PENGARUH JALAN PAGI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA KALIANGET TIMUR KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

SKRIPSI. Oleh : AGENG FIRMAN ALAMSYAH NIM: Di Poskesdes, Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.


BAB I LATAR BELAKANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Miftahul Rohmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

ANALISIS TEKANAN DARAH LANSIA YANG MELAKUKAN KEGIATAN OLAHRAGA JALAN PAGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

Kata kunci: Belimbing wuluh, tekanan darah, wanita dewasa.

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

STABILITAS TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO. Abdul Muhith *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET YANG MENGANDUNG XYLITOL TERHADAP CURAH DAN ph SALIVA PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN TERAPI AMLODIPINE

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

GAMBARAN PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA SETELAH MENGONSUMSI AIR PUTIH DI UPT PUSKESMAS LAWANG KABUPATEN MALANG SKRIPSI

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

HUBUNGAN KONSUMSI KOPI DAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUN BUDI AGUNG KOTA KUPANG

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini desain komparasi menggunakan quasi experiment

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

Laboratorium Sains Terapan, Universitas Advent Indonesia Jln. Kolonel Masturi No. 288 Parongpong, Bandung Barat.

SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan. Oleh: MARYANTI NIM G2B PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB 3 METODE PENELITIAN. deskriptif studi kasus. Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

PENGARUH KONSUMSI BELIMBING MANIS TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, KEJADIAN KONSTIPASI DAN TEKANAN DARAH PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KLATEN SELATAN

ABSTRAK. EFEK KOMBINASI JUS STROBERI (Fragraria vesca) DAN JUS BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola Linn.) TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL WANITA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

ABSTRAK. EFEK SEDUHAN KELOPAK BUNGA ROSELA MERAH (Hisbiscus sabdariffa, L) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA WANITA DEWASA

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

ABSTRAK PENGARUH AKTIVITAS FISIK SEDANG TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental (Setiadi,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas/olahraga secara teratur, tidur yang cukup dan tidak merokok

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

PENGARUH MENGKONSUMSI PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembinaan Fisik Lansia melalui Aktivitas Olahraga Jalan Kaki

Transkripsi:

PENGARUH JALAN PAGI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA KALIANGET TIMUR KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP (The Effect of Walking in the Morning to Change of Blood Pressure in Elderly with Hypertension in Kalianget Timur Village, Kalianget District, Sumenep Regency) Dian Ika Puspitasari, Mujib Hannan, Leviana Dea Chindy Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Wiraraja Sumenep Jl. Raya Sumenep-Pamekasan KM.05, Patean, Sumenep, Madura Telp: (0328) 674278 e-mail: dianika.uwr@gmail.com ABSTRAK Pendahuluan: Jalan pagi merupakan aktivitas ringan yang sesuai untuk orang dengan lanjut usia (lansia) karena dapat membantu mengendalikan tekanan darah dalam jangka panjang. Keterbatasan lansia untuk melakukan aktivitas fisik seharihari dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jalan pagi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Metode: Desain penelitian pre-experiment menggunakan one group pre-post test design, dengan teknik simple random sampling. Populasi dalam penelitian adalah lansia dengan hipertensi di Desa Kalianget Timur sebanyak 71 orang, sampel sebanyak 60 orang. Analisa data menggunakan uji statistik Wilcoxon. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan jalan pagi sebagian besar (65%) tekanan darah sistole 140-159 mmhg dan tekanan darah diastole seluruhnya (100%) >100 mmhg. Kemudian sesudah dilakukan jalan pagi tekanan darah menurun, sebagian besar (55%) tekanan darah sistole 140-159 mmhg dan hampir seluruhnya (88,3%) tekanan darah diastole >100 mmhg. Hasil analisa data diperoleh p= 0,000 (<0,05). Pembahasan: Lansia dapat melakukan aktivitas ringan seperti jalan kaki dipagi hari sebagai bentuk olahraga dalam menjaga kebugaran. Olahraga yang sesuai dan efektif dapat meningkatkan angka harapan hidup lansia sehingga derajat kesehatan lansia dapat meningkat. Kesimpulan: Jalan pagi efektif untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Kata Kunci : Jalan Pagi, Hipertensi, Lanjut Usia. ABSTRACT Introduction: Walking in the morning is a mild activity suitable for elderly people as it can help control blood pressure in the long term. Inability of the elderly to perform daily physical activity can affect blood pressure changes. This study aims to analyze the influence of walking in the morning to changes in blood pressure in the elderly with hypertension. Method: This research pre-experiment design is using one group pre-post test design, with simple random sampling technique. 1

The population in this study were elderly with hypertension in Kalianget Timur Village as many as 71 people, 60 samples. Data analysis using Wilcoxon statistical test. Results: The results showed that before walking in the morning is most (65%) blood pressure sistole 140-159 mmhg and diastole blood pressure entirely (100%)> 100 mmhg. Then after walking in the morning blood pressure decreases most (55%) sistole blood pressure is 140-159 mmhg and almost all (88.3%) diastole blood pressure> 100 mmhg. The result of data analysis obtained p = 0,000 (<0,05). Discussion: Elderly can perform mild activities such as walking in the morning as a form of exercise in maintaining body fit. Appropriate and effective exercise can increase the elderly life expectancy so that the health of elderly can increase. Conclusion: Walking in the morning is effective for lowering blood pressure in the elderly with hypertension. Keywords: Walking in the morning, Hypertension, Elderly. PENDAHULUAN Pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik diperlukan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang dapat menyebabkan pengeluaran tenaga untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik sangat penting peranannya terutama bagi orang dengan lanjut usia (lansia). Dengan melakukan aktivitas fisik, maka lansia dapat mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya (Fatmah, 2010). Lansia yang mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi) menikmati waktu senggangnya untuk bersantai. Sedangkan lansia yang kurang melakukan aktivitas fisik dan olahraga dapat mempengaruhi perubahan pada tekanan darah (Nugroho, 2008). Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011 sekitar 24 juta jiwa atau hampir 10% jumlah penduduk. Setiap tahun, jumlah lansia bertambah rata-rata 450.000 orang. Sedangkan jumlah lansia di Jawa Timur mencapai 2.971.004 jiwa atau 9,36% (Dinsos, 2012). Data prevalensi hipertensi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep pada tahun 2014 didapatkan bahwa penderita hipertensi lansia berjumlah 17.621 jiwa dengan usia 60-69 tahun menjadi usia terbanyak. Berdasarkan data di UPT Puskesmas Kalianget yang menaungi 7 daerah posyandu lansia, didapatkan data pada tahun 2013 dengan pra lansia sebanyak 9.400 jiwa, sedangkan untuk lansia sendiri sebanyak 3.694 jiwa. Jumlah lansia penderita hipertensi pada tahun 2015 di UPT Puskesmas Kalianget yaitu sebanyak 1.543 jiwa. Dari data posyandu lansia Desa Kalianget Timur didapat jumlah lansia sebanyak 71 orang dengan keluhan hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat diminimalisasikan tingkat kekambuhannya, hal tersebut dapat dilakukan dengan tetap menjaga gaya hidup berupa asupan makanan yang 2

seimbang serta aktivitas fisik yang cukup. Pada lansia penderita hipertensi diperlukan pengukuran tekanan darah yang rutin agar tekanan darahnya dapat terpantau dengan baik. Hipertensi dapat dicegah dengan menghindari faktor penyebab terjadinya hipertensi yaitu pengaturan pola makan, gaya hidup yang benar, menghindari kopi, merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi garam yang berlebihan dan aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur (Dalimartha, 2008). Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang mudah dilakukan oleh berbagai kalangan. Bagi lansia sendiri sangat diajurkan untuk melakukan aktivitas fisik seperti jalan pada pagi hari untuk mengisi waktu luang. Olahraga teratur bisa menjadi cara yang efektif untuk melancarkan sirkulasi darah. Jalan pagi memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan, menimbulkan rasa gembira dan semangat serta beban yang rendah. Aktifitas olahraga ini membantu tubuh agar tetap bugar karena dapat melatih tulang menjadi kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh. Jalan pagi ini dapat membentuk dan mengoreksi sikap dan gerak serta memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia, serta mempermudah penyesuaian kesehatan jasmani terutama kesehatan kardiovaskuler dalam adaptasi kehidupan lanjut usia (Giriwijoyo, 2012). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh jalan pagi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi? Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh jalan pagi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan rancangan pre eksperimental design jenis one-group pre-test post-test design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep yang mengalami hipertensi sebanyak 71 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling berjumlah 60 orang,yang memenuhi kriteria kriteria inklusi antara lain lansia dengan tekanan darah 40 mmhg, berumur > 45 74 tahun dan tidak mengkonsumsi obat penurun tekanan darah sebelum dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Variabel independen dalam penelitian ini adalah jalan pagi dan variabel dependennya adalah perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Instrumen penelitian menggunakan tensi meter, stetoskop dan lembar observasi untuk mengukur skala tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan aktivitas jalan pagi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April sampai Mei 2016, 3

