BAB V PENUTUP. untuk semua manusia normal. Rasa malu dan rasa bersalah berkembang sesuai dengan usia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang

RASA MALU DAN RASA BERSALAH SEORANG KORUPTOR SERTA DAMPAKNYA BAGI TINDAKAN KORUPSI SKRIPSI

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini)

TUGAS AKHIR PANCASILA KORUPSI

BAB III PENUTUP. korupsi dan kekuasaan kehakiman maka penulis menarik kesimpulan. mengenai upaya pengembalian kerugian negara yang diakibatkan korupsi

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

BAB III PENUTUP. waktu yang lama, dilain pihak kejaksaan harus segera dapat menentukan kerugian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan kerugian bagi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diketahui, bahwa melalui komunikasi yang lancar dengan. menggunakan keunggulan yang ada dalam teknologi handphone,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter (dalam Upaya Mengembangkan Model Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus)

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Sebagaimana tertulis dalam rumusan masalah, akhirnya penulis

Silabus. MPK 1020 Pendidikan Agama Kristen. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

BAB V SIMPULAN. Kultur distrust dan Kematian adalah yang tantangan yang serius

BAB III PENUTUP. 1. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kali Code sudah

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 018/PUU-IV/2006 Perbaikan Permohonan Secara on the Spot Tanggal 09 Oktober 2006

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

FENOMENA KORUPSI SEBAGAI PATOLOGI SOSIAL DI INDONESIA Disusun oleh : Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. merasuk ke semua sektor di berbagai tingkatan pusat dan daerah, di semua

KOLUSI MERUSAK MORAL BANGSA

JIPP. Optimalisasi Emosi Sebagai Sistem Peringatan Dini Moral. Subhan El Hafiz a Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA a

BAB III PENUTUP. di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Keluarga merupakan penanggungjawab utama kehidupan moral anak remaja. Tidak

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Struktur yang Koruptif 1

BAB I PENDAHULUAN. mencatat banyak pemimpin yang dipilih oleh rakyat karena mengangkat isu

PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT DOKUMEN GRAVISSIMUM EDUCATIONIS ART.8 DAN KURIKULUM 2013 SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI

BAB V PENUTUP. Pragmatisme merupakan filsafat bertindak untuk menghadapi berbagai

PPKN DOSEN PJMK: DRS. H. MOHAMMAD ADIB, MA. PLAGIAT = KEJAHATAN AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal ini sesuai dengan konstitusi negara

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan positif dan signifikan antara pelaksanaan layanan bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperlancar proses sampai korupsi besar seperti penggelapan dana Anggaran

PERBEDAAN ETIKA ETIKET MORAL DAN HUKUM

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA AKU WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara

BAB IV PENUTUP. 1. Peranan Polisi Militer Angkatan Darat dalam menanggulangi tindak pidana

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dirumuskan demikian:

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XIII/2015

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

BAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini,

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

PELANGGARAN ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR. Tengku Erwinsyahbana

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

Trio Hukum dan Lembaga Peradilan

BAB III PENUTUP. 1. Akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana terorisme antara lain:

BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN. Ada tiga hal dari realitas hidup bersama secara khusus dalam teks

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika (2) Modul ke: 09Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas diatas, maka dapat dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/22/2016 nts/epk/ti-uajm 2

ETIKA. : Rudy Wawolumaja

Nama Mata Kuliah : Pendidikan Agama Kristen Kode Mata Kuliah : UNU 203

PENGARUH SISTEM PEMONDOKAN TERHADAP PERILAKU SISWA BERDASARKAN NILAI-NILAI PANCASILA DI SLTP BABUSSALAM PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

GAME EDUKASI ANTI KORUPSI BERBASI JAVASCRIPT TUGAS AKHIR

SAMBUTAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA PADA PERINGATAN HARI PRAMUKA KE 52 TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang

BAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN

Catatan Kuliah Etika Profesi. 14 Mei 2012

ETIK UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya. Modul ke: 12Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

BAB III PENUTUP. menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : Jaksa Agung Muda, peraturan perihal Jaksa Agung Muda Pengawasan

Peran KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Oleh : Harrys Pratama Teguh Jumat, 25 Juni :05. Latar Belakang

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka didapatkan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. maupun nonlitigasi. Sejak dulu keberadaan advokat selalu ada semacam. penguasa, pejabat bahkan rakyat miskin sekalipun.

BAB III PENUTUP. tidak masuk akal atau tidak logika, sehingga tidak dapat. maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan (KPK, 2006: 1).

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rasa malu dan rasa bersalah merupakan suatu kenyataan eksistensial, tak terhindarkan untuk semua manusia normal. Rasa malu dan rasa bersalah berkembang sesuai dengan usia manusia. Apakah semua kesalahan yang dilakukan manusia, menyebabkan perasaan malu dan bersalah? Dapat ditegaskan bahwa baik, kesalahan hukum maupun kesalahan moral dapat menyebabkan adanya perasaan malu dan bersalah. Karena sebab utama dari perasaan malu dan bersaalah adalah kesalahan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri, maka perasaan malu dan bersalah ini merupakan suatu perasaan yang objektif. Artinya perasaan malu dan bersalah itu muncul karena ada kesalahan. Korupsi sebagai satu penyakit sosial sesungguhnya adalah satu kesalahan hukum dan kesalahan moral yang harus dihindari manusia zaman ini. Sebab bagaimana pun juga, korupsi sudah menjadi salah satu masalah serius, yang sedang dihadapi masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia. Hal ini jelas tampak dalam kenyataan dewasa ini bahwa banyak aspek kehidupan di negara ini telah terserang virus korupsi dan keterlibatan banyak pihak dalam menyuburkan pertumbuhan korupsi. Karena itu, korupsi di Indonesia tidak lagi sekedar hanya sebagai sebuah tindak pidana kriminal, melainkan telah menjadi tata laku, kebiasaan, yang secara dashyat dapat mengubah watak masyarakat dan nilai-nilai hidup yang mendasarinya. Justru karena korupsi tidak lagi dilihat sebagai satu kesalahan hukum dan moral yang mengganggu rasa malu dan rasa bersalah inilah, negeri ini makin terpuruk di mata dunia dan juga anak-anak bangsa makin menderita. Korupsi disebabkan oleh rendahnya perasaan malu dan bersalah para pelaku. Semakin tinggi perasaan malu dan bersalah seseorang, maka semakin

rendah bahkan tidak ada sama sekali tindakan korupsi. Sebaliknya makin rendah rasa malu dan rasa bersalah, makin besar peluang tindakan korupsi. Para koruptor melakukan korupsi sebagai alternatif maupun sebagai kebiasaan. Korupsi sebagai suatu alternatif selalu dihubungkan dengan ketidakpuasan manusia untuk memiliki harta dan gengsi sosial. Jika seseorang merasa tidak memiliki harta yang banyak, terjadilah aksi berupa korupsi. Demikian pula jika seseorang memiliki gengsi sosial karena tiadanya kemampuan untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain, misalnya mobil atau rumah mewah, di situlah muncul aksi berupa korupsi untuk menutupi semua kekurangan yang ada pada dirinya. Di lain pihak, korupsi yang dilakukan sebagai suatu kebiasaan, sebenarnya melegitimasi adanya tanda kematian hati nurani para pelaku. Dasar pemikirannya adalah bahwa hati nurani sebagai soko guru moral tidak lagi berfungsi untuk mengatakan bahwa korupsi secara prinsipiil sebenarnya buruk, sehingga orang secara terus- menerus melakukannya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di sini dinilai bahwa rasa malu yang positif sungguh telah tiada dalam diri dan rasa bersalah yang sehat telah hilang entah kemana. Orangorang yang tidak lagi memiliki rasa malu dan rasa bersalah ketika melakukan korupsi, sesungguhnya telah immun (kebal) dan boleh dibilang telah mati suara hatinya. Mestinya ada rasa optimistik dalam diri bahwa korupsi dapat diatasi dengan baik kalau memang ada rasa malu dan bersalah dalam diri setiap orang. Optimisme kita pun perlu didasarkan pada kebenaran dan keyakinan bahwa hati nurani setiap orang hanya dapat mati bersama dengan kematian setiap pribadi. Dengan pemahaman dan keyakinan ini maka hati nurani masih bisa dibina, diberdayakan, dan didayafungsikan dari tanda-tanda kematiannya, sehingga orang lebih sadar diri saat melakukan korupsi. Lebih dari itu, ia harusnya merasa

bangga, kalau sesuatu itu benar-benar baik dan merasa malu dan bersalah kalau sebaliknya tindakan itu adalah satu kesalahan dan pelanggaran. Oleh karena itu, untuk melawan tindakan korupsi yang semakin marak di Indonesia ini perlu ditumbuhkembangkan rasa malu dan rasa bersalah sebab, rasa malu dan rasa bersalah merupakan kekuatan dalam diri manusia untuk menghindarkan dirinya dari kebiasaan melakukan korupsi. Rasa malu dan rasa bersalah menjadi media untuk meminimalisir tindakan korupsi. 5.2 Usul-Saran Bertolak dari uraian dalam keseluruhan tulisan ini, penulis memberikan beberapa usul dan saran berikut: Pertama, fenomena korupsi di Indonesia seakan telah menjadi budaya. Banyak orang yang tidak merasa bersalah dan merasa malu walaupun telah melakukan korupsi. Karena itu, supaya digiatkan pendidikan nilai di sekolah-sekolah formal. Bahkan perlu, pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan kelurga menyusun kurikulum untuk mata pelajaran atau mata kuliah antikorupsi. Dengan demikian, upaya pemberantasan korupsi bukan hanya dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi tetapi tetapi juga oleh para pendidik. Usulan ini sangat baik karena jika hal ini dilakukan maka kita semua sebenarnya sudah memberantas korupsi sejak dini. Kedua, suara hati memegang peran penting dalam mengatasi korupsi. Suara hati akan memerintah bila tindakan yang akan dilakukan itu benar dan sebaliknya suara hati akan melarang bila tindakan yang akan dilakukan itu salah. Oleh karena itu, pendidikan untuk mempertajam kepekaan suara hati perlu dijalankan di semua lini, keluarga, bangsa dan religius. Pendidikan

