BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak mengatakan bahwa Sehat memang bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Oleh karena itu pada tanggal 1 Maret 1999 Presiden RI mencanangkan pembangunan terhadap kesehatan. Kondisi sehat dapat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud apabila ada keinginan, kemauan dan kemampuan para pengambil keputusan dan lintas sektor terkait agar PHBS menjadi program prioritas dan menjadi salah satu agenda pembangunan di Kabupaten/Kota, serta didukung oleh masyarakat (PHBS 2012). Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (Promkes) untuk mendukung upaya peninggkatan perilaku sehat ditetapkan visi nasional Promkes sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI.No.1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010).
PHBS pada tatanan rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS tatanan rumah tangga penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Ini bertujuan agar anak dapat tumbuh dengan sehat dan cerdas. Di samping itu, kemampuan bekerja setiap anggota keluarga meningkat serta pengeluaran biaya rumah tangga dapat digunakan untuk pemenuhan gizi kelurga, pendidikan, dan peningkatan pendapatan. Bagi masyarakat, akan tercipta lingkungan yang sehat dan mampu mencegah serta menanggulangi masalah-masalah kesehatan. Rumah tangga sehat merupakan aset dan modal utama pembangunan di masa depan. Kesakitan dan kematian karena penyakit infeksi dan non infeksi dapat dicegah dengan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS 2012). Sebagai indikator perilaku sehat skala nasional, Pusat Promosi Kesehatan bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, serta Badan Pusat Statistik berupaya untuk memasukkan 3 indikator; yaitu tidak merokok, pola makan yang baik, dan melakukan aktivitas fisik; ke dalam daftar pertanyaan Survei Sosial Ekonomi Nasional Pokok (setiap tahun) dan Sasaran (setiap 3 tahun). Indikator perilaku sehat lainnya dapat diperoleh dari survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Survei Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI), dan survei lain yang bersifat regional seperti Studi Evaluasi Manfaat
(SEM) dan survei-survei yang bersifat lokal yang dilakukan oleh berbagai pihak sesuai kebutuhan daerah. Data UNDP tahun 2001 mencatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indexs) di Indonesia masih menempati urutan ke 102 dari 162 negara. Tingkat pendidikan, pendapatan serta kesehatan penduduk Indonesia belum memuaskan. Peranan keberhasilan pembangunan kesehatan sangat menentukan tercapainya tujuan pembangunan nasional, karena pendidik yang sehat akan menunjang keberhasilan program pendidikan dan juga akan mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk. Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah ditetapkan sebagai gambaran prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat pada tahun 2010, haruslah dapat mewujudkan dan dilaksanakan secara bertaat azas dan berkesinambungan. Untuk itu rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 telah disusun dan selanjutnya akan digunakan sebagai acuan program kesehatan dalam mengembangkan rencana strategis untuk mencapai indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan. Salah satu indikator keberhasilannya adalah perilaku hidup sehat yang didefinisikan sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Saat ini pembangunan bidang kesehatan di Indonesia mempunyai beban ganda, dimana penyakit infeksi dan menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, sementara itu telah terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, kanker, diabetes melitus yang semuanya erat kaitannya dengan gaya hidup seperti kebiasaan makan yang buruk, kurang aktivitas fisik dan merokok. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukan bahwa 83 per 1000 penduduk menderita hipertensi, 3 per 1000 penduduk mengalami penyakit jantung iskemik dan strok, 1,2% penduduk mengalami diabetes, 6,8% mengalami kelebihan berat badan dan 1,1% mengalami obesitas. Penyakit kanker merupakan 6% penyebab kematian di Indonesia. Penyakit kardiovaskular sebagai penyebab kematian telah meningkat dari urutan ke-11 (SKRT 1972) menjadi urutan ke-3 (SKRT 1986) dan menjadi penyebab kematian utama (SKRT 1992 dan 1995). WHO memperkirakan penyakit tidak menular telah menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% seluruh kesakitan didunia. Penyakit-penyakit akibat gaya hidup tersebut dapat dicegah dengan meniadakan faktor resiko dan merubah perilaku dengan cara antara lain tidak merokok, meningkatkan aktivitas fisik dan olah raga, serta menjaga pola makan. Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit menular dan penyakit tidak
menular, oleh karena itu untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS (Depkes, 2009). PHBS dipengaruhi oleh perilaku seseorang, dan perilaku itu sendiri terbagi menjadi tiga aspek, yakni: pengetahuan, sikap, dan praktik. Pengetahuan adalah pemahaman subjek mengenai objek yang dihadapinya. Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Keluarga yang melaksanakan PHBS maka setiap rumah tangga akan meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tannga tangga sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang kesehatan adalah pelaksanaan PHBS. PHBS juga bermanfaat untuk meningkatkan citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan, sehingga dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain (PHBS 2012). Hasil penelitian Nur ain Napu di Gorontalo (2012) gambaran perilaku kepala keluarga tentang PHBS bahaw dari 10 indikator PHBS 3 indikator yang dijalankan. Untuk tingkat pengetahuan masyarakat masih sangat rendah, sikap masyarakat baik, tindakan masyarakat tentang indikator PHBS masih kurang. Hasil penelitian Rina Marlina Lamawati di Sumatera Barat (2011), analisis manajemen promosi kesehatan dalam penerapan PHBS tatanan rumah tangga,
diketahui bahwa tenaga promkes puskesmas belum pernah mendapat pelatihan tentang promosi PHBS. Dana yang tersedia masih terbatas, perencanaan belum terlaksana secara terpadu, disamping itu penggorganisasian untuk PHBS belum ada, penggerakan masyarakat belum maksimal, dan pemantauan penilaian belum dilaksanakan secara rutin. Hasil penelitian Herlinawati Siregar di Medan (2012), yang meneliti pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat ditemukan hubungan yang signifikasi artinya tingkat pengetahuan dalam strategi promosi kesehatan sangat efektif untuk mempengaruhi keluarga untuk Melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima provinsi dengan pencapaian di atas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (59,4%), Bali(53,7%), Kalimantan Timur (52,4%), Jawa Tengah (51,2%), dan Sulawesi Utara (50,4%).Sedengkan provinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah Gorontalo (33,8%),Riau (30,1%), dan Sumatera Barat (28,2%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), Papua (24,4%), (Depkes RI, 2011). Di dalam profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2010 Kabupaten Labuhanbatu Utara, rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat baru mencapai 39,77% dengan target nasional 65%. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Labuhanbatu Utara cakupan PHBS di Aek Korsik Kecamatan Aek Kuo 36,83% diketahui bahwa dari 10 indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga. 5 Indikator
yang masih terpantau yaitu Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, yang ditolong Nakes ( 86% ), Pemberian Asi Ekslusif, yang diberi Asi Eksklusif (34,66% ). Penimbangan Balita, yang ditimbang ( 38% ). Jamban yang dikatagorikan Jamban Sehat Adalah ( 63,69%). Bangunan yang bebas Jentik Nyamuk (63,67%) rumah. Berdasarkan survei pendahuluan dari 8 orang kepala keluarga yang telah diwawancarai hanya sebanyak 2 orang yang mengetahui tentang PHBS. Pada dasarnya setiap kepala rumah tangga meluangkan waktu kebiasaannya merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga lainnya. Makan buah kalau ada, makan sayur tergantung selera. Dengan kurangnya pemahaman kepala keluarga tentang PHBS, sehingga peneliti ingin mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga di desa Aek Korsik kecamatan Aek Kuo kabupaten Labuhanbatu Utara 2013. 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas yang menjadi masalah penelitin ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap kepala keluaraga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga di desa Aek Korsik kecamatan Aek Kuo kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2013. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitia ini adalah untuk menganalisis pengetahuan dan sikap kepala keluarga terhadap PHBS dalam tatanan rumah tangga di desa Aek Korsik kecamatan Aek Kuo kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2013.
1.4 Hipotesis Ada pengaruh pengetahun dan sikap kepala keluarga terhadap PHBS dalam tatanan rumah tangga di desa Aek Korsik kecamatan Aek Kuo kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2013. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Kepala Desa Sebagai bahan masukan untuk membuat program atau kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan bagi masyarakat khususnya Kepala Keluarga. 1.5.2. Bagi Kepala Puskesmas Sebagai acuan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan Peningkatan pengetahuan dan kemauan masyarakat untuk peduli kepada kesehatannya 1.5.3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan pembanding dari peneliti selanjutnya dengan kajian pengetahuan dan sikap kepala keluarga.