[ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak, buahnya kecil bila masak berwarna merah kehitaman sedangkan daging buah padat. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Kelapa sawit tumbuh di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi dan tanah yang subur. Kelembaban tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000-2500 mm setahun. Klasifikasi botani kelapa sawit diuraikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Arecales : Arecaceae : Elaeis : Elaeis guineensis Jacq (Hadi, 2004) Menurut Balfas (2003), secara umum terdapat beberapa hal yang kurang menguntungkan dari batang kelapa sawit dibandingkan dengan kayu biasa, diantaranya adalah: a. Kandungan air pada kayu segar sangat tinggi (dapat mencapai 50%).
b. Kandungan zat pati sangat tinggi (pada jaringan parenkim dapat mencapai 45%). c. Keawetan alami sangat tinggi. d. Kadar air keseimbangan relatif lebih tinggi. e. Dalam proses pengeringan terjadi kerusakan parenkim yang disertai dengan perubahan dan kerusakan fisik secara berlebihan terutama pada bagian kayu dengan kerapatan rendah. f. Dalam pengolahan mekanik batang kelapa sawit lebih cepat menumpulkan pisau, gergaji dan amplas. g. Kualitas permukaan kayu setelah pengolahan relatif rendah. h. Dalam proses pengerjaan akhir (finishing) memerlukan bahan lebih banyak. Namun demikian batang kelapa sawit memiliki beberapa hal yang sangat menguntungkan dibandingkan dengan kayu biasa, diantaranya adalah sebagai berikut (Balfas, 2003) : a. Harga kayu atau eksploitasi sangat rendah. b. Warna kayu cerah dan lebih seragam. c. Tidak mengandung mata kayu. d. Relatif tidak memiliki sifat anisotropis. e. Mudah diberi perlakuan kimia. f. Mudah dikeringkan. g. Pada bagian yang cukup padat tidak dijumpai perubahan atau kerusakan fisik yang berarti.
Dari hasil penelitian Bakar (2003) dalam Sujasman (2009) diketahui bahwa batang kelapa sawit mempunyai sifat sangat beragam dari bagian luar ke bagian pusat batang dan sedikit bervariasi dari bagian pangkal ke ujung batang. Beberapa sifat penting dari batang kelapa sawit untuk dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sifat-sifat dasar batang kelapa sawit Sifat-sifat Penting Bagian Dalam Batang Tepi Tengah Pusat Berat Jenis 0.35 0,28 0,20 Kadar air (%) 156 257 365 Kekuatan lentur (kg/cm 2 ) 29.996 11.421 6.980 Keteguhan lentur (kg/cm 2 ) 295 129 67 Susut volume (%) 26 39 48 Kelas awet V V V Kelas kuat III-V V V Papan Partikel Papan partikel adalah papan buatan yang terbuat dari serpihan kayu dengan bantuan perekat sintetis kemudian mengalami kempa panas sehingga memiliki sifat seperti kayu, tahan api dan merupakan bahan isolasi serta bahan akustik yang baik (Dumanauw, 1993). Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), tipe partikel yang digunakan untuk bahan baku pembuatan papan partikel adalah : a. Pasahan (shaving), partikel kayu kecil berdimensi tidak menentu yang dihasilkan apabila mengetam lebar atau mengetam sisi ketebalan kayu. b. Serpih (flake), partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang dikhususkan. c. Biskit (wafer), serupa serpih dalam bentuknya tetapi lebih besar. Biasanya lebih dari 0,025 inci tebalnya dan lebih dari 1 inci panjangnya. d. Tatal (chips), sekeping kayu yang dipotong dari suatu blok dengan pisau yang besar atau pemukul, seperti dengan mesin pembuat tatal kayu pulp.
e. Serbuk gergaji (sawdust), berupa serpih yang dihasilkan oleh pemotongan dengan gergaji. f. Untaian (strand), pasahan panjang, tetapi pipih dengan permukaan yang sejajar. g. Kerat (silver), hampir persegi potongan melintangnya dengan panjang paling sedikit 4 kali ketebalannya. h. Wol kayu (excelsior), keratin yang panjang, berombak, ramping juga digunakan sebagai kasuran pada pengepakan. Dibandingkan dengan kayu asalnya papan partikel mempunyai beberapa kelebihan seperti papan partikel bebas mata kayu, pecah dan retak, ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan, memiliki sifat isotropis dan kualitasnya mudah diatur (Maloney, 1993). Haygreen dkk. (2003) menerangkan bahwa salah satu kelemahan papan partikel sebagai bahan bangunan adalah stabilitas dimensinya yang rendah, sehingga kebanyakan papan partikel hanya digunakan untuk keperluan interior. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel diantaranya yaitu jenis partikel dan campuran jenis partikel, ukuran partikel dan perekat. Sifat-sifat papan partikel dibagi menjadi dua yaitu sifat fisis dan sifat mekanis. Kemudian sifat fisis papan partikel dipengaruhi oleh kerapatan, kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal. Maloney (1993) membagi kerapatan papan partikel ke dalam 3 (tiga) golongan yaitu: 1. Papan partikel kerapatan rendah (low density particleboard), memiliki kerapatan kurang dari 0,4 g/cm 3.
2. Papan partikel kerapatan sedang (medium density particleboard), memiliki kerapatan antara 0,4-0,8 g/cm 3. 3. Papan partikel kerapatan tinggi (high density particleboard), memiliki kerapatan lebih dari 0,8 g/cm 3. Kayu Mahoni Penelitian sifat fisis dan mekanis kayu mahoni dari tegakan berumur 19, 22, 29, 33 dan 37 tahun menunjukkan bahwa sifat fisis dan mekanis kayu tersebut cenderung meningkat dari umur 19 sampai 29 dan 32 tahun, tetapi kemudian tidak terjadi peningkatan sifat fisis dan mekanis sejak umur 32 tahun. Nilai kerapatan kayu mahoni yang diteliti berkisar antara 0,507-0,583 g/cm 3 dengan rata-rata 0,55 g/cm 3, sedangkan penyusutan tangensial dari keadaan basah sampai kering udara berkisar antara 1,951-2,534% dengan rata-rata 2,187%. Rata-rata modulus elastisitas berkisar antara 68.657,82-74.732,59 kg/cm 2 terendah pada pada kayu umur 19 tahun dan tertinggi pada umur 37 tahun. Kayu mahoni yang diteliti tergolong kelas kuat III (Hadjib, 2011). Nilai rata-rata kadar air, berat jenis berdasar berat dan volume basah, berat kering tanur per volume basah, berat kering udara per volume kering udara (kerapatan), berat dan volume kering tanur serta kayu mahoni dari 5 umur disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai rata-rata sifat fisis kayu mahoni yang diteliti Umur Penyusutan % Berat Jenis berdasar Kadar air % (Tahun) R T Bo/Vb Bu/Vu Basah Kering udara 19 2,857 4,713 0,491 0,575 77,729 12,155 22 2,670 4,504 0,434 0,507 86,597 11,882 29 3,478 5,002 0,498 0,583 77,608 12,230 33 3,336 5,176 0,474 0,554 68,987 12,056 37 2,665 4,546 0,458 0,530 77,474 12,685 Keterangan: R : radial
T Bo Vb Bu Vu : tangensial : berat kering tanur : volume basah : berat kering udara : volume kering udara Sumber : Hadjib (2011) Phenol Formaldehida Phenol formaldehida merupakan jenis perekat thermosetting yang digunakan untuk kepentingan eksterior dan struktural. Jenis perekat ini biasanya memiliki berat molekul yang cukup tinggi dan menghasilkan garis rekat di antara partikel kayu yang kuat, kaku dan tahan terhadap pengaruh air. Meskipun demikian, dapat juga digunakan berat molekul rendah sehingga perekat dapat masuk dan mengembangkan dinding sel kayu. Setelah dikempa panas, papan partikel yang dihasilkan akan memiliki stabilitas dimensi yang tinggi (Haygreen dan Bowyer, 1996). Perekat phenol formaldehida (PF) untuk perekatan memiliki berat molekul yang cukup baik. Perekat ini tetap berada pada bagian permukaan partikel dan dapat tahan lama, keras dan tahan terhadap air. Menurut Sumardi (2000) resin phenol formaldehida dapat masuk dan mengembangkan dinding sel kayu, dan setelah dimatangkan dengan panas akan menghasilkan stabilitas dimensi yang tinggi. Polimerisasi resin ini dikendalikan dalam kondisi asam dan basa (ph) kondisi lainnya juga yang penting adalah nisbah molar phenol dan formaldehida. Kelemahan phenol formaldehida yaitu memberikan warna gelap, kadar air kayu harus lebih rendah daripada perekat urea formaldehida atau perekat lainnya serta garis perekatan yang relatif tebal dan mudah patah.