diawali dengan pengurusan perijinan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Peneliti menentukan calon responden sesuai dengan kriteria inklusi. Selanjutnya calon responden diberikan informasi terkait penelitian yang akan dilakukan dan responden yang bersedia dilakukan penelitian menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (informed consent). Sebelum dilakukan penelitian, responden diberikan pre test berupa pemeriksaan tekanan darah. Kemudian responden diberikan perlakuan berupa aktivitas jalan pagi selama 3 kali seminggu selama 30 menit. Selama proses pemberian perlakuan, responden diperiksa kembali tekanan darahnya. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan uji statistik Wilcoxon. HASIL 1. Karakteristik Tekanan Darah Pada Responden Tabel 1. Karakteristik Tekanan Darah Pada Lansia No Tekanan Darah Sistole Sebelum Persentase Jumlah Dilakukan Jalan Pagi (mmhg) (%) 1 <120 0 0 2 120-139 0 0 3 140-159 39 65 4 >160 21 35 No Tekanan Darah Diastole Sebelum Dilakukan Jalan Pagi (mmhg) Jumlah 1 <80 0 0 2 80-89 0 0 3 90-99 0 0 4 >100 60 100 No Tekanan Darah Sistole Sesudah Jumlah Dilakukan Jalan Pagi (mmhg) 1 <120 0 0 2 120-139 7 11,7 3 140-159 33 55 4 >160 20 33,3 No Tekanan Darah Diastole Sesudah Dilakukan Jalan Pagi (mmhg) Jumlah 1 <80 0 0 2 80-89 1 1,7 3 90-99 6 10 4 >100 53 88,3 Persentase (%) Persentase (%) Persentase (%) 4

Tabel 1 menunjukkan bahwa tekanan darah sistole responden sebelum dilakukan jalan pagi sebagian besar yaitu 140-159 mmhg sebanyak 39 orang (65%). Karakteristik tekanan darah diastole responden sebelum dilakukan jalan pagi seluruhnya yaitu >100 mmhg sebanyak 60 orang (100%). Karakteristik tekanan darah sistole responden sesudah dilakukan jalan pagi sebagian besar yaitu 140-159 mmhg sebanyak 33 orang (55%). Karakteristik tekanan darah diastole responden sesudah dilakukan jalan pagi hampir seluruhnya yaitu >100 mmhg sebanyak 53 orang (88,3%). Tabel 2. Tekanan Darah Pada Lansia Sebelum Dilakukan Jalan Pagi No Kategori Jumlah Persentase (%) 1 Hipertensi 60 100 2 Tidak Hipertensi 0 0 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebelum dilakukan jalan pagi seluruh lansia (100%) mengalami hipertensi. Tabel 3. Tekanan Darah Pada Lansia Sesudah Dilakukan Jalan Pagi No Kategori Jumlah Persentase (%) 1 Naik 17 28,3 2 Tetap 13 21,7 3 Turun 30 50 Tabel 3 menunjukkan bahwa sesudah dilakukan jalan pagi sebagian lansia (50%) mengalami penurunan tekanan darah. Tabel 4. Tekanan Darah Pada Lansia Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Jalan Pagi No Kategori Jumlah Persentase (%) 1 Hipertensi 60 100 2 Tidak Hipertensi 0 0 No Kategori Jumlah Persentase (%) 1 Naik 17 28,3 2 Tetap 13 21,7 3 Turun 30 50 Uji wilcoxon P=0,000 < 0,05 Tabel 4 menunjukkan bahwa ada perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah (pre dan post) dilakukan aktivitas jalan pagi. Sebelum dilakukan jalan pagi jumlah responden yang mengalami hipertensi yaitu seluruhnya sebanyak 60 responden, kemudian sesudah 5

dilakukan jalan pagi terjadi perubahan yaitu sebanyak 30 responden mengalami penurunan tekanan darah. Sebanyak 17 responden mengalami kenaikan tekanan darah dan 13 responden memiliki pengukuran tekanan darah yang tetap dari sebelumnya. Berdasarkan hasil tersebut menggambarkan bahwa aktivitas jalan pagi memiliki keberhasilan dalam perubahan tekanan darah. Hasil analisis statistik non parametrik dengan menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p= 0,000 (P < 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa aktivitas jalan pagi memiliki pengaruh terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. PEMBAHASAN Tekanan Darah Pada Lansia Sebelum Jalan Pagi Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan jalan pagi seluruh lansia mengalami hipertensi. Tekanan darah manusia dapat diukur secara tidak langsung menggunakan tensimeter. Hasil pengukuran tekanan darah ditulis dalam dua angka, yaitu angka sistole dan diastole dalam satuan milimiter air raksa (mmhg) (Triyanto, 2014). Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan jalan pagi sebagian besar tekanan darah sistole yaitu 140-159 mmhg sebanyak 39 responden dan tekanan darah diastole yaitu >100 mmhg sebanyak 60 responden. Jika kita melakukan jalan pagi, maka tentunya kita akan menggerakkan kedua kaki dan mengayunkan lengan yang menunjukkan telah terjadi kerja otot. Otot-otot tersebut tentunya perlu mendapatkan nutrisi agar dapat bekerja dengan baik dan juga perlu ditunjang oleh kerja jantung dan pembuluh darah yang baik. Olahraga yang dilakukan tersebut selain mengalirkan darah dan nutrisi juga akan meningkatkan kemampuan jantung dan paru sehingga keadaan akan baik untuk mencegah dan membantu penyembuhan penyakit darah tinggi, jantung, dan juga sesak napas. Tekanan Darah Pada Lansia Sesudah Jalan Pagi Berdasarkan hasil penelitian sesudah dilakukan jalan pagi sebagian lansia mengalami penurunan tekanan darah. Konsep olahraga kesehatan adalah padat gerak, bebas stres, singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti), adekuat: massal, mudah, murah, meriah dan fisiologis (bermanfaat dan aman). Jadi olahraga kesehatan membuat manusia menjadi sehat jasmani, rohani dan sosial (Giriwijoyo, 2012). Hasil pengukuran tekanan darah sistole sesudah dilakukan jalan pagi yaitu 140-159 mmhg sebanyak 33 orang dan tekanan darah diastole sesudah dilakukan jalan pagi hampir seluruhnya yaitu >100 mmhg 6

