BAB I PENDAHULUAN. Hukum yang diciptakan manusia mempunyai tujuan untuk. menciptakan keadaan yang teratur, aman, dan tertib, demikian pula dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. pratima di Bali, dan hasil wawancara yang diperoleh penulis dari para

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

JURNAL PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN PRATIMA MENURUT HUKUM ADAT BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia di dalam pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

JURNAL TINJAUAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU PENCURIAN BENDA SAKRAL TERKAIT DENGAN HUKUM ADAT DI MELAYA, KABUPATEN JEMBRANA - BALI

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam masyarakat. Tindakan-tindakan eigenrichting/perbuatan main

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai ketentuan yang ada dalam undang undang dasar 1945 negara

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini. Kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum yang diciptakan manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan keadaan yang teratur, aman, dan tertib, demikian pula dengan hukum adat. Menurut Van Vollenhoven hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku positif yang di satu pihak mempunyai sanksi dan di pihak lain dalam keadaan tidak dikodifikasikan 1. Namