BAB 8 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM A. KONDISI UMUM Pembenahan Sistem dan Politik Hukum pada tahun 2004 mencatat hasil yang menggembirakan terutama yang berkaitan dengan pembenahan peraturan perundangundangan. Mahkamah Konstitusi (MK) yang dibentuk atas perintah Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi telah banyak menangani pengajuan uji materil (judicial review). Dalam Laporan Tahunan Mahkamah Konstitusi tercatat bahwa dari seluruh perkara pengujian konstitusionalitas UU terhadap UUD, baik yang merupakan sisa perkara yang didaftarkan tahun 2003 maupun perkara yang didaftarkan pada tahun 2004 yaitu sebanyak 47 permohonan, MK telah menyelesaikan sebanyak 35 perkara, sehingga pada tahun 2004 sisa perkara tinggal 12. Untuk pengujian UU, sampai dengan akhir tahun 2004 MK telah memasukkan putusannya dalam Berita Negara Republik Indonesia sebanyak 8 (delapan) putusan. Melalui pengujian konstitusionalitas peraturan perundang-undangan ini, maka disamping kepastian hukum dalam peraturan perundang-undangan, serta tertib peraturan perundang-undangan dapat diwujudkan. Selain itu, dengan Keputusan Presiden No. 1/P/2005 telah diangkat 7 (tujuh) orang anggota Komisi Judisial dengan tugas yang cukup berat yaitu menegakan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim. Lembaga Kejaksaan pun juga melakukan pembenahan dengan mengangkat anggota Komisi Kejaksaan berdasarkan Keputusan Presiden No. 116/M tahun 2005, tanggal 7 Juli dengan tugas yang cukup berat yaitu mengawasi kinerja aparat kejaksaan di seluruh Indonesia dari berbagai tindakan penyalahgunaan wewenang sehingga fungsi penegakan hukum benar-benar dapat memenuhi harapan masyarakat. Demikian pula pelaksanaan tugas Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang telah memberikan vonis terhadap 2 (dua) perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan seorang gubernur dan pejabat Departemen Perhubungan. Sejalan dengan langkah-langkah yang sangat progresif dari Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka Pengadilan Tindak Pidana Korupsi ke depan akan menangani cukup banyak perkara korupsi yang banyak menarik perhatian masyarakat. Harus diakui bahwa koordinasi antar aparat penegak hukum sampai saat ini masih menghadapi berbagai kendala. Untuk itu Presiden telah membentuk Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tim Tastipikor) pada tanggal 2 Mei 2005, dengan Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2005 yang terdiri dari unsur Kejaksaan Republik Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Tujuan dibentuknya Tim Tastipikor ini adalah untuk meningkatkan
koordinasi dalam rangka mempercepat pemberantasan tindak pidana korupsi. Sasaran jangka pendek Tim Tastipikor sesuai dengan arahan Presiden adalah menangani dugaan korupsi pada 16 (enam belas) Badan Usaha Milik Negara (BUMN); 4 (empat) departemen; 3 (tiga) pihak swasta dan 12 (dua belas) koruptor yang melarikan diri ke luar negeri. Upaya mendorong independensi peradilan melalui operasionalisasi sistem satu atap pada lembaga peradilan yang telah dimulai pada tahun 2004 dan kewenangan administratif, kepegawaian dan finansial, dan saat ini dilakukan persiapan perubahan struktur organisasi lembaga peradilan, dan diharapkan dapat selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pembenahan Sistem dan Politik Hukum pada tahun 2006 diperkirakan masih akan menghadapi berbagai tantangan. Tantangan terbesar yang masih akan dihadapi adalah belum pulihnya penghargaan dan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja kelembagaan hukum, terutama penegakan hukum. Kepercayaan masyarakat terhadap hukum merupakan persoalan yang rumit dan memerlukan waktu lama untuk merebutnya kembali dan penegakan hukum menjadi tumpuan untuk mewujudkan upaya tersebut. Di samping itu banyaknya peraturan perundang-undangan yang inkonsisten dan saling tumpang tindih antara yang satu dengan yang lain, antara tingkat pusat dan tingkat daerah, dan antara yang lebih rendah dengan yang lebih tinggi telah menimbulkan