sebanyak 53 orang. Jalan kaki dipagi hari dilakukan dengan tujuan meningkatkan dan mempertahankan denyut jantung pada zona latihan yang telah dianjurkan selama 30 menit tanpa henti. Dengan aktivitas jalan kaki seperti ini organ tubuh lainnya akan ikut diaktifkan. Jika hal ini dilakukan secara teratur akan timbul perubahan bersifat adaptasi tubuh yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf kesehatan. Pengaruh Jalan Pagi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Berdasarkan hasil penelitian bahwa aktifitas jalan pagi memiliki pengaruh terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Melakukan olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistole 4-8 mmhg. Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi karena olahraga isotonik (berjalan, bersepeda, jogging, aerobik) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Triangto, 2014). Menurut Hartmann (2008), ada 8 manfaat besar dengan rajin olahraga dipagi hari yaitu sirkulasi darah yang baik, kekuatan otot dan stamina, mengontrol gula darah, peningkatan kualitas kulit, kualitas tidur yang baik, perbaikan metabolisme tubuh, penyerapan vitamin D dan kesehatan mental yang baik. Hal ini sepadan dengan hasil penelitian Priyatna (2015) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara jalan pagi terhadap penurunan tingkat stres pada lansia. Hal tersebut memungkinkan bagi para lansia untuk melakukan aktivitas ringan sebagai bentuk olahraga dalam menjaga kebugaran. Penelitian lain tentang aktivitas fisik jalan pagi juga pernah dilakukan oleh Khomarun, Nugroho dan Wahyuni (2014) dengan hasil bahwa tekanan darah pada lansia pre dan post pemberian intervensi aktivitas berjalan mengalami perbedaan yang bermakna, sehingga ada pengaruh aktivitas fisik jalan pagi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi stadium I di Posyandu lansia Desa Makamhaji Kartasura. Begitu pula dengan hasil penelitian tentang jalan kaki pada pasien hipertensi yang dilakukan oleh Surbakti (2014) bahwa latihan jalan kaki 30 menit memberikan pengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Olahraga yang sesuai dan efektif dapat meningkatkan angka harapan hidup lansia sehingga derajat kesehatan lansia dapat meningkat. Sirkulasi darah yang lancar akan memperlancar tekanan darah dan memperbaiki tekanan darah yang tinggi, sehingga para lansia agar tetap melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki dipagi hari. 7

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Jalan pagi efektif menurunkan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi. Aktivitas jalan pagi pada lansia dapat dilakukan untuk meminimalisir angka kejadian hipertensi. Saran Lansia yang mengalami hipertensi sebaiknya melakukan jalan pagi secara rutin karena dapat menurunkan tekanan darah. Jalan pagi dianjurkan pada lansia karena aktivitas ini merupakan latihan ringan yang tidak menyebabkan kelelahan. KEPUSTAKAAN Dalimartha, S. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta. Penebar Plus. Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga. Giriwijoyo, H.Y.S.S. (2012). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hartmann, Thom. (2008). Terapi Jalan Kaki. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Khomarun, Nugroho, M. A., Wahyuni, E. S. (2014). Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Pagi terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi Stadium I di Posyandu Lansia Desa Makamhaji Kartasura. Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol. 3 (2). Nugroho,. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC. Priyatna, Septian T. (2015). Hubungan Jalan Pagi Dengan Tingkat Stres Pada Lansia. Skripsi: Universitas Wiraraja Sumenep. Surbakti, S. (2014). Pengaruh Latihan Jalan Kaki 30 Menit terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol. 20 (77). Triangto, M. (2014). Jalan Sehat dengan Sports Therapy. Jakarta: Kompas. Triyanto, E. (2012). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Triyanto. 8