suara hati akan langsung menyentuh aspek terdalam dari manusia sehingga korupsi akan dicegah sejak dini. Ketiga, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi berkembangnya kejujuran baik dalam kelompok, lembaga pendidikan maupun masyarakat umum. Kempat, kerja sama yang baik antara pemerintah dan kaum religious akan sangat membantu dalam hal penyadaran terus menerus tentang rasa malu dan rasa bersalah. Misalnya, penyuluhan tentang peran hati nurani secara berkala. Kelima, kesadaran dari pribadi pelaku korupsi sangat membantu upaya pengurangan aksi korupsi di Indonesia dan bangsa lain. Kesadaran akan dirinya sebagai makluk yang bermartabat, yang memiliki rasa malu dan rasa bersalah, akan berimbas serius pada tindakan korupsi yang hendak dilakukannya.

DAFTAR PUSTAKA A. KAMUS Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, (Jakarta; PT Gramedia, 2000) Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; 1988, hal 802) Poerwadarminta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976, ) B. BUKU-BUKU Burhanuddin Salam, H., Etika Sosial, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 1997) Coleman, Vernon, Rasa Bersalah, (Jakarta: Arcan,1992) Colbert, Ty C, Mengapa Saya Merasa Bersalah Ketika Saya tidak Melakukan Kesalahan, (Terj). Joca Seomarko, (Batam; Gospel Press,2001) Crapps, Robert W, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, (Terj) Agus M. Hardjana, (Yogyakarta; Kanisius,1994) Dabut, Darius, Menuju Masyarakat Anti Korupsi Perspektif Kristiani, (Jakarta; Depertemen Komonikasi dan Informatika RI, 2006) Hamroque John dan Krastel Joseph, Quilt : How to deal with it. (Liquor Publication, 1986) Hardiman, F. Budi, Filsafat Modern, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2004) Haryatmoko, Etika politik dan Kekuasaan, (Jakarta; PT Kompas Media Nusantara, 2003) Heuken, Adolf,(ed.), Berdosa Demi Cinta, (Jakarta: PT. Enka Parahiyangan, 1999) Juanita dan Ryan Dale, Pemulihan Dari Rasa Bersalah, (Malang; Saat, 2000)

Meninger, A. William, OSCO, Menjadi Pribadi Utuh, (Terj) Mgr. I. Suharyo, (Yogyakarta; Kanisius, 1999) Moekijat, Asas-asas Etika, (Bandung; Mandar Maju, 1995) Norrmore, Bruce and Bill Counts, Bebas dari Rasa Bersalah, (Jakarta: PT Rineka Cipta,1999) Pope, Jeremy, Strategi Memberantas Korupsi, (Jakarta; Yayasan obor Indonesia, 2003) Purwa Hadiwardoyo, MSF., Moral dan Masalahnya, (Yogyakarta; Kanisius, 1990) Rachels, James, Filsafat Moral, (Yogyakarta; Kanisius, 2004) Rosidi, Ajip, Korupsi dan Kebudayaan, (Jakarta; PT Dunia Pustaka Jaya, 2006) Surachim, S.H, M.H. dan Dr. Suhandi Cahaya Strategi dan Teknik Korupsi Mengetahui untuk Mencegah, (Jakarta; Sinar Grafika, 2011) Suseno, Frans Magnis, 13 Model Pendekatan Etika, (Yogyakarta; Kanisius, 1998) Umar, Musni dan ilyas Syukri, Korupsi Musuh Bersama, (Jakarta; Lembaga Pencegah Korupsi, 2004) Zamroni, dkk, Buku Panduan Kuliah Kerja Nyata Pemberdayaan Hukum Masyarakat Pengguna Pengadilan, 2009) C. MANUSKRIP Nahak, Yoseph, Psikologi Perkembangan, (Kupang; FFA, 2009) Saku, Dominikus, Kenalilah Diri Sendiri- Carilah Kebenaran Hakiki, (Penfui. St Mikhael,2000) D. Majalah

Sebatu, Mario Advencio, Korupsi dan Tanggung Jawab Politik,( Seminari Santo Paulus Mataloko, 2006) Mali, Leonardus, Melawan Banalisasi Korupsi: Melampaui Yang Biasa Lumen Veritatis, vol.4,no.1, April-Oktober, (Kupang;FFA, 2010) Tjung, Primus, KKN dan Perjuangan Mahasiswa, Vox Seri 44/1,2/2000 E. Internet Hhtp://pergiwatuwetan9 s Blog.htm /Jakarta, 27 Februari 2007 http://www.psikoterapis.com/?en-emosi-malu./jakarta,16 Maret 2009.248 http://www.telaga.org/rasa-bersalah http://bimbingan-konseling.page.tl/rasa-malu.htm Krisman Purwoko, Perkembangan Korupsi dalam http://korupsi.co.id.krisman Purwoko,/Jakarta, 12 september 2011, 20:22 wib