HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT DIARE DAN ISPA DENGAN STATUS GIZI PADA BADUTA 6-24 BULAN DI PULAU MANTEHAGE KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Alfa Laihad*, Maureen I. Punuh*, Nova H. Kapantow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makan dan penggunaan zat -zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Hingga saat ini diare merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian di hampir seluruh daerah geografis di dunia. ISPA disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. Apabila ketahanan tubuh menurun ISPA akan menyerang host. Kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit adalah bayi dibawah lima tahun. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional study). Populasi dalam penelitian ini adalah anak berusia 6-24 bulan sebanyak 37 orang di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara dengan ibu sebagai responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis bivariat menggunakan uji analisis Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8,10 % anak berusia 6-24 bulan di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara berstatus gizi kurus dan berstatus gizi pendek 70,3 %. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara riwayat penyakit diare dan ISPA pada anak usia 6-24 bulan. Tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit diare dan ISPA dengan status gizi pada anak usia 6-24 bulan di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Diharapkan untuk tetap menjaga kesehatan terutama pada anak yang berusia 6-24 bulan dimana pada usia ini masih sangat rentan terhadap penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Manado untuk melakukan penelitian terhadap variabel - variabel yang sama ataupun variabel lainnya yang berhubungan dengan status gizi dengan menggunakan variabel lainnya ataupun juga ditempat penelitian lainnya. Kata kunci : Riwayat Penyakit Diare, ISPA, Status Gizi ABSTRACT Nutritional status is the condition of the body in those respects influenced by the diet and utilization of nutrients. The level of nutritional status categ orized such as malnourished, undernourished, well nourished and over-nourished. Until now diarrhea become one of the cause of sickness and death in almost entire area on the globe. Acute respiratory infection caused by virus, fungus and bacteria. When the body immunity decreased then this sickness could easily affect the host. Groups that have immune systems thatvulnerable to many illnesses are infants under five years. This is an observational analysis research with cross sectional study design. The population within this research is infant age 6-24 months with the total of 37 infants in Mantehage Island, district of Wori, North Minahasa Regency. The respondents are mothers who fulfill inclusion and exclusion criteria. Bivariate analysis is using Chi-Square test analysis. The research result shows us that there is 8.10% infants age 6-24 months on Mantehage islanddistrict of Wori, North Minahasa Regency are short based on nutritional status, and 70.3% are underweight. Bivariate analysis shows us that there is no correlation between historical sickness from diarrhea and acute respiratory infection towards nutritional status on infant age 6-24 months. There is no significant correlation between historical sickness from diarrhea and acute respiratory infect ion towards nutritional status on infant age 6-24 months in district of Wori, North Minahasa Regency. The recommendation is that the mothers continue to taking care the health especially on infant 6-24 months old since this is the age of vulnerability towards any kind of sickness like diarrhea and acute respiratory infection. Public Health Faculty is recommended to research the similar or different variable that related to nutritional status in same or different Keyword : diarrhea history, acute respiratory infection, nutritional status 1
PENDAHULUAN Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan didunia terutama di negara berkembang. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun (Adisasmito 2007 dalam Brigitte 2013). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lender dan darah (Wulandari, 2009). Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. Apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun ISPA akan menyerang host. kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh masih rentan terhadap berbagai penyakit adalah Bayi di bawah lima tahun adalah (Probowo, 2012, dalam Marhamah, dkk, 2012). Status gizi sangat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang baik pertumbuhan dan perkembangannya. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2009). Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya (Cakrawati, 2011). Angka gizi buruk di indonesia berdasarkan PB/U dengan kategori sangat pendek 18,0% dan pendek mencapai 19,2%. Dan BB/PB dengan kategori sangat kurus 5,3% dan sangat kurus yang mencapai 6,8% sedangkan dengan kategori gemuk mencapai 11,9%. Sementara data riskesdas 2013 untuk Sulawesi Utara, PB/U dan BB/PB terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. PB/U naik dari 29% mencapai 37% sedangkan pada BB/PB mengalami penurunan dari 11% pada tahun 2007 kemudian turun jadi 8% pada 2010 dan naik kembali pada 2013 mencapai 10% (Riskesdas, 2013). Untuk penyakit infeksi ISPA berdasarkan riskesdas 2013 di Sulawesi Utara mengalami peningkatan dibandingkan dengan data riskesdas 2007 yang hanya 19% naik menjadi 20%, sedangkan data penyakit Diare mengalami penurunan pada riskesdas 2010 menjadi 4% dari 7%. 2
Data dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi Utara Prevalensi PB/U baduta sangat pendek yaitu 7,44% dan prevalensi balita pendek di Sulawesi Utara sebesar 17,61% dan prevalensi baduta sangat pendek di Kabupaten Minahasa Utara 12,1% dan prevalensi baduta Pendek 12,7%. Sementara itu data dari Puskesmas Tinongko di pulau Mantehage terdapat 47 baduta berusia 6-24 bulan dan yang mengalami stunting sebanyak 70,3 % dan yang tidak sebanyak 29,7 %. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui mengetahui apakah terdapat hubungan antara penyakit diare dan ISPA dengan status gizi pada baduta 6-24 bulan di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa utara. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini bersifat observational analitik, dengan menggunakan rancangan cross-sectional (studi potong lintang). Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus Oktober 2016 di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah 47 anak baduta 6-24 bulan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 37 baduta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrument yang digunakan adalah kuesioner, Baby Scale dan Lengthboard. Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil peneltian diperoleh responden berumur 19-25 tahun sebanyak 16 (43,2%) responden, 26-35 tahun sebanyak 16 (43,2%) dan 36-53 tahun dan yang paling sedikit berjumlah 5 (13,6%) responden. Menurut tingkat pendidikan responden yang tidak sekolah yaitu 2 (5,4%) responden, tidak tamat SD 1 (2,7%) responden, tamat SD 10 (27,0%) responden, Tamat SMP 8 (21,6%) responden, tamat SMA 14 (37,8%) dan perguruan tinggi sebanyak 2 (5,4%) responden. Menurut pekerjaan dari responden yaitu tidak bekerja sebanyak 34 (91,9%), sedangkan bidan hanya 1 (2,7%) responden dan bekerja sebagai buruh sebanyak 2 (5,4%) responden. Karakteristik baduta 6-24 bulan dari hasil penelitian menunjukkan distribusi baduta menurut jenis kelamin laki-laki lebih banyak dengan jumlah 21 (56,75%) dibandingkan dengan baduta berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 16 (43,25%). Berdasarkan PB/U, baduta yang pernah mengalami riwayat penyakit diare dan atau ISPA memiliki status gizi baik (normal) sebanyak 4 (3,6%) baduta dan status gizi kurang baik (pendek) sebanyak 8 (8,4%) baduta, sedangkan 3
yang tidak pernah mengalami riwayat penyakit infeksi memiliki status gizi baik (normal) sebanyak 7 (7,7%) baduta dan status gizi kurang baik (pendek) sebanyak 18 (17,6) baduta. Berdasarkan BB/PB, baduta yang pernah mengalami riwayat penyakit infeksi memiliki status gizi menurut indeks BB/PB yaitu kurus 1 (1,0%) baduta dan normal sebanyak 11 (11,0%) baduta sedangkan yang tidak pernah mengalami riwayat penyakit infeksi memiliki status gizi menurut indeks BB/PB yaitu kurus sebanyak 2 (2,0%) baduta dan normal sebanyak 25 (25,0%) baduta. Tabel 1 Hubungan Antara Riwayat Penyakit Diare dan ISPA Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Dengan Menggunakan Indeks Status Gizi Panjang Badan/Umur (PB/U). Riwayat Penyakit Diare dan Atau ISPA Panjang Badan/Umur Pendek Normal Total n % n % n % P value Ya 8 8,4 4 3,6 12 12,0 Tidak 18 17,6 7 7,4 25 25,0 1,000 Total 26 26,0 11 11,0 37 37,0 Tabel 2 Hubungan Antara Riwayat Penyakit Diare dan Atau ISPA Dengan Status Gizi Riwayat Penyakit Diare dan Atau ISPA Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Dengan Menggunakan Indeks Status Gizi Berat Badan/Panjang Badan (BB/PB) Kurus n % Berat Badan/Panjang Badan Normal Total Pvalue n % n % Ya 1 1,0 11 11,0 12 12,0 Tidak 2 2,0 23 23,0 25 25,0 1,000 Total 3 3,0 34 34,0 37 37,0 Hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan status gizi maka digunakan uji chi-square. Melalui uji ini didapatkan bahwa nilai p lebih besar dari nilai α, sehingga dapat dilihat tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit diare dan ISPA dengan status gizi di pulau Mantehage. Penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Putri (2015) tentang hubungan antara riwayat 4
penyakit infeksi dengan status gizi pada anak batita di desa Mopusi kecamatan Lolayan kabupaten Bolaang Mongondow, yang menunjukan bahwa hasil dari penelitian tidak terdapat hubungan. Penelitian juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Ernawati (2006) tentang hubungan antara hubungan faktor sosial ekonomi, hygiene sanitasi lingkungan, tingkat konsumsi dan infeksi dengan status gizi anak usia 2-5 tahun di kabupaten semarang. Penelitian ini juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya oleh Glaudia (2014) tentang hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting 13-36 tbulan di wilayah kerja puskesmas Tuminting kota Manado. Sementara penelitian yang lain menunjukan bertentangan dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Rasyid (2012) tentang hubungan antara karakteristik balita, penyakit infeksi dengan status gizi pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Gambesi kota Ternate yang terdapat hubungan. Penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jayani (2014) tentang hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi pada balita di puskesmas Jambon kecamatan Jambon kabupaten Ponorogo. Dari hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang memengaruhi status gizi pada anak usia 6-24 bulan di pulau Mantehage kecamatan Wori kabupaten Minahasa Utara, seperti Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga. Makin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, makin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi. Di samping itu juga status gizi juga dipengaruhi oleh sosiodemografi, sanitasi lingkungan, dan pelayanan kesehatan (Soekirman, 2000) ini menunjukan bahwa faktor lingkungan juga sangat memengaruhi status gizi KESIMPULAN Berdasar hasil penelitian mengenai hubungan antara riwayat penyakit diare dan ISPA dengan status gizi pada baduta 6-24 bulan di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Didapatkan gambaran penyakit diare dan ISPA pada baduta 6-24 bulan di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. 2. Didapatkan gambaran status giz pada baduta 6-24 bulan di Pulau 5
Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. 3. Tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit diare dan ISPA dengan status gizi pada baduta 6-24 bulan di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. SARAN Adapun saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat di Pulau Mantehage Diharapkan untuk tetap menjaga kesehatan terutama pada anak yang berusia 6-24 bulan dimana pada usia ini masih sangat rentan terhadap penyakit infeksi seperti diare dan ISPA yang berbahaya yang juga dapat mengakibatkan status gizi menjadi kurang baik, dan bagi orang tua dan pengasuh untuk tetap memperhatikan kesehatan baik dari diri sendiri maupun kesehatan baduta. 2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Penelitian ini diharapkan agar dapat dilanjutkan untuk melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang sama ataupun variabel lainnya yang berhubungan dengan status gizi baik dengan menggunakan variabel lainnya ataupun juga di tempat penelitian lainnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan sumbangan untuk ilmu pengetahuan bagi perkembangan Ilmu kesehatan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Brigitte, 2013. Hubungan pola asuh dan kejadian stunting anak usia 6-23 bulan di wilayah pesisir di kecamatan Tallo kota Makasar. Skripsi:FKM UNHAS MAKASAR Wulandari, A. S. 2009. Hubungan Kasus Diare Dengan Faktor Sosial Ekonomi Dan Perilaku.Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Marhamah, Arsin, A.A.,Wahiduddin. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita Di Desa Bontongan Kabupaten Enrekang. FKM UNHAS Makasar. Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama Cakrawati, M.D. 2011. Bahan Pangan, Gizi dan Kesehatan. Alfabeta. Bandung 6
RISKESDAS, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI Putri, S,M. 2015. hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan status gizi pada anak batita di desa Mopusi kecamatan Lolayan kabupaten Bolaang Mongondow. Skripsi. Unsrat. Manado. Ernawati, A. 2006. hubungan antara hubungan faktor sosial ekonomi, hygiene sanitasi lingkungan, tingkat konsumsi dan infeksi dengan status gizi anak usia 2-5 tahun. Thesis.Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang Glaudia, P.G. 2014. hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting 13-36 tbulan di wilayah kerja puskesmas Tuminting kota Manado.Skripsi.Unsrat.Manado Rasyid,R. 2012. hubungan antara karakteristik balita, penyakit infeksi dengan status gizi pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Gambesi kota Ternate.Skripsi.Unsrat.Manado Jayani,I.2014. hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi pada balita di puskesmas Jambon kecamatan Jambon kabupaten Ponorogo. Skripsi. 7