % Kurang (<5 gram) Cukup (5-30 gram) 3 0 00 0 Total 3 00 Tabel 5. menunjukkan rerata asupan serat 5,00 ±0,397 gram per hari. Seluruh(00%) responden mempunyai asupan serat yang tergolong kurang. C. Analisis Bivariat Tabel 6. Hubungan Konsumsi Karbohidrat, Lemak dan Serat Variabel Terikat Kadar glukosa darah Variabel Bebas TKK TKL Asupan serat r 0,55 0,07-0,00 Ada hubungan tingkat kecukupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah (p= 0,003 r= 0,55). Tidak ada hubungan tingkat kecukupan lemak dengan kadar glukosa darah (p= 0,88 r= 0,07). Tidak ada hubungan konsumsi asupan serat dengan kadar glukosa darah (p= 0,995 r= -0,00) PEMBAHASAN. Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat Dengan Kadar Glukosa Darah Hasil penelitian menunjukkan rerata responden mengonsumsi tingkat kecukupan karbohidrat sebesar 83,96% ±7,77. Sejumlah 68,8% responden mempunyai tingkat kecukupan yang tergolong baik. Hasil uji statistik yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan korelasi rank spearman menunjukkan ada hubungantingkat kecukupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah responden (p= 0.003 ; r= 0.55) Nilai koefisien korelasi yang bertanda positif mengandung arti bahwa hubungan yang terjadi antara dua variabel tersebut bersifat searah artinya semakin tinggi tingkat kecukupan karbohidrat yang dikonsumsi, maka semakin p 0,003 0,88 0,955 763

tinggi kadar glukosa darah seseorang. Hasil observasi selama hari di Rumah Pelayanan Lanjut Usia Pucang Gading, Kota semarang menunjukkan bahwa rerata lansia mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat banyak berasal dari nasi, teh manis, dan beberapa selingan seperti bihun goreng dan kue lapis manis. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yekti tahun 04 yang mengatakan adanya hubungan yang bermakna tingkat kecukupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah responden. 5 Berbeda dengan penelitian Dyah tahun 05 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna tingkat asupan karbohidrat. Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Kadar Glukosa Darah Hasil penelitian menunjukkan rerata responden mengonsumsitingkat kecukupan lemak 3,40% ±,67. Sejumlah 96,9% responden mempunyai tingkat kecukupan lemak yang tergolonglebih. Hasil uji statistik yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan korelasi rank spearman menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara tingkat kecukupan lemak dengan kadar glukosa darah (p= 0.88; r= 0.07) Nilai koefisien korelasi yang bertanda positif mengandung arti bahwa hubungan yang terjadi antara dua variabel tersebut bersifat searah artinya semakin tinggi tingkat asupan lemak yang dikonsumsi, maka semakin tinggi kadar glukosa darah seseorang. Hasil observasi selama hari di Rumah Pelayanan Lanjut Usia Pucang Gading, Kota semarang menunjukkan bahwa rerata lansia mengonsumsi makanan yang mengandung lemak banyak berasal dari lauk pauk seperti semur ayam, tahu goreng, tahu semur, telur mata sapi, dan kerupuk serta selingan seperti bihun goreng. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Raditya tahun 04 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna tingkat asupan lemak dengan kadar glukosa darah responden. 6 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri dan Yekti tahun 0 yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna tingkat asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah. 7 3. Hubungan Asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah Hasil penelitian menunjukkan rerata responden mengonsumsi asupan serat sebesar 5,00 ±0,397. gram per hari. Seluruh(00%) responden mempunyai asupan serat yang tergolong kurang. Hasil uji statistik yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan korelasi rank spearman menunjukkan 764

