Penggunaan serat bambu pada campuran beton untuk meningkatkan daktalitas pada keruntuhan beton

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I 1

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengakibatkan kerusakan struktur maupun non-struktur pada bangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus

Analisis Pengaruh Penambahan Serat Kawat Berkait Pada Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

MODEL SAMBUNGAN DINDING PANEL DENGAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus, agregat kasar,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan bahan-bahan pendukungnya. Salah satu yang meningkat

BAB I PENDAHULUAN. bahan terpenting dalam pembuatan struktur bangunan modern, khususnya dalam

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

PEMAKAIAN SERAT HAREX SF DENGAN SERUTAN BAJA LIMBAH LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIKA STTNAS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

Beton Ringan ber-agregat Limbah botol plastik jenis PET (Poly Ethylene Terephthalate)

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton memiliki berat jenis yang cukup besar (± 2,2 ton/m 3 ), oleh sebab itu. biaya konstruksi yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada tahun 2010 hingga 2014 kabupaten karo dilanda bencana meletusnya

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Kardiyono Tjokrodimuljo, 1994, Teknologi Beton.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TARIK BETON NORMAL Fc 18 MPa

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR PADANG PANJANG PENGGANTI SEMEN UNTUK BETON NORMAL

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya berupa pasir dan agregat kasar yaitu kerikil.

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

BAB I PENDAHULUAN. Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

KAPASITAS LENTUR DAN TARIK BETON SERAT MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH FLY ASH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR RANGKAIAN DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN BAMBU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

KAJIAN KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BETON RINGAN MEMANFAATKAN SEKAM PADI DAN FLY ASH DENGAN KANDUNGAN SEMEN 350 kg/m 3

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu material yang banyak digunakan sebagai material

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

Pengaruh Penambahan Serat Polypropylene Terhadap Sifat Mekanis Beton Normal

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON PADA BETON NORMAL

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari

DAFTAR ISI. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Penelitian Sebelumnya... 8

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

Studi Eksperimen Penggunaan Variasi ph Air Pada Kuat Tekan Beton Normal f c 25 MPa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

PENGARUH PENGGUNAAN BATU DOLOMIT SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEKUATAN TARIK BETON MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH SERAT AREN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

Transkripsi:

Penggunaan serat bambu pada campuran beton untuk meningkatkan daktalitas pada keruntuhan beton R. JUNNAIDY 1, *, A.D. MASDAR 2, R. MARTA 3 and A. MASDAR 4 1,2,3,4 Civil engineering, Sekolah Tinggi Teknologi Payakumbuh Jln. Khatib Sulaiman, Payakumbuh, 26227, Indonesia * Corresponding author: ronnyjunnaidy@yahoo.co.id Abstrak: Perilaku keruntuhan beton yang bersifat getas menjadikan keruntuhan mendadak apabila melampaui kekuatan ultimit. Perilaku ini merupakan kelemahan dari beton karena apabila terkena beban yang besar pada kurun waktu yang singkat seperti gempa, akan runtuh secara tiba-tiba. Hal ini dapat menimbulkan banyak korban, untuk mengatasi hal tersebut perlu di tingkatkan perilaku keruntuhan beton tersebut menjadi lebih daktail. Dalam hal ini di gunakan material bambu yang dibuat berupa serat, mengingat bambu merupakan material yang mempunyai kelebihan terhadap kekuatan tariknya. Dengan mencampurkan serat bambu, kedalam adukan beton diharapkan dapat meningkatkan daktalitas beton tersebut. Penelitian ini di lakukan secara ekspermental di laboratorium. Pengujian mengikat standar ASTM C150M. Benda uji dengan variasi serat 4%,6% dan 8% pada umur 28 hari didapat data tekan rata-rata adalah 17,386 MPa, 19,242 MPa dan 16,925 MPa. Terjadi penurunan kekuatan tekan seiring dengan penambahan serat. Sementara itu perilaku keruntuhan beton berserat menunjukkan bahwa tingkat daktalitas beton mengikat seiring dengan meningkatnya rasio serat terhadap berat semen. Berdasarkan tinjauan terhadap perilaku keruntuhannya dapat disimpulkan pemakaian serat bambu pada campuran beton dapat meningkatkan perilaku keruntuhan menjadi lebih daktail atau liat. Kata kunci: beton, serat, serat bambu, daktalitas, keruntuhan 1. PENDAHULUAN Beton mempunyai kelebihan memiliki kuat tekan yang tinggi, dapat dibentuk sesuai apa yang diinginkan, mudah dalam perawatannya dan dapat digunakan untuk konstruksi ringan maupun berat. Selain kelebihan beton juga mempunyai kelemahan yaitu kekuatan tarik beton yang kecil membuat beton memiliki sifat getas, yang dapat mengakibatkan kegagalan secara tibatiba. Durasi kerutuhan yang singkat ini sangat berbahaya karena akan menimbulkan korban. Tingkat daktalitas yang rendah menyebabkan bangunan yang ambruk secara tiba-tiba. Kondisi daerah seperti wilayah Sumatera Barat yang merupakan daerah yang rawan akan gempa membutuhkan tingkat daktalitas yang tinggi pada material konstruksinya untuk meminimalisir jumlah korban akibat gempa bumi. Penggunaan serat pada beton dapat meningkatkan perilaku keruntuhan beton. Perilaku keruntuhan beton yang bersifat getas dapat meningkat menjadi lebih daktail. Serat yang biasa digunakan diantaranya adalah serat yang terbuat dari besi dan serat yang terbuat dari bahan fiber plastik (FRP). Serat dari besi ataupun FRP relatif lebih mahal sehingga total biaya yang dikeluarkan per meter kubik (m 3 ) beton pun menjadi lebih mahal. Penambahan serat alami pada beton segar dapat meningkatkan daktalitas dari beton tersebut [1]. Penggunaan serat dari bahan bambu merupakan bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti serat dari besi atau FRP karena bambu mempunyai keunggulan selain kekuatan tariknya tinggi dalam hal ketersediaan dan harganya juga lebih murah. Penelitian untuk meningkatkan kekutan tarik beton dengan menggunakan serat bambu telah dilakukan oleh beberapa peneliti 2017 ITP. All right reserved 131 DOI 10.21063/SPI3.1017.131-135

