BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. pada masa awal periode akhir masa remaja (Hurlock, 1999). Buss dan Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan orang lain dalam menjalani kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB I PENAHULUAN. lingkungan sosial, khususnya supaya remaja diterima dilingkungan temanteman

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak masih zaman Yunani kuno. Para filsuf klasik berpandangan bahwa bagian

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan ingin melakukan hal-hal untuk dan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang evaluasi dirinya sendiri. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. berdampingan, manusia membutuhkan adanya interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan kehidupannya. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS XI IPS SMA KRISTEN PURWODADI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alasan wisatawan asing datang ke Indonesia adalah karena

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia saling bekerja sama dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk dalam bentuk perilaku prososial. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, perilaku prososial sangat luas cakupannya. Dengan kata lain, tidak hanya memberikan bantuan kepada korban bencana alam saja, namun juga dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat meringankan beban orang lain, misalnya ikut membantu membersihkan lingkungan, menyeberangkan anak kecil ataupun orang tua di jalan raya, dan lain sebagainya. Perilaku prososial merupakan perilaku yang dapat terjadi pada siapa saja mulai dari anak-anak, remaja, sampai pada orang dewasa. Setiap individu berhak dan berkewajiban menolong sesama manusia termasuk remaja yang merupakan bagian dari masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, maka remaja dituntut untuk dapat memperlihatkan peran dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya. Menurut (Hurlock, 1996) secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua. Sebuah fase yang terjadi antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-

perubahan fisik umum, perkembangan kognitif, keadaan emosi, kemandirian, dan sosial. Pada masa ini remaja mengalami perubahan dari aspek fisik dan aspek psikis. Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan temanteman sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman-teman sebaya pada perilaku, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut tugas perkembangan remaja antara lain mampu mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk berperan sebagai anggota masyarakat serta mampu mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki masa dewasa. Hal ini juga berkaitan dengan munculnya minat pada remaja. Salah satu minat yang biasanya muncul pada masa remaja adalah minat sosial yaitu untuk menolong orang lain. (Hurlock, 1996). Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari perilaku yang mencerminkan sikap tolong menolong seakan-akan tenggelam dengan munculnya pertikaian di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Misalnya para siswa yang suka membeda-bedakan teman bahkan membentuk geng dan hanya mau bergaul dengan teman satu gengnya saja. Contoh pertikaian yang lain adalah di kalangan remaja sampai dewasa membentuk geng motor yang bisa meresahkan kehidupan masyarakat dan bisa menjauhkan diri dari sikap prososial. Selain itu di kalangan remaja, agar dianggap bersahabat, remaja mau merokok, tawuran, membolos, ataupun memalak temannya, bahkan mengkonsumsi narkoba.

Fenomena permasalahan perilaku prososial pada siswa kelas XI SMA N 1 Kutowinangun yang dijumpai pada fenomena yaitu mengenai perilaku prososial mereka yang menurun, padahal menurut Hoffman (dalam Goleman, 1997) menyatakan bahwa pada akhir masa kanak-kanak, tingkat empati paling akhir muncul ketika anak-anak sudah sanggup memahami kesulitan yang ada dibalik situasi yang tampak dan menyadari bahwa situasi atau status seseorang dalam kehidupan dapat menjadi sumber beban stres kronis. Pada tahap ini, mereka dapat merasakan kesengsaraan suatu golongan, misalnya kaum miskin, kaum tertindas, mereka yang terkucil dari masyarakat. Pemahaman itu, dalam masa remaja dapat mendorong keyakinan moral yang berpusat pada kemauan untuk meringankan ketidak beruntungan dan ketidakadilan Dalam kehidupan sehari-hari fenomena menipisnya perilaku prososial pada remaja dapat dilihat dari rendahnya perilaku tolong menolong pada remaja. (Goleman, 1997). Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang penulis lakukan kepada salah satu Guru BK di SMA Kristen Purwodadi pada tanggal 3 Juni 2014, hasil wawancara menyatakan bahwa permasalahan rendahnya sikap prososial juga terjadi di SMA Kristen Purwodadi, misalnya saat ada seorang teman yang akan meminjam catatan tetapi teman tersebut bukan merupakan teman dekat mereka, maka mereka tidak mau meminjamkan catatan tersebut dengan alasan catatan tersebut akan dipakai untuk belajar. Demikian pula bila ada teman yang minta tolong diajari mata pelajaran tertentu yang tidak mereka pahami, maka seringkali siswa yang dimintai tolong tersebut menolak dengan berbagai alasan. Hal tersebut

bila tidak diatasi bisa menyebabkan semakin rendahnya sikap anti sosial yang nantinya dapat mengakibatkan mereka tumbuh menjadi orang-orang yang memiliki sifat individual tinggi dan tidak suka menolong tanpa pamrih. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa remaja cenderung melakukan perilaku antisosial yang mengarah pada tindakan kriminal. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan apalagi bagi kalangan remaja yang menjadi generasi penerus bangsa. Jadi perilaku prososial memiliki peranan penting dalam kehidupan seharihari. Adapun indikator dari perilaku prososial seperti empati, suka bekerja sama, membantu orang lain, dan tidak memaksakan kehendak pada orang lain. Faktor yang bisa mempengaruhi seseorang dalam bersikap prososial tergantung pada situasi yang meyakinkan dan mendorong seseorang dalam bersikap prososial tersebut. Salah satu aspek yang berperan dalam bersikap prososial adalah locus of control yang ada pada diri seseorang. Menurut Klausmeirer (1995) locus of control merupakan disposisi antara sikap dan perilaku yang akan ditampilkan melalui cara pandang individu dalam menanamkan keyakinan dirinya terhadap usaha yang kuat pada saat menanggapi situasi. Locus of control berperan sebagai keinginan yang tinggi untuk berhasil dalam mencapai sesuatu yang membentuk kepercayaan diri dan pengendalian diri yang tinggi pada individu. Locus of control akan membuat individu berani mengambil keputusan serta resiko yang ada. Dalam setiap keputusan yang diambil oleh siapapun, pasti akan mengandung resiko yang berbeda-beda.