konflik terutama dalam penerapannya. Tantangan lainnya dalam rangka mempercepat pemberantasan tindak pidana korupsi adalah belum adanya Mutual Legal Assistance (MLA) atau Bantuan Hukum Timbal Balik dengan berbagai negara lain terutama yang menjadi tempat pelarian para pelaku tindak pidana korupsi. Langkah tersebut sangat penting untuk menciptakan kepastian hukum terhadap pengembalian kerugian negara akibat tindakan korupsi. Tantangan selanjutnya adalah besarnya tuntutan terhadap terwujudnya kepastian hukum, baik dari sisi peraturan perundangundangan maupun penerapan dan penegakan hukumnya. Tuntutan tersebut sangat masuk akal, karena kepastian hukum memberikan rasa aman dalam melakukan berbagai aktifitas usaha, khususnya bagi kalangan pengusaha dan penanam modal. B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006 Untuk mendukung pembenahan sistem dan politik hukum, sasaran yang akan dicapai pada tahun 2006 adalah terwujudnya kemandirian lembaga penegak hukum terutama lembaga peradilan yang berwibawa, bersih, profesional dalam upaya memulihkan kembali kepercayaan hukum masyarakat terhadap hukum; dan semakin terwujudnya peraturan perundang-undangan yang adil, konsekuen, tidak diskriminatif dan bias gender; serta terjaminnya konsistensi seluruh peraturan perundang-undangan pada tingkat pusat dan daerah. II.8-2
C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006 Pembenahan sistem dan politik hukum pada tahun 2006 diarahkan kepada kebijakan untuk mendorong penyelenggaran penegakan dan kepastian hukum secara konsisten, terciptanya budaya dan kesadaran hukum yang tinggi dari masyarakat, dan peraturan perundang-undangan yang dapat memenuhi baik dari sisi sosiologis, dalam arti sesuai dengan harapan masyarakat, yuridis, dalam arti pembuatannya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan filosofis, dalam arti memenuhi cita hukum dari masyarakat melalui upaya-upaya: 1. Menata kembali substansi hukum melalui peninjauan dan penataan kembali peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan peraturan perundang-undangan yang benar-benar mendasarkan pada asas umum dan hirarki perundang-undangan; menghormati serta memperkuat kearifan lokal dan hukum adat untuk memperkaya sistem hukum dan peraturan yang akan dibuat, serta dengan memberdayakan yurisprudensi sebagai bagian dari upaya pembaruan hukum nasional; 2. Melakukan pembenahan struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dengan meningkatkan profesionalisme lembaga penegak hukum, hakim termasuk staf peradilan serta kualitas sistem peradilan yang terbuka dan transparan; menyederhanakan sistem peradilan dan meningkatkan transparansi agar peradilan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat; serta memastikan bahwa hukum diterapkan dengan adil dan memihak pada kebenaran; memperkuat kearifan lokal dan hukum adat untuk memperkaya sistem hukum dan peraturan melalui pemberdayaan yurisprudensi sebagai bagian dari upaya pembaruan materi hukum nasional; dan 3. Meningkatkan budaya dan kesadaran hukum yang tinggi di dalam masyarakat antara lain melalui pendidikan dan pemahaman mengenai etika dan disiplin, peraturan perundang-undangan serta memberikan contoh keteladanan dari baik Presiden beserta jajarannya dalam mematuhi dan mentaati hukum serta penegakannya. II.8-3
D. MATRIKS PROGRAM PEMBANGUNAN TAHUN 2006 No. Program Perencanaan Hukum Kegiatan Pokok: 1. Perencanaan dan pengendalian organisasi, administrasi dan finansial 2. Pengkajian sarana dan prasarana fisik 3. Pengkajian sistem administrasi 4. Pengkajian sistem organisasi 5. Pengkajian sistem penyusunan rencana anggaran, pelaksanaan anggaran dan pengawasan anggaran 6. Pembinaan manajemen organisasi dan kelembagaan 7. Pembinaan manajemen perlengkapan 8. Pembinaan sistem administrasi 9. Pembinaan manajemen kepegawaian 10. Pembinaan manajemen perencanaan, penganggaran dan laporan secara terpadu; dan 11. Pembinaan manajemen keuangan peradilan. 