diantaranya oleh Suhardiman [2] dan Wayuni, dkk [1]. Pada penelitian ini digunakan serat bambu untuk meningkatkan daktalitas bambu mengingat bambu mempunyai perilaku yang sama dengan bahan baja dalam hal kuat tariknya. Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat daktalitas beton sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya bencana. 2. SERAT BAMBU Penggunaan bambu sebagai material struktur sangat tepat karena bambu cukup ringan dan lentur sehingga bangunan dari struktur bambu mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gempa [3]. Selain ringan dan lentur bambu mempunyai kuat tarik yang cukup besar bahkan untuk beberapa jenis bambu kuat tariknya melebihi kuat tarik baja serta memiliki elastisitas yang cukup tinggi. Serat alami seperti halnya serat alami dari bambu memiliki kerapatan rendah, harga relatif murah dan konsumsi energi rendah, serta dapat menetralkan CO2 dan memproduksi O 2 tiga kali lebih banyak dari tanaman lainnya. Hal paling istemawa serat bambu mempunyai daktalitas yang tinggi selain kekuatan yang dapat dipertandingkan dengan material lain seperti baja [4,5]. Kharakteristik mekanik bambu ini menjadikan bambu pempunyai peluang untuk digunakan sebagai serat pada beton. Selama ini banyak digunakan serat yang terbuat dari serat besi/baja sebagai serat pada campuran betn. Selain serat besi, jenis serat lain juga banyak digunakan adalah serat plastik dan serat yang terbuat dari bahan alami lainnya. Mekanisme kerja serat dalam memperbaiki sifat beton menurut yaitu dengan cara mendekatkan jarak antar serat dalam campuran beton akan membuat beton lebih mampu membatasi ukuran retak dan mencegah berkembangnya retak. Kerja serat akan lebih efektif bila diletakkan berjajar dan seragam, tidak tumpang tindih sehingga dapat meningkatkan perilaku keruntuhan dari beton. 3. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan secara eksperimental yang di laboratorium Teknologi Bahan Sekolah Tinggi Teknologi Payakumbuh. Selain itu juga dilakukan survey untuk mengetahui sumber dan ketersediaan dari bahanbahan pembentuk beton, terutama serat yang berasal dari bambu. Secara garis besar penelitian terdiri dari dua tahap pengujian. Pada tahap awal penelitian dilakukan pengujian pendahuluan pada material yang terkait dengan bahan pembentuk beton. Pada Tahap kedua dilakukan pengujian untuk mengetahui kekuatan dan perilaku keruntuhan beton berserat. Jenis bambu yang digunakan sebagai serat beton dalam penelitian ini adalah bambu Petung (dendrocolamus asper) yang berasal dari daerah Situjuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Propinsi Sumatera Barat disajikan pada Gambar 1. Persentase serat bambu yang digunakan pada campuran beton berserat adalah 4%, 6% dan 8% terhadap berat semen. Semen yang di gunakan adalah Semen portland type I dari PT. Semen Padang yang telah memenuhi syarat SNI. 0013. Agregat kasar yang digunakan untuk beton berupa split dengan ukuran 1-2, sedangkan aggregat halus yang digunakan adalah pasir yang berasal dari sungai Batang Sinamar. Bahan campuran beton yang terdiri dari aggregat kasar (batu split), aggregat halus (pasir), semen, air dan serat (serat 2017 ITP. All right reserved 132 DOI 10.21063/SPI3.1017.131-135

