BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia adalah gizi. Gizi merupakan faktor penting yang memegang peranan dalam siklus kehidupan manusia terutama bayi dan anak yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa (Depkes, 2002). Pencapaian tumbuh kembang yang optimal pada bayi, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus diperhatikan yaitu: pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP- ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes, 2006). Meski demikian dalam pelaksanaannya menunjukan banyaknya pelanggaran. Banyak bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif yaitu dengan memberi bayi yang baru lahir dengan produk makanan pendamping ASI. Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan menunjukkan kecenderungan menurun selama 3 tahun terakhir. Hal ini
menggambarkan meningkatnya pemberian MP-ASI dini dari 71,4% pada tahun 2007 menjadi 75,7% pada tahun 2008 (Depkes, 2010). Pemberian makanan tambahan pada usia dini terutama makanan padat justru menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi pada salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan. Pemberian cairan tambahan meningkatkan resiko terkena penyakit karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen (Fika, 2009). Hasil penelitian sesuai dengan pendapat dari Depkes RI yang mengatakan bahwa, MP-ASI dini merupakan faktor risiko dan dapat meningkatkan morbiditas pada bayi (Wiwoho, 2005). Dampak negatif dari pemberian MP-ASI dini berdasarkan riset yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan selama 21 bulan diketahui, bayi ASI parsial lebih banyak yang terserang diare, batuk-pilek, dan panas ketimbang bayi ASI predominan. Semakin bertambah umur bayi, frekuensi terserang diare, batuk-pilek, dan panas semakin meningkat (Anies, 2007). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia penyebab utama kematian pada balita adalah diare, yaitu sebesar 25,2%, dan kematian akibat ISPA sebesar 15,5%. Salah satu faktor risikonya adalah pemberian MP- ASI dini (Riskesdas, 2007) Hasil penelitian yang dilakukan di Meksiko oleh Fajardo (1999), mengungkapkan bahwa lama pemberian ASI berhubungan dengan kejadian ISPA dan diare pada bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Arifeen (2001) menunjukan bahwa bayi yang diberi MP-ASI dini mempunyai resiko 2,4 kali mengalami kematian apabila menderita ISPA dan 3,9 kali saat menderita diare dibandingkan bayi yang diberi MP-ASI setelah berumur 6 bulan (Anonim, 2009). Sebaliknya menurut Gibney
(2008) anak yang tidak mendapat MP-ASI dini sedikitnya 15 minggu setelah lahir mengalami penurunun peluang terkena infeksi pernapasan. Penelitian yang dilakukan oleh Depkes (2005) bayi 0-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif dapat menurunkan angka kesakitan 10-20 kali dan angka kematian 7 kali dibanding dari yang diberikan MP-ASI dini. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2009) di wilayah kerja puskesmas Cipayung kota Depok ditemukan bahwa pemberian MP-ASI dini pada bayi menyebabkan prevalensi penyakit ISPA dan diare mencapai 48,8%. Berdasarkan hasil Riskesdas Provinsi Sumatera Utara (2007), prevalensi diare pada bayi sebesar 60,8% dan prevalensi ISPA pada bayi sebesar 39,5%. Di Kabupaten Simalungun prevalensi diare sebesar 73,2% dan prevalensi ISPA sebesar 44,8% dan Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten dengan prevalensi diare paling tinggi di Provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu dari 6 kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang prevalensi ISPA diatas 30% (Depkes, 2009). Kecamatan Raya Kahean merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun. Di Kecamatan Raya Kahean, ditemukan ibu- ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan memberian MP-ASI dini pada bayi. Dari 62 bayi tersebut yang berusia 4-6 bulan terdapat 100 % bayi yang memperoleh MP-ASI dini. Adapun MP-ASI dini yang diberikan yaitu susu formula, nasi tim, pisang dan pada bulan Januari sampai Februari tidak ada program penyuluhan ASI eksklusif (Laporan Puskesmas Sindar Raya, 2012). Berdasarkan hasil survei pendahuluan, ibu-ibu memberikan MP-ASI dini karena mereka beranggapan bahwa ASI belum cukup mengenyangkan bagi si bayi,
terkadang bayi sering menangis dan dianggap lapar. Selain itu ibu menginginkan bayinya cepat gemuk. Puskesmas Sindar Raya merupakan puskesmas di Kecamatan Raya Kahean. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, pada bulan Februari 2012 menunjukkan dari 62 bayi yang berusia 0-6 bulan terdapat prevalensi diare sebesar 42 % dan prevalensi ISPA sebesar 53% (Laporan Puskesmas Sindar Raya, 2012). Berdasarkan uraian tersebut peneliti merasa tertarik mengetahui bagaimana hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean, Kabupaten 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana hubungan pemberiaan MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan di 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten 1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu berdasarkan pemberian MP-ASI dini di 2. Untuk mengetahui pemberian MP-ASI dini berdasarkan pendapatan keluarga di 3. Untuk mengetahui pemberian MP-ASI dini berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012. 4. Untuk mengetahui pemberian MP-ASI dini berdasarkan pendidikan ibu di 5. Untuk mengetahui pemberian MP-ASI dini berdasarkan dukungan petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten 1.4. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini maka akan didapatkan informasi tentang hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif agar terhindar dari penyakit infeksi. Serta memberikan masukan informasi bagi petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya untuk lebih meningkatkan cakupan ASI eksklusif