114.099,2 1. Program Perencanaan Hukum Kegiatan Pokok: 1. Pengumpulan dan pengolahan serta penganalisaan bahan informasi hukum terutama yang terkait dengan pelaksanaaan berbagai kegiatan perencanaan pembangunan hukum secara keseluruhan; 2. Penyelenggaraan berbagai forum diskusi dan konsultasi publik yang melibatkan instansi/lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha untuk melakukan evaluasi dan penyusunan rencana pembangunan hukum yang akan datang; 3. Penyusunan dan penyelenggaraan forum untuk menyusun prioritas rancangan undang-undang ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) bersama Pemerintah dan Badan Legislasi DPR; serta 4. Penyelenggaraan berbagai Tersedianya kebijakan/bahan hukum yang sesuai dengan aspirasi masyarakat, baik pada saat ini maupun masa mendatang, mengandung perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta mempunyai daya laku yang efektif dalam masyarakat secara keseluruhan. Mahkamah Agung, Dep. Hukum & HAM, Kejaksaan Agung II.8-4
forum kerjasama internasional di bidang hukum yang terkait terutama dengan isu-isu korupsi, terorisme, perdagangan perempuan dan anak, obat-obat terlarang, perlindungan anak, dan lainlain. 2. Program Pembentukan Hukum Kegiatan-kegiatan pokok: 1. Pelaksanaan berbagai pengkajian hukum dengan mendasarkan baik dari hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis yang terkait dengan isu hukum, hak asasi manusia dan 2. Pelaksanaan berbagai penelitian hukum untuk dapat lebih memahami kenyataan yang ada dalam masyarakat; 3. Harmonisasi di bidang hukum (hukum tertulis dan hukum tidak tertulis/hukum adat) terutama pertentangan antara peraturan perundang-undangan pada tingkat pusat dengan peraturan perundang-undangan pada tingkat daerah yang mempunyai implikasi Program Pembentukan Hukum Kegiatan-kegiatan pokok: 1. Pengkodifikasian pengaturan tentang sistem manajemen terpadu; 2. Pembuatan pedoman pembinaan administrasi Badan Peradilan; 3. Penyusunan himpunan PERMA dan SEMA; 4. Kodifikasi putusan pengadilan; 5. Penyusunan himpunan putusan pengadilan; 6. Pencetakan himpunan putusan pengadilan; 7. Pengiriman himpunan putusan pengadilan; 8. Penyusunan RUU; 9. Penyusunan RPP; 10. Pembahasan RUU; 11. Penerjemahan buku hukum atau Undang-undang; 12. Koordinasi dan pemantapan usul prakarsa penyusunan RUU; Tersedianya berbagai peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi dalam rangka mengatur perilaku individu dan lembaga serta penyelesaian sengketa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mahkamah Agung, Dep. Dalam Negeri Dep. Hukum & HAM, Dep. Perindustrian, Dep. ESDM, BPPT, Dep. Perdagangan 60.334,3 II.8-5
13. Pengolahan pendapat dan pertimbangan hukum; 14. Klasifikasi Peraturan Perundangundangan; 15. Harmonisasi Peraturan Perundangundangan; 16. Penyusunasn rencana program & kebijakan teknis; 17. Penyusunan DIM Pemerintah RUU inisiatif DPR; dan 18. Pembahasan pengujian material UU oleh Mahkamah Konstitusi. menghambat pencapaian kesejahteraan rakyat; 4. Penyusunan naskah akademis rancangan undang-undang berdasarkan kebutuhan masyarakat; 5. Penyelenggaraan berbagai konsultasi publik terhadap hasil pengkajian dan penelitian sebagai bagian dari proses pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan rekomendasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 6. Penyempurnaan dan perubahan dan pembaruan berbagai peraturan perundangundangan yang tidak sesuai dan tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan, serta yang masih berindikasi diskriminasi dan yang tidak memenuhi prinsip kesetaraan dan keadilan; 7. Penyusunan dan penetapan berbagai peraturan perundangundangan berdasarkan asas hukum umum, taat prosedur serta sesuai dengan pedoman penyusunan peraturan II.8-6
perundang-undangan yang berlaku; serta 8. Pemberdayaan berbagai putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap untuk menjadi sumber hukum bagi para hakim termasuk para praktisi hukum dalam menangani perkara sejenis yang diharapkan akan menjadi bahan penyempurnaan, perubahan dan pembaruan hukum (peraturan perundangundangan). 3. Program Peningkatan Kinerja Lembaga Peradilan dan Lembaga Penegakan Hukum lainnya Kegiatan-kegiatan pokok 1. Peningkatan kegiatan operasional penegakan hukum dengan perhatian khusus kepada pemberantasan korupsi, terorisme, dan penyalahgunaan narkoba; 2. Peningkatan forum diskusi dan pertemuan antar lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum yang lebih transparan dan terbuka bagi Program Peningkatan Kinerja Lembaga Peradilan dan Lembaga Penegakan Hukum lainnya Kegiatan-kegiatan pokok A. Peningkatan Sarana dan Prasarana Fisik Pengadilan 1. Perluasan pembangunan gedung Mahkamah Agung RI sehubungan dengan pengembangan organisasi; 2. Penambahan lahan dan lanjutan pembangunan gedung Pusdiklat; 3. Pengadaan lahan dan pembangunan PT dan PN Baru berkaitan pengembangan Terwujudnya Lembaga Peradilan dan Lembaga Penegakan Hukum yang transparan, akuntabel dan berkualitas dalam bentuk putusan pengadilan yang memihak pada kebenaran dan keadilan masyarakat Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Dep. Hukum & HAM, Mahkamah Konstitusi 2.211.377,6 II.8-7
Kompetensi Pengadilan Ad Hoc TIPIKOR, HAM & Hubungan Industrial, serta pemekaran daerah disertai adanya Pengadilan Baru; 4. Pengadaan lahan dan pembangunan gedung PTA dan PA secara bertahap dalam 5 (lima) Tahun Pertama 2006 di Jawa; 5. Pengadaan lahan dan pembangunan gedung Dilmiltama, Dilmilti dan Dilmil di Seluruh Indonesia secara bertahap; 6. Pengadaan lahan dan pembangunan beberapa gedung Pengadilan TUN; 7. Pengadaan sarana dan prasarana serta operasional Pengadilan TIPIKOR, dan Pengadilan Hubungan Industrial; 8. Peningkatan sarana dan prasarana di 4 (empat) lingkungan peradilan seluruh Indonesia, termasuk kendaraan roda 2 (dua), 4 (empat) dan 6 (enam); dan 9. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur gedung Pengadilan dan rumah dinas pejabat masyarakat; 3. Pembenahan sistem manajemen penanganan perkara yang menjamin akses publik; 4. Pengembangan sistem pengawasan yang transparan dan akuntabel, antara lain pembentukan Komisi Pengawas Kejaksaan dan Komisi Kepolisian Nasional; 5. Penyederhanaan sistem penegakan hukum; 6. Pembaruan konsep penegakan hukum, antara lain penyusunan konsep sistem peradilan pidana terpadu dan penyusunan konsep pemberian bantuan hukum serta meninjau kembali peraturan perundangundangan tentang izin pemeriksaan terhadap penyelenggara negara dan cegah tangkal tersangka kasus korupsi; 7. Penguatan kelembagaan, antara lain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi II.8-8
pengadilan di Nanggro Aceh Darussalam (NAD) pasca Tsunami. (Pengadilan Tipikor); 8. Percepatan penyelesaian berbagai perkara tunggakan pada tingkat kasasi melalui proses yang transparan; 9. Pengembangan sistem manajemen anggaran peradilan dan lembaga penegak hukum lain yang transparan dan akuntabel; 10. Penyelamatan bahan bukti akuntabilitas kinerja yang berupa dokumen/arsip lembaga negara dan badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum. B. Pengakajian Sistem Manajemen Perkara. C. Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Kekuasaan Kehakiman 1. Pengkajian sistem pengawasan tentang perilaku Hakim dan Pejabat Kepaniteraan; 2. Pengkajian terhadap sistem pengawasan administrasi 3. Pengkajian terhadap sistem pengawasan teknis yustisial; 4. Pengkajian terhadap sistem pendisiplinan Hakim, Pejabat Kepaniteraan, dan unsur penunjang tenaga teknis 5. Melakukan pengawasan reguler; dan 6. Melakukan pengawasan khusus. D. Penataan Arsip Perkara E. Pengadaan Buku-buku Perpustakaan F. Penataan fasilitas perpustakaan dan dokumentasi G. Pengadaan agenda dan register II.8-9
perkara H. Penyelenggaraan Administrasi Umum Dep. Hukum dan HAM I. Penyelenggaraan Pembinaan Hukum dan Peradilan J. Pembinaan dan Penyelenggaraan Administrasi Hukum Umum K. Pembinaan Pemasyarakatan L. Penyelenggaraan Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BAPAS) M. Penyelenggaraan Pemasyarakatan N. Pembinaan Keimigrasian O. Penyelenggaraan Keimigrasian P. Pembinaan Hak Kekayaan Intelektual Q. Pembinaan, perancangan, harmonisasi, kerjasama dan publikasi peraturan perundangundangan R. Penyiapan, penyelenggaraan dan pembinaan standar pelayanan dibidang perlindungan HAM S. Penyelenggaraan, penelitian, pengkajian, pengembangan, pembinaan dibidang aparatur, hakhak, Eksos T. Penyelenggaraan Pembinaan Hukum Nasional II.8-10
Program Peningkatan Kualitas Profesi Hukum Kegiatan-kegiatan pokok: A. Peningkatan Profesionalisme Aparat Peradilan 1. Diklat Teknis Hakim. 2. Diklat Teknis Panitera dan Jurusita. 3. Diklat Manajemen dan Kepemimpinan B. Pengkajian sistem pembinaan karier tenaga teknis peradilan. C. Pembuatan sistem penilaian kualitas hakim yang komprehensif D. Rasonalisasi penempatan hakim dan pejabat kepaniteraan E. Pelaksanaan mutasi dan promosi hakim dan pejabat badan peradilan F. Pembinaan administrasi umum. G. Perekrutan tenaga pengawas. H. Pemantauan secara khusus dan intensif terhadap integritas Pimpinan Peradilan I. Penyelenggaraan pedayagunaan sistim dan pelaksanaan pengawasan J. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur negara K. Penyelenggaraan pembinaan hokum dan peradilan 78.940,0 4. Program Peningkatan Kualitas Profesi Hukum Kegiatan-kegiatan pokok: 1. Pengembangan sistem manajemen sumber daya manusia yang transparan dan profesional; 2. Penyelenggaraan berbagai pendidikan dan pelatihan di bidang hukum dan hak asasi manusia; 3. Pengawasan terhadap berbagai profesi hukum dengan penerapan secara konsisten kode etiknya; 4. Penyelenggaraan berbagai seminar dan lokakarya di bidang hukum dan hak asasi manusia untuk lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan aparatur hukum agar lebih tanggap terhadap perkembangan yang terjadi baik pada saat ini maupun pada masa mendatang; serta 5. Peningkatan kerjasama yang intensif dengan negara-negara lain untuk mengantisipasi dan mencegah meluasnya kejahatan transnasional dengan cara-cara yang sangat Terciptanya aparatur hukum yang profesional dan berkualitas serta cepat tanggap dalam mengantisipasi berbagai permasalahan hukum dalam rangka pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan. Mahkamah Agung, Dep. Hukum & HAM, Kejaksaan Agung, II.8-11
canggih sehingga cukup sulit terdeteksi apabila hanya dengan langkah-langkah konvensional. 5. Program Peningkatan Kesadaran Hukum dan Hak Asasi Manusia Kegiatan pokok: 1. Pemantapan metode pengembangan dan peningkatan kesadaran hukum dan hak asasi manusia yang disusun berdasarkan pendekatan dua arah, agar masyarakat tidak hanya dianggap sebagai objek pembangunan tetapi juga sebagai subjek pembangunan serta benar-benar memahami dan menerapkan hak dan kewajibannya sesuai ketentuan yang berlaku; 2. Peningkatan penggunaan media komunikasi yang lebih modern dalam rangka pencapaian sasaran penyadaran hukum pada berbagai lapisan masyarakat; 3. Pengkayaan metode pengembangan dan peningkatan kesadaran hukum Program Peningkatan Kesadaran Hukum dan Hak Asasi Manusia Kegiatan pokok: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Masyarakat; 2. Penyiapan, penyelenggaraan dan pembinaan standar pelayanan dibidang pelindaungan HAM; 3. Sosialisasi pengarusutamaan gender bidang hukum; 4. Pembinaan Pemasyarakatan; 5. Penyelenggaraan Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (Bapas); 6. Penyelenggaraan Pemasyarakatan; 7. Penyiapan, penyelenggaraan dan pembinaan standar pelayanan dibidang perlindungan HAM; 8. Penyelenggaraan Pembinaan Hukum Nasional; dan 9. Penyelenggaraan Pembinaan Hukum dan Peradilan. Terwujudnya penyelenggaraan negara yang bersih serta memberikan penghormatan terhadap hukum dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Mahkamah Agung, Dep. Hukum & HAM, Kejaksaan Agung, Dep. Dalam Negeri 971.665,6 II.8-12
dan hak asasi manusia secara terus menerus untuk mengimbangi pluralitas sosial yang ada dalam masyarakat maupun sebagai implikasi dari globlisasi; serta 4. Peningkatan kemampuan dan profesionalisme tenaga penyuluh tidak saja dari kemampuan substansi hukum juga sosiologi serta perilaku masyarakat setempat, sehingga komunikasi dalam menyampaikan materi dapat lebih tepat, dipahami dan diterima dengan baik oleh masyarakat. II.8-13