bambu) yang digunakan pada campuran beton disajikan pada Gambar 2. Pengujian dilakukan secara statik menggunakan compression Testing Machine berdasarkan SNI 03-2491- 2002 [6], tentang metode pengujian Tarik belah sebagaimana disajikan pada Gambar 3. Pengujian dilakukan pada masing-masing benda uji yaitu pada beton normal (sebagai pembanding) dan pada masing-masing benda uji dengan variasi serat bambu terhadap berat semen. Gambar 3. Pengujian tekan pada benda uji silinder beton Gambar 1. Bambu Petung sebagai bahan serat bambu (a) (b) Gambar 2. Bahan campuran beton berserat (a) Batu spilt, pasi dan serat bambu (b) semen dan air Setelah melakukan pengujian pendahuluan terhadap material pembentuk beton, dibuat job mix beton untuk masing-masing variasi yaitu untuk beton normal dan 3 variasi persentase serat bambu terhadao berat semen. Selain pengujian untuk mengetahui kekuatan beton, perilaku keruntuhan selama pengujian menjadi perhatian khusus dalam penelitian ini. 4. HASIL PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Pendahuluan Sifat Bahan Hasil pengujian pendahuluan pada material pembentuk campuran beton berserat diperlukan dalam rancangan beton. Pengujian pendahuluan tersebut diantaranya kadar air dan berat jenis material, kadar lumpur, penyerapan air, bobot isi dan bobot isi aggreagat. Hasil pengujian pendahuluan material disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil pengujian pendahuluan yang disajikan pada Tabel 1, rancangan campuran beton dibuat sesuai dengan kekuatan beton yang direncanaan. 2017 ITP. All right reserved 133 DOI 10.21063/SPI3.1017.131-135

Tabel 1: Hasil Pendahuluan pada Agregat Pengujian Jenis Aggregat Kasar Halus Kadar Air 0,4 1,6 (%) Kadar 1,61 3,45 Lumpur (%) Berat Jenis 2,38 2,42 SSD Berat Jenis 2,55 2,70 Kering Penyerapan 2,8 4,4 (%) Berat isi 2,44 0,002 gembur (gr/cm 3 ) Berat isi padat (gr/cm 3 ) 2,70 2,50 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian tekan beton dilakukan pada masing-masing benda uji dengan hasil sebagai mana disajikan pada Gambar 4. Pengujian kuat tekan beton normal dan beton serat pada umur 7 hari,14 hari dan 28 hari dengan variasi serat pada beton masing-masing adalah 0% (beton normal), 4%, 6% dan 28% (untuk beton serat) dengan menggunakan alat kuat tekan (compression testing machine ) Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan rata-rata antara beton normal 0% dan beton serat 4%, 6% dan 8% yang disajikan pada Tabel 1 diketahui beton normal umur 7 hari lebih tinggi dari umur 14 hari dan 28 hari karena terjadi penurunan kuat tekan pada hari 14 dan 28 hari berikutnya. Sedangkan di beton serat 8% terjadi kenaikan pada umur 14 hari dan lebih tinggi kekuatannya di bandingkan beton normal tetapi terjadi penurunan dratis diumur 28 hari sedangkan beton serat 4% antara umur 14 hari dan 28 hari stabil. Komposisi serat bambu yang menghasilkan kekuatan tekan yang optimal ada pada persentase berat serat bambu terhadap berat semen adalah sebesar 6%. 4.3 Perilaku keruntuhan Beton Perilaku keruntuhan beton tanpa serat dan beton serat ditunjukkan pada Gambar 5. 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0 kekuatan tekan rata-rata ( MPa) 33.883 34776 29.249 29249 26.871 21.938 Beton Normal 17.389 19.242 17.386 Beton Se rat 4% 12.893 Beton Serat 6 % Beton Serat 8 % 16,925 7 Hari 14 Hari 28 hari Gambar 4. Perbandingan kuat tekan pada masing-masing variasi benda uji Gambar 5. Bentuk keruntuhan pada benda uji (a) Beton normal (b) Beton dengan serat bambu 2017 ITP. All right reserved 134 DOI 10.21063/SPI3.1017.131-135