Penelitian yang telah menunjukan bahwa locus of control memiliki peran dalam munculnya perilaku prososial yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gregory A.Guagnano (1995) yang berjudul Locus of Control, Prococial behaviour and Agentic Disposition Penelitian menyimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara locus of control internal dalam disposisi sikap terhadap perilaku prososial. Mereka menjelaskan bahwa individu yang memilki locus of control internal yang tinggi lebih cenderung kemungkinanya untuk dapat bersikap independent terhadap situasi lingkungan. Individu yang locus of control internalnya tinggi memilki keyakinan yang kuat dari dalam dirinya untuk berperilaku tanpa dipengaruhi oleh orang lain serta faktor lingkungan. Bierhoff, Klein, dan Kramp (dalam Goleman, 1997) menjelaskan bahwa locus of control internal termasuk dalam karakteristik individu yang berperilaku prososial. Locus of control internal merupakan kepercayaan individual bahwa dia dapat memilih untuk berperilaku dalam cara memaksimalkan akhir yang baik dan meminimalkan yang buruk. Jika situasi menghendaki mereka berperilaku menolong maka individu yang cenderung memilki locus control internal akan berusaha berperilaku baik dan meminimalisir terjadinya hal yang buruk. Sedangkan bagi individu yang cenderung memilki locus control eksternal percaya bahwa apa yang mereka lakukan tidak relevan dan bermanfaat untuk kebaikan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rifatul Mahmudah (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan antara Locus Of Control dengan

Perilaku Prososial pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara locus of control dengan perilaku prososial yaitu rx1 = 0.633 sig =.000 dan rx2 = 0.861 sig =.000. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kedua orientasi locus of control yaitu internal dan eksternal dengan perilaku prososial pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Maliki Malang. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Ervina (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Locus Of Control dengn Perilaku Prososial Pada Remaja Panti Asuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Locus of control Internal dengan Perilaku Prososial yaitu nilai koefisien korelasi 0,523 dan p sebesar 0,001. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara locus of control internal dengan perilaku prososial pada remaja Panti Asuhan. Penelitian yang bertolak belakang juga dilakukan oleh Nur Yuli Dwi Hapsari (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Locus of control Internal dengan perilaku prososial di Unit Donor Darah PMI Surabaya. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai korelasi antara locus of control dengan intensi perilaku prososial, yaitu sebesar 0,135 dengan p sebesar 0,351. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara locus of control dengan intensi perilaku prososial di Unit Donor Darah PMI Surabaya.

Sehubungan dengan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Antara Locus Of Control Dengan Prososial Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen Purwodadi Tahun Ajaran 2013/2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada hubungan yang signifikan antara perilaku locus of control dengan perilaku prososial di kelas XI IPS SMA Kristen Purwodadi Tahun Ajaran 2014/2015? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara perilaku prososial dengan locus of control siswa kelas XI IPS SMA Kristen Purwodadi Tahun Ajaran 2014/2015? 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1.4.1 Manfaat Teoritis Apabila dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku prososial dengan locus of

control siswa kelas XI IPS SMA Kristen Purwodadi Tahun Ajaran 2013/2014, maka sejalan dengan penelitian Ervina (2010), dan apabila hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara perilaku prososial dengan locus of control siswa kelas XI IPS SMA Kristen Purwodadi Tahun Ajaran 2013/2014, maka penelitian sejalan dengan penelitian Nur Yuli Dwi Hapsari (2013) 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Memberi masukan kepada Guru Pembimbing bahwa untuk dapat menanamkan perilaku prososial kepada siswa maka Guru Pembimbing harus mendorong siswa untuk memiliki locus of control yang baik. b.bagi Sekolah Memberi masukan kepada pihak sekolah bahwa dalam meningkatkan perilaku prososial, maka seluruh warga sekolah harus menanamkan perilaku locus of control supaya dapat dicontoh oleh siswa c. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan yang dapat digunakan sebagai bekal bagi penulis kelak sebagai Guru Pembimbing di sekolah, sehingga jika ada siswa yang memiliki permasalahan terkait perilaku prososial dan locus of control yang rendah, maka penulis dapat memberikan bantuan.

1.5 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembaca memahami isi skripsi ini, maka dalam penyusunan skripsi ini menggunakan sistematika dan garis besar isinya yang disajikan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Landasan teori, berisi tentang pengertian locus of control, ciri-ciri locus of control, aspek-aspek locus of control, fungsi locus of control, pengertian perilaku prososial, fungsi perilaku prososial, faktor yang mempengaruhi perilaku prososial, aspek-aspek perilaku prososial, proses perilaku prososial, penelitian yang relevan, hipotesis. Bab III Metode Penelitian berisi tentang jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas dan teknik analisis data. Bab IV Analisis dan pembahasan berisi tentang gambaran subjek penelitian, pengumpulan data, analisis deskriptif, analisis korelasi, uji hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran.