4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Bambu Sembilang 2.1.1 Klasifikasi Dalam pengelompokannya, bambu termasuk kedalam salah satu jenis rumput-rumputan. Menurut Sutarno (1996) bambu adalah tumbuhan yang batangnya berbentuk buluh, beruas, berbuku-buku, berongga, mempunyai cabang; berimpang dan mempunyai daun buluh yang menonjol. Klasifikasi bambu sembilang (Dendrocalamus giganteus Munro) sebagai berikut : Kingdom : Plantae (tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Dendrocalamus Spesies : Dendrocalamus giganteus Munro Nama Lokal : Bambu Sembilang 2.1.2 Morfologi Bambu memiliki bagian-bagian yang menjadi ciri-ciri morfologinya sehingga dapat digunakan untuk membedakan bambu dengan tumbuhan lain maupun dalam menentukan tiap jenisnya. Menurut Widjaja (2001) bagian-bagian bambu terdiri dari akar rimpang, rebung, buluh, pelepah buluh, percabangan, helai daun, dan pelepah daun. Akar rimpang atau bonggol bambu merupakan organ vegetatif yang penting, bersifat terestrial, berkayu, bercabang,-cabang, dan membawa akar adventif pada setiap bukunya. Setiap buku organ ini mempunyai mata tunas yang selanjutnya akan berkembang membentuk batang atau buluh baru (Dahlan 1994). Akar
5 rimpang terdapat dibawah tanah dan membentuk sistem percabangan yang dapat dipakai untuk membedakan kelompok bambu. Rebung merupakan bagian dari tunas akar rimpang yang tumbuh dan masih diselubungi oleh daun kelopak. Rebung dapat digunakan untuk membedakan jenis karena menunjukkan ciri khas warna pada ujungnya dan bulu-bulu yang terdapat pada pelepahnya (Widjaja 2001). Rebung ini juga banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai salah satu sumber pangan. Buluh merupakan hasil dari perkembangan rebung yang tumbuh sangat cepat dan mencapai tinggi maksimum dalam beberapa minggu. Buluh bambu berbentuk silinder, beruas-ruas, berongga, berdinding keras dan terdapat tunas. Setiap jenis bambu memiliki panjang ruas dan diameter yang berbeda. Bambu Sembilang memiliki ukuran raksasa dengan tipe perakaran termasuk tipe simpodial sehingga tumbuh dengan rumpun yang rapat. Bambu tersebut memiliki rumpun yang tidak terlalu rapat dan garis tengahnya dapat mencapai 3 meter. Buluh dari bambu ini dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 15-30 m dengan diameter pada pangkal mencapai 18-25 cm (Sutarno et al. 1996). panjang ruas-ruasnya mencapai 25-50 cm dengan tebal dinding mencapai 2,5 cm. Bambu Sembilang memiliki akar hawa yang pendek dan menggerombol yang terletak dibawah buku-buku. Sedangkan cabang dari bambu tersebut hanya terdapat pada buku-buku bagian atas (LIPI 1980). Buluh bambu sembilang pada saat tua berwarna hijau kusam (Irawan et al. 2006). Bambu memiliki karakter percabangan yang berbeda-beda sehingga dapat digunakan untuk identifikasi jenis bambu. Menurut Irawan et al. (2006) marga Dendrocalamus memiliki percabangan 5-15 cabang dengan satu cabang utama yang lebih besar,disebut polykotome unequal. Pada spesies Dendrocalamus giganteus jarak percabangan muncul pada jarak 2-4 meter diatas permukaan tanah Bentuk rebung dari bambu tersebut adalah mengerucut dengan warna pelepah rebung hijau keunguan. Miang atau bulu-bulu yang menutupi pelepah rebung berwarna hitam (Irawan et al. 2006). Umur dari bambu ini dapat mencapai 15-16 tahun dan dapat dipanen pada umur tujuh tahun (Sutarno et al. 1996). Warna daun bambu umumnya berwarna hijau. Bagian daun dari spesies
6 Dendrocalamus asper ini yang membedakan dengan daun bambu lain adalah permukaan bawah daun yang berbulu halus (Irawan et al. 2006). 2.1.3 Ekologi Bambu Sembilang dapat tumbuh di dataran tinggi tropik yang lembab sampai ketinggian 1200 mdpl. Selain itu juga dapat tumbuh di dataran rendah tropik pada tanah-tanah yang kaya akan aluvial (Sutarno et al. 1996). Belum diketahui secara pasti asal dari ditemukannya bambu Sembilang. Namun bambu tersebut dapat ditemukan di Burma dan timur laut Thailand. Pada tahun 1900 diintroduksi dari Burma dan ditanam di Kebun Raya Bogor (Sastrapradja et al. 1980). Penyebaran bambu ini mulai dari Burma Selatan (Myanmar) dan Thailand barat laut. Bambu ini ditanam di Sri Langka, India, Bangladesh dan Cina Selatan (Sutarno et al. 1996). 2.2 Pertumbuhan Bambu Pertumbuhan pada umumnya dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran. Menurut Salisbury dan Ross (1995) pertambahan tersebut tidak hanya dalam volume tetapi juga dalambobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Selain itu pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Bambu merupakan jenis rumput-rumputan yang berbentuk pohon kayu atau perdu melempeng. Pertumbuhan tunas bambu atau rebung, ada yang tumbuh sepanjang musim, ada juga yang tumbuh diawal musim hujan atau diakhir musim hujan (Heyne 1987). Pertumbuhan rebung ini menjadi awal dari petumbuhan bambu. Rebung ini nantinya akan berubah menjadi buluh-buluh bambu yang tidak lagi diselimuti oleh seludang. Setelah rebung-rebung tersebut berubah menjadi buluh maka pertumbuhan selanjutnya adalah pembentukan cabangdan pengayuan batang dengan penebalan dinding (Heyne 1987). Selain itu Heyne juga menjelaskan bahwa pertumbuhan cabang-cabang tersebut terjadi pada tahun kedua dan di tahun ketiga seludangseludang tersebut akan luruh dan batang-batangnya akan ditumbuhi lumut.
7 Kemudian selang tiga sampai empat tahun lagi buluh bambu tersebut dapat dipanen. 2.3 Budidaya Bambu Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadaek (2009) teknik budidaya bambu meliputi persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan penebangan (pemanenan) Persiapan tanam merupakan kegiatan persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan penanaman. Nadaek (2009) menjelaskan bahwa persiapan tanam dapat dimulai dengan membuat lubang tanam secukunya (disesuaikan dengan kondisi akar stek). Biasanya, lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm sampai 50 x 50 x 50 cm dengan jarak tanam 3 x 3 m, 4 x 4 m, atau 5 x 5 m atau dapat disesuaikan dengan ukuran buluh dalam rumpun. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan karena pertumbuhan awal bambu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air. Penanaman dilakukan dengan bibit stek batang ditanam horizontal atau miring sekitar 45 derajat dan bagian tunasnya menghadap kearah atas. Bila bibit tunasnya sudah tumbuh, ditanam tegak (Sutarno et al. 1996). Pemeliharaan dimulai dengan kegiatan penyulaman yang dilakukan pada tahun pertama. Kemudian dilakukan pemangkasan pada cabang-cabang yang terlalu rendah (Sutarno et al. 1996). Sedangkan menurut Nadaek (2009) selain kegiatan penyulaman dan pemangkasan, penjarangan buluh juga dilakukan dalam kegiatan pemeliharaan. Pemangkasan buluh ini dilakukan pada buluh yang tumbuh tidak normal, berhimpit dan buluh yang tumbuh tidak produktif. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea yang berguna untuk mempercepat pertumbuhan buluh bambu dan serasah daun sebagai pucuk alami yang juga dapat membantu pertumbuhan tanaman (Nadaek 2009). Sedangkan menurut Sutarno et al. (1996) pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan 15-15-15 NPK (masing-masing 100, 100, 200 kg/ha).menurut Sutiyono (2007) pemberian jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan umur dari bambu itu sendiri. Adapun jenis dan dosis pupuk yang diberikan disajikan pada Tabel 1.
8 Tabel 1 Jenis dan dosis pupuk untuk bambu No Umur Rumpun Dosis Pupuk (gram/rumpun) Urea TSP Pupuk Kandang 1 1 tahun 200 400 40 iter 2 2 tahun 400 600 80 liter 3 3 tahun 600 800 160 liter 4 4 tahun ke atas 800 1.000 200 liter Sumber : Sutiyono (2007) Menurut Qui dan Fu (1985) dalam Azis (1997) pemberian pupuk kandang merupakan cara pemeliharaan bambu biasa dilakukan secara tradisional di China. Pupuk organik merupakan pupuk lengkap yang dapat meningkatkan : (1) humus di dalam tanah, (2) memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia, (3) meningkatkan kapasitas menahan panas dari tanah dan mempertahankan kelembaban dan kesuburan tanah. 2.4 Pemanfaatan Bambu Sembilang Pemanfaatan bambu untuk kerajinan menurut Sutiyono (2007) dapat dibagi menjadi enam barang kerajinan, yaitu : a. Souvenir b. Kelengkapan dapur dan rumah tangga c. Furniture d. Alat musik tradisional e. Keranjang buah, besek, dan wadah ikan pindang f. Bangunan rumah Bambu telah banyak digunakan sebagai bahan baku industri terutama industri rumah tangga. Menurut Kusumaputri (2011) produk bambu yang diproduksi dalam jumlah besar berupa papan laminasi. Selain itu, bambu juga memiliki peluang untuk digunakan sebagai bahan papan semen, papan partikel dan bambu lapis. Bambu Sembilang merupakan salah satu bambu yang memiliki ukuran yang besar. Bambu berukuran besar sesuai untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan perabotan rumah tangga dan konstruksi (Kusumaputri 2011). Di asia, buluh bambu tersebut banyak digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti konstruksi, rangka rumah, selang air,dan bahan produksi kertas. Tunas muda atau rebung dapat dimakan tetapi tidak dapat dikonsumsi dalam jumlah besar. Di
9 Thailand cabang dengan diameter besar digunakan untuk pembuatan topi. Bambu Sembilang ini dapat ditanam untuk usaha perlindungan tanah dari erosi (Louppe dan Oteng-Amoaka 2008). 2.5 Konservasi Ex Situ Konservasi ex-situ adalah komponen konservasi dari keanekaragaman hayati diluar habitat alaminya (CBD dalam Hamilton A dan Hamilton P 2005). Pengawetan ex-situ dari spesies tumbuhan akan menjadi segera ditingkatkan terlebih untuk spesies yang telah punah dan terancam punah di alam liar. Kegiatan konservasi ek situ dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode. Beberapa bentuk dari konservasi ex-situ adalah penyimpanan benih, lahan bank-plasma, kebun raya atau arboretum,penyimpanan in vitro dan DNA/penyimpanan serbuk sari (Hamilton A dan Hamilton P 2005). Adapun definisi dari masing-masing metode dapat dilihat di Tabel 1. Tabel 2 Teknik konservasi ex-situ Metode Definisi Penyimpanan benih Sampel koleksi benih pada suatu tempat dan dipindahkan ke sebuah bank-plasma untuk disimpan. Sampel-sampel tersebut biasanya akan dikeringkan untuk mengurangi kelembaban dan menjaga pada suhu rendah. Lahan bank-plasma Mengumpulkan benih atau materi hidup dari suatu lokasi kemudian dipindahkan dan ditanam pada tempat lain. Tambahan jumlah yang besar dari spesies yang sedikit biasanya yang dikonservasi. Kebun raya/arboretum Mengumpulakan benih atau materi hidup dari suatu tempat kemudian dipindahkan dan dipelihara pada lokasi lain seperti mengkoleksi spesies tumbuhan di kebun atau raya atau spesies pohon di arboretum. Tambahan jumlah terkecil dari jumlah spesies terbesar biasanya yang dikonservasi. Penyimpanan in vitro Koleksi dan pemeliharaan dari eksplan disterilkan dari patogen bebas dilingkungan. DNA/penyimpanan serbuk Koleksi dari DNA atau serbuk sari dan disimpan pada tempat yang sari cocok seperti lemari es dan ruang ber-ac. Sumber : Hawkes et al. 2001 diacu dalam Hamilton A dan Hamilton P 2005