Berdasarkan Gambar 5(a) benda uji beton silinder untuk beton normal atau beton tanpa serat terlihat bahwa keruntuhan terjadi pada benda uji dalam waktu yang singkat dan pada beton terlihat mengalami kehancuran yang cukup parah. Bongkahan-bongkahan pada beton terlempat disekitar alat uji tekan. Pada saat benda uji diangkat dari alat uji tekan, bentuk silinder tidak utuh lagi (remuk). Sedangkan pada Gambar 5(b) benda uji beton dengan serat bambu terlihat bahwa pada benda uji hanya terjadi retak-retak. Peristiwa keruntuhan juga dalam jangka waktu yang relatif lama dibandingkan dengan beton tanpa serat. Hal ini menunjukkan peningkatan perilaku dari beton berserat dimana beton menjadi lebih daktail. 5. KESIMPULAN 1. Kuat tekan rata-rata pada benda uji beton normal (0%), beton berserat 4%, 6% dan 8% terhadap berat semen masing-masing adalah 21,938 MPa, 17,386 MPa, 19,242 MPa, dan 16,925 MPa. 2. Dari hasil pengujian diketahui bahwa penambahan serat menurunkan kekuatan tekan beton untuk 4%, 6% dan 8% masingmasing adalah 26%, 14%, dan 29,6% dimana pesentase serat 6% adalah persentase yang menghasilkan kekuatan yang optimal. 3. Meskipun kekuatan tekan beton berkurang, perilaku keruntuhan beton menunjukkan gejala yang baik yaitu menjadi lebih daktail daripada beton normal (tanpa serat). 6. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih atas pendanaan penelitian ini oleh Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Nomor Kontrak 050/Kontrak-Penelitian/K 10/KM/2017. dan juga semua pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. 7. DAFTAR PUSTAKA 1. Wahyuni, A. S., Supriyani, F., Elhusna dan Gunawan, A., 2014, The performance of concrete with rice husk ash, sea shell ash and bamboo fibre addition, Proceedia Engineering 95, 473-478 2. Suhardiman, M., 2011, Kajian Penambahan Serat Bambu Ori terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton, Jurnal Teknik, Volume 1. No. 2, 88-95. 3. Masdar. (2014), Determinant of Critical Distance of Bolt on Bamboo Connection, Jurnal Teknologi (Sciences Engineering) 6 (5), 111 115 4. Rill, E, Lowry, D.R., Kriven, W.M., (2010), Properties of basalt fiber reinforced geopolymer composites, in: W.M. Kriven, Y. Zhou, M. Radovic (Eds.), Strategic Materials and Computational Design, Cer Engr Sci Proc, 31(10), 2010, pp. 57 69. 5. Musil, S.S., Kutyla, G, Kriven, W.M., (2013), The effect of basalt chopped fiber reinforcement on the mechanical properties of potassium based geopolymer, in: W.M. Kriven, J. Wang, Y. Zhou, A.L. Gyekenyesi (Eds.), Developments in Strategic Materials and Computational Design III, Cer Engr Sci Proc, 33(10), 2013, pp. 31 42. 6. SNI 03-2491-2002, Metode pengujian Tarik belah, Jakarta. 2017 ITP. All right reserved 135 DOI 10.21063/SPI3.1017.131-135