bahwa tidak ada hubungan bermakna antara asupan serat dengan kadar glukosa darah responden dengan nilai (p= 0.955 r = -0.00). Nilai koefisien korelasi yang bertanda negatif mengandung arti bahwa hubungan yang terjadi antara dua variabel tersebut bersifat berlainan artinya semakin rendah asupan serat yang dikonsumsi, maka semakin tinggi kadar glukosa darah seseorang. Hasil observasi selama hari di Rumah Pelayanan Lanjut Usia Pucang Gading, Kota semarang menunjukkan bahwa rerata lansia mengonsumsi makanan yang mengandung serat banyak berasal dari sayuran seperti sayur labu, tumis kacang panjang dan buah pisang. Lansia hanya mengonsumsi sayur satu kali dalam sehari. Penelitian ini sejalan dengan Witasari dkk tahun 009 yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna asupan serat responden. 8 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri dan Yekti tahun 04 yang menyatakan bahwa Asupan serat berhubungan bermakna responden. 5 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Ada hubungan konsumsi karbohidrat dengan kadar glukosa darah. Tidak ada hubungan konsumsi lemak. Tidak ada hubungan asupan serat dengan kadar glukosa darah. B. Saran. Bagi responden Responden yang memiliki kadar glukosa darah yang tinggi perlu mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung tinggi karbohidrat seperti teh manis.. Bagi Instansi a. Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading perlu mewaspadai kejadian diabetes melitus para lansia dengan cara melakukan pelayanan pemeriksaan kadar glukosa darah apabila menandakan tanda dan gejala penyakit diabetes melitus sebagai tindakan pencegahan kejadian diabetes melitus. b. Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading perlu memperhatikan konsumsi makan untuk lansia wanita yang memiliki kadar glukosa yang tergolong tinggi dengan cara tidak memberikan teh manis. 3. Bagi Peneliti Peneliti lain agar dapat lebih menggambarkan kadar gula darah responden dengan menggunakan metode lain yaitu kadar gula darah puasa atau kadar gula darah jam PP. 765

DAFTAR PUSTAKA. Berdasarkan Undang-undang No. 3 tahun 998 Bab Pasal Ayat tentang kesejahteraan lanjut usia. S.Tahmer dan Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.009 3. Kementerian Kesehatan RI.Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.0 4. Kementerian Kesehatan RI. Waspada Diabetes Eat well Live well. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.04 5. Kemenkes.Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.03 6. Dinkes.Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang: Dinas Kesehatan.05 7. Waris, Lukman Marewa.Kencing Manis (Diabetes Melitus); ed. : Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 05 8. Dinkes.Komulatif Kasus Penyakit Tidak Menular di Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun 06 Dinas Kesehatan Kota Semarang. Semarang. Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang.06 9. Dewi, Rr Ngaisyah. Hubungan Pola Makan Dengan Tingkat Gula Darah Anggota DPRD Propinsi Kalimantan Timur.05 0. Dita, dkk. Gambaran Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa Angkatan 0 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Dengan Indeks Massatubuh 8,5-,9 Kg/M. Manado : Fakultas Kedokteran Universitas Sam ratulangi Manado.0. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Cetakan IX, Jakarta.009. Bulan,Ayu Febry, dkk.ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.03 3. Adi, Soelistijo dkk. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe di Indonesia. PB PERKENI. 05 4. Bustan, M.N.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.007 5. Fiti dan Yekti. Hubungan konsumsi karbohidrat, konsumsi total energi, konsumsi serat, beban glikemik dan latihan jasmani pada pasien diabetes mellitus tipe. Semarang : Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.04 6. Raditya. Hubungan Asupan Energi, Lemak, Protein Dan Karbohidrat Dengan Kadar Gula Darah Pada Lansia Obesitas Di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Surakarta : Program Studi S Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.04 7. Fiti dan Yekti. Hubungan konsumsi karbohidrat, konsumsi total energi, konsumsi serat, beban glikemik dan latihan jasmani 766

pada pasien diabetes mellitus tipe. Semarang : Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.04 8. Witasari, Ucik, dkk. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan Karbohidrat Dan Serat Dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe. Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 009 767