PERBANDINGAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA DENGAN/DAN TANPA RIWAYAT HIPERTENSI DI KELUARGA SETELAH MELALUI PEMBEBANAN COLD PRESSOR TEST

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

: Tririn Rinanti Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 29 Januari 1994

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

ABSTRAK PREVALENSI HIPERTENSI ESSENSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BERDASARKAN UJI SARING COLD PRESSURE TEST

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI ESENSIAL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA

BAB I LATAR BELAKANG

Perbedaan Tekanan Darah setelah Pemaparan Cold Pressure Test antara Mahasiswa Tanpa dan dengan Riwayat Hipertensi di Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).


BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

Pengaruh Komsumsi Pisang Ambon Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pra Lansia Hipertensi

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer


BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. meningkat, serta menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit seperti

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH COKLAT HITAM (Theobroma cacao) TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL WANITA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB 4 HASIL. Tabel 4.2. Data Profil Tekanan Darah Intradialisis Pasien Variabel Nilai Rerata (mmhg) Minimal (mmhg)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

Transkripsi:

PERBANDINGAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA DENGAN/DAN TANPA RIWAYAT HIPERTENSI DI KELUARGA SETELAH MELALUI PEMBEBANAN COLD PRESSOR TEST Muh. Anwar Hafid* *Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar ABSTRAK Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat Indonesia, 90-95% diantaranya menderita hipertensi essensial yang cenderung meningkat secara tiba-tiba. Cold Pressor Test adalah salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan untuk uji saring adanya kecenderungan hipertensi (Sharon, 2009). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tekanan darah pada mahasiswa dengan dan tanpa riwayat hipertensi dengan pembebanan. Desain penelitian menggunakan jenis peneltian quasi eksperimental. Populasi berasal dari mahasiswa UINAM. sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel adalah 60 responden dan terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 30 responden dengan riwayat dan tanpa riwayat hiperetensi.data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji nonparametrik karena uji normalitas menunjukkan p value <0,05 (tidak normal), sehingga uji yang digunakan adalah uji wilcoxon dan uji mann whitney. Uji wilcoxon (α<0,05), uji mann whitney (α<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan setalah pembebanan cold pressor test, baik pada kelompok riwayat hipertensi maupun tanpa riwayat hipertensi. Responden pada kelompok riwayat Hipertensi mayoritas mengalami Hipereaktor terutama pada tekanan darah sistolik yaitu sebanyak 22 orang (73,3%), sedangkan tekanan darah diastolik cenderung mengalami hiporeaktor dan hampir sebanding dengan jumlah responden yang mengalami normoreaktor. Adapun responden yang tanpa riwayat Hipertensi mayoritas mengalami normoreaktor pada tekanan darah sistolik (53,3%) sedangkan tekanan darah diastolik cenderung hiporeaktor (60%). Disarankan kepada perawat dan petugas kesehatan yang berwenang dapat melakukan deteksi dini risiko Hipertensi dengan menggunakan. Kata Kunci: Cold Pressor test, tekanan darah PENDAHULUAN Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berpengaruh terhadap munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah (Depkes, 2012). Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta atau 1 dari 3 penduduk pada tahun 2010. Data tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% penderita hipertensi menyadari bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan darah sistolik <140 mmhg dan diastolik <90 mmhg) dan 47,5% pasien yang tekanan darahnya tidak terkontrol (Go dkk., 2014). Sejak tahun 1999 hingga 2009, angka kematian akibat hipertensi meningkat sebanyak 17,1% (Go dkk., 2014) dengan angka kematian akibat komplikasi hipertensi mencapai 9,4 juta per tahunnya (WHO, 2013). Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013,tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2013). Dari hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa yang VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 34

memiliki riwayat keluarga hipertensi di UIN Alauddin Makassar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan semester 8 sebanyak 56 mahasiswa dari jumlah 90 mahasiswa keperawatan semester 8. Adanya bakat hipertensi esensial pada seseorang dapat dideteksi dengan percobaan Cold Pressor Test, yaitu suatu tes provokasi terhadap penderita dengan suhu dingin yang akan mempengaruhi pusat vasomotor ( Brunner, Suddarth,2001). Menurut Schirger (1994) dalam Sharon (2009), bila Cold Pressor Test dijumpai positif pada seseorang maka orang tersebut mempunyai kemungkinan untuk menderita hipertensi esensial. Menurut Kasagi, Akahishi, dan Shimakao (1995) dalam Irfannudin dan Novita (2009), menya takan bahwa hasil ternyata mampu memprediksi kejadian hipertensi di kemudian hari. Menurut penelitian dari Wood, Sheps, Evelback, dan Schirger di Minnesota (1934-1979), yang juga melakukan studi prospektif dan follow up selama 45 tahun pada 142 subjek, menyatakan bahwa adanya respon yang positif pada dapat berguna secara potensial untuk memprediksi kejadiaan hipertensi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, Perbandingan tekanan darah pada mahasiswa dengan dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga setelah melalui pembebanan cold pressor test. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental (interventional) untuk menilai apakah terdapat perbedaan tekanan darah setelah pemaparan cold pressor test antara mahasiswa dengan dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kampus II UIN Alauddin Makassar dan Penelitian ini dilakukan selama dua minggu pada tanggal 24 Mei 5 Juni 2016 dengan frekuensi ±15 menit untuk tiap sampel. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa UIN Alauddin Makassar dan Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel yang tidak berdasarkan strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Pengumpulan Data Data Primer, diperoleh dengan cara pengukuran tekanan darah pre dan post test pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan menggunakan alat Sphygmomanometer. Data sekunder yang dimaksud disini berupa jumlah peserta usia 18-24 tahun yang diberikan pembebanan cold pressor test pada mahasiswa UIN Alauddin Makassar. Analisa Data Pengujian menggunakan metode komputerisasi, Sebelumnya dilakukan uji normalitas Saphiro Wilk dengan satu sampel. Apabila ditemukan data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji wilcoxon untuk menguji hipotesis. Uji dinyatakan bermakna apabila nilai p < 0,05 dengan interval kepercayaan 95% (Murti, 1996). Untuk perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah Cold Pressor Test () antara kedua kelompok dianalisis dengan menggunakan uji t dependen. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari pengukuran tekanan darah secara langsung VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 35

setelah subjek penelitian dipaparkan dengan cold pressor test untuk mengetahui perbedaan tekanan darah setelah pemaparan cold pressor test antara mahasiswa dengan dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga. Pada grafik 4.1 tersebut menjelaskan bahwa pembebanan kepada responden yang memiliki riwayat Hiperetensi nampak memiliki fluktuasi yang tajam,peningkatan tertinggi pada saat detik ke 90 pada tekanan darah sistol mencapai 22 mmhg, sedangkan pada tekanan darah diastol mencapai 15 mmhg. Grafik 4.1 Fluktuasi Tekanan Darah dengan Pembebanan pada Riwayat Hipertensi 25 20 15 10 5 0 Fluktuasi Tekanan Darah dengan Pembebanan pada Riwayat Hipertensi 15 8 Pre dan 30 detik saat 21 22 Pre dan 60 detik saat 19 14 15 12 Pre dan 90 detik saat Pre dan 2 menit setelah sistol diastol Berdasarkan grafik 4.2 tersebut menjelaskan bahwa pembebanan kepada responden yang tidak memiliki riwayat Hiperetensi nampak memiliki peningkatan tertinggi pada saat detik ke 60 pada tekanan darah sistol mencapai 16 mmhg, sedangkan pada tekanan darah diastol mencapai 12 mmhg, peningkatan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan responden yang memiliki riwayat hipertensi, bahkan fluktuasi tekanan darah pada kelompok tanpa riwayat hipertensi tidak terjadi secara tajam. Grafik 4.2 Fluktuasi Tekanan Darah dengan Pembebanan tanpa Riwayat Hipertensi 20 15 10 5 0 11 Sumber: Data Primer, 2016 8 Pre dan 30 detik saat Fluktuasi Tekanan Darah dengan Pembebanan tanpa Riwayat Hipertensi 16 12 Pre dan 60 detik saat 14 8 Pre dan 90 detik saat 5 3 Pre dan 2 menit setelah sistol diastol VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 36

Berdasarkan tabel 4.4, menjelaskan tentang nilai rata-rata tekanan darah responden dengan pembebanan, Pada responden kelompok riwayat hipertensi dan tanpa riwayat hipertensi. Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Tekanan Darah Responden dengan dan tanpa Riwayat HT dengan pembebanan Paparan Riwayat HT tanpa Riwayat Hipertensi S D S D Pre test 114 71 112 67 Setelah 30 detik 129 79 123 75 Setelah 60 detik 135 85 128 79 Setelah 90 detik 136 86 126 75 Post test 133 83 117 70 (setelah 1 menit) Sumber: Data Primer, 2016 Berdasarkan hasil uji normalitas data, baik pada mahasiswa yang memiliki riwayat hipertensi maupun yang tidak memiliki riwayat hipertensi di keluarga, menunjukkan p value di bawah nilai signifikan 0,05 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji non-parametrik, yaitu uji wilcoxon dan uji mann whitney. Berdasarkan tabel 4.6, didapatkan bahwa hasil uji wilcoxon menunujukkan terdapat perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (p<0,05). Adapun pada kelompok mahasiswa tanpa riwayat hipertensi di keluarga, hasil uji wilcoxon menunujukkan untuk tekanan darah sistolik terdapat perbedaan sebelum dan setelah (p<0,05), sedangkan pada tekanan darah diastolik tidak terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah (p>0,05). Tabel 4.6 Perubahan Tekanan Darah pada Mahasiswa dengan dan tanpa Riwayat Hipertensi dengan Pembebanan (Uji Wilcoxon) TD pre test & post test 1 P Value menit setalah pembebanan Sistolik Diastolik Riwayat Hipertensi 0,000 0,000 tanpa Riwayat Hipertensi 0,001 0,078 Sumber: Uji Wilcoxon VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 37

Berdasarkan tabel 4.7, didapatkan dari hasil uji Mann-Whitney bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah antara kelompok yang memiliki riwayat hipertensi di keluarga dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat hipertensi di keluarga baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik (p<0,05). Tabel 4.7 Perbandingan Tekanan Darah pada Mahasiswa dengan dan tanpa Riwayat Hipertensi dengan Pembebanan (Uji mann-whitney) Parameter Perbandingan Tekanan Darah pada Mahasiswa dengan dan tanpa Riwayat Hipertensi dengan Pembebanan Sumber: Uji mann-whitney P Value Sistolik Diastolik 0,000 0,000 PEMBAHASAN Banyak faktor yang mempengaruhi penyakit hipertensi seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sitem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas dan merokok. Penderita hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah. Makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Noviany, 2013). Salah satu cara untuk mendeteksi kemungkinan seseorang menderita hipertensi dengan pembebanan Cold Pressure Test (). Aktivitas tonus simpatis dapat dibangkitkan dengan beberapa tes tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasil tes ini dapat memperkirakan kecenderungan untuk terjadinya hipertensi di waktu yang akan datang (Sharon, 2009). Melihat manfaat dan pengaruh yang positif dari Cold Pressure Test () terhadap upaya mendeteksi secara dini hipertensi, dalam penelitian ini telah dilakukan pembuktian selama ±2 pekan dengan dengan memberikan pembebanan dan mengukur tekanan darah responden sebelum pembebanan, saat pembebanan (detik ke 30-60-90) serta mengevaluasi kembali pada saat post test di menit pertama. Tekanan darah terbagi menjadi 2 yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic, adapun tekanan darah yang berubah selama akibat aktivitas vaskuler terdiri dari hiporeaktor, normoreaktor dan hipereaktor. (Porth, 2009 dalam Rosada, 2011). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Henuhili (2011), mengatakan bahwa gen penyebab hipertensi bersifat dominan. Pewarisan hipertensi bukan bersifat X-linked, yaitu gen yang terdapat pada kromosom kelamin, karena baik ayah atau ibu, dapat mewariskannya baik pada keturunan laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut dapat didukung oleh penelitian singh (2010) yang mengemukakan bahwa Remaja dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan remaja dengan keluarga tanpa hipertensi Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa banyak sekali gen yang VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 38

dapat mempengaruhi tekanan darah, meliputi gen yang mengenkode sistem renin-angiotensin (polimorfisme I/D gen Angiotensinconverting enzyme), gen yang berperan dalam homeostasis natrium ginjal dan gen yang mengatur metabolisme steroid. Studi menyatakan polimorfisme I/D gen ACE dapat menghasilkan 3 genotip : II homozigot, ID heterozigot dan DD Homozigot. Individu dengan DD homozigot mempunyai konsentrasi ACE yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Dengan konsentrasi ACE yang lebih tinggi maka konsentrasi angiotensin II juga meningkat. Angiotensin II yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah secara progresif melalui 2 mekanisme: vasokonstriksi di arteri perifer dan penurunan ekskresi garam dan air oleh ginjal (Ehret, 2013 dalam kalangi, 2015). Beberapa hasil penelitian terdahulu yang mendukung hasil penelitian ini yaitu seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh Arsyad (2010), dalam penelitiannya menguji hubungan antara riwayat hipertesi pada orang hiperaktif saraf simpatis, dengan menggunakan Cold Pressor Test untuk memprediksi aktivitas saraf simpatis kepada 40 total responden, hasil penelitiannya mendukung penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara riwayat hipertensi orang tua dengan hiperaktivitas saraf simpatis (Arsyad, 2010). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Pai (2011), yang menjelaskan bahwa kelompok responden dari orang tua hipertensi menunjukkan peningkatan tekanan darah dan penurunan Heart rate dengan uji pembebanan, Oleh karena itu hasil penelitian ini merupakan aktivitas simpatis meningkat yang terjadi pada kelompok dengan riwayat orangtua hipertensi selama tes sensasi dingin (Pai, 2011). Menurut Henuhili, (2011), Fenotip gen hipertensi terekspresi di setiap generasi. Sifat resesif akan terekspresi dalam fenotip apabila dua alel resesif yang sama terdapat bersama pada pasangan kromosom homolognya (Henuhi li, 2011). Menurut Awisarita (2010), kenaikan tekanan darah pada subjek normotensi yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi positif, empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan subjek normotensi dengan riwayat keluarga hipertensi negatif. Diketahui faktor genetik merupakan salah satu unsur yang penting pada presdiposisi hipertensi mempunyai kontribusi sebanyak 30 50% (Sally Nasution, 2005 dalam Awisarita, 2010). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan Sharon (2009) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa prevalensi hipertensi essensial pada mahasiswa FK UKM melalui pemeriksaan uji saring Cold Pressure Test, rerata peningkatan tekanan darah pada 13 responden, untuk tekanan darah sistole lebih dari 20 mmhg dan diastole lebih dari 10 mmhg. Prevalensi hipertensi esensial pada mahasiswa FK UKM berdasarkan uji saring Cold Pressure Test adalah 43,33%. Menurut Widodo, (2008), Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien untuk mengetahui dan memprediksi gangguan kardiovaskuler adalah dengan memberikan beban pada jantung. Ada dua metode untuk memberikan beban pada jantung. Pertama dengan menggunakan latihan yaitu isotonik (treadmill dan bycycle ergometry) dan isometrik ( handgrip). Kedua, tanpa menggunakan latihan yaitu dengan menggunakan obat ( dobutamine, dipyridamole, adenosine dan arbutamine), peningkatan afterload (cold pressor test dan hiperventilasi (Tak & Giuterrez, 2004 dalam widodo, 2008). Induksi terhadap tekanan darah adalah suatu usaha memicu refleks ekstrinsik tekanan darah dengan perangsangan simpatis berupa suhu dingin (1-4 derajat celsius) dengan maksud untuk menimbulkan rasa nyeri akibat suhu. Pada kelompok kontrol, induksi akan menyebabkan peningkatan tekanan arteri rata-rata yang bertahap pada menit pertama dan kedua. Hal ini dapat VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 39

terjadi akibat adanya peningkatan resistensi vaskular oleh perangsangan simpatis dan meningkatnya curah jantung akibat peningkatan kontraktilitas jantung. Peningkatan resistensi vaskular oleh perangsangan sistem saraf simpatis terjadi akibat meningkatnya tonus otot pembuluh darah. Innervasi otonom otot polos pembuluh darah hanya berasal dari saraf simpatis saja, sedangkan innervasi jantung berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis. Hal ini menerangkan mengapa induksi tidak banyak mempengaruhi denyut jantung. Hasil penelitian efek terhadap kontrol kardiovaskular pada orang normal juga memperlihatkan hasil yang sama (Porth, 2009 dalam Rosada, Evita. 2011). Menurut Widodo, (2008), peningkatan tekanan darah selama uji beban jantung dengan menggunakan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, vasokontriksi, dan perasaan nyeri selama intervensi perendaman tangan ke dalam air es. Peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis dapat meyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup disertai dengan vasokontriksi pembuluh darah arteriol dan vena. Perubahan ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total sehingga tekanan darah meningkat. Tekanan darah dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu aliran darah dan tahanan perifer vaskuler. Masing-masing faktor dipengaruhi oleh hal yang berbeda. Aliran darah tubuh dipengaruhi oleh curah jantung, denyut jantung, dan volume darah itu sendiri. Sedangkan tahanan perifer vaskuler dipengaruhi oleh elastisitas pembuluh darah, penyempitan pembuluh darah, dan viskositas darah. Rangsang dingin akibat dicelupkannya tangan ke dalam air es menimbulkan stimulus pada saraf simpatis jantung. Stimulus tersebut menyebabkan peningkatan norepineprin dan epineprin secara signifikan. Kedua zat ini berinteraksi dengan reseptor tipe alfa adrenergik menyebabkan Penelitian ini dilakukan secara manual tanpa menggunakan alat digital yang canggih, sehingga secara eksplisit peneliti berasumsi bahwa pada pembebanan dengan menggunakan teknik, menyebabkan efek vasokontriksi sehingga Jantung memompa lebih kuat dan mengalirkan lebih banyak darah pada setiap detiknya. Arteri kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga kelenturan untuk mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut, karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Hal inilah yang menyebabkan dinding arteri kaku karena sehingga tekanan darah juga meningkat pada saat dilakukan, yaitu jika arteri kecil ( arteriola) untuk sementara waktu menjadi kaku karena perangsangan saraf simpatis. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini untuk mengetahui, bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah antara kelompok yang memiliki riwayat hipertensi di keluarga dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat hipertensi di keluarga. Saran Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya dengan perbedaan Genotipe dan penggunaan alat yang lebih canggih sehingga dapat menilai aktivitas hemodinamik dan kardiovaskuler secara digital misalnya dengan sambil memantau fungsi jantung melalui EKG. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk menggambarkan bahwa dapat diaplikasikan perawat untuk membantu klien dalam memprediksi VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 40

kemungkinan hipertensi dimasa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Aryadi. 2010. Hubungan Antara Riwayat Hipertensi Pada Orang Tua Dengan Hiperaktivitas. https://www.mysciencework.com/p ublication/download/20a4e5dafc11 5db42be5bc397134a467/5311fc50a 479e2306ca8886c5610d5f8 Diakses pada tanggal 01 Juli 2016. Awisarita. 2010. Reaktivitas Kardiovasa Terhadap Postur Tubuh (Orthostatic) Dan Sensitifitas Nyeri Pada Subjek Normotensi Dengan Riwayat Keluarga Hipertensi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. http://download.portalgaruda.org/ar ticle.php?article=81405&val=4928. Diakses pada tanggal 02 Juli 2016. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC, 2001. Kasagi, F., Akahishi, M., dan Shimakao, K., 1995. Relation Between Cold Pressor Test and Development of Hypertension Based on 28-Year Follow up: Hypertension. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Penyakit Tidak Menular. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Miller, C., 2010. FactorsAffecting Blood Pressure and Heart Rate. http://www.livestrong.com/article/1 96479-factors-affecting-blood pressureheart-rate. diakses pada 7 maret 2016. Noviany, Riska. 2013. Korelasi albuminuria dengan derajat hipertensi. Program Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. http://repository.unhas.ac.id:4001/d igilib/files/disk1/53/--riskanovia- 2650-1-13-riska-1.pdf. Diakses pada tanggal 01 Juli 2016. Pai, Sheila. 2011. Effects Of Cold Pressor Test On Blood Pressure And Heart Rate Variability In The Wards Of Hypertensive Parents. http://www.ijpcbs.com/files/52-3170.pdf. Diakses pada tanggal 01 Juli 2016. Rinanti, Tririn. 2014. Perbedaan Tekanan Darah Setelah Pemaparan Cold Pressor Test () Antara Mahasiswa Dengan dan Tanpa Riwayat Hipertensi di Keluarga. Rosada, Evita. 2011. Pengaruh Induksi Cold Pressor Test Terhadap Aktivitas Sistem Saraf Otonom Dan Hemodinamika Serebral Pada Penderita Migren Fase Interiktal. http://repository.unhas.ac.id:4001/di gilib/files/disk1/304/--evitarosad- 15193-1-evitaro-k.pdf. Diakses pada tanggal 01 Juli 2016. Sharon, cindy. 2009. Prevalensi hipertensi essensial pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas kristen maranatha berdasarkan uji saring cold pressure test. http://repository.maranatha.edu/1924 /1/0510092/Abstract/TOC.pdf. Diakses pada tanggal 01 Juli 2016. Sonia Garg, Kumar A., Singh KD.2010. Blood pressure response to Cold Pressor Test in teh children of hypertensives. Online J Health Allied Scs. World Health Organization. 2013. World Health Statistic. Widodo, gipta galih. 2008. efek cold pressor test terhadap pasokan dan kebutuhan oksigen miokard pada perokok aktif di kecamatan ungaran kabupaten semarang. https://www.google.com/jki.ui.ac.id. VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 41

pdf. Diakses pada tanggal 03 Juli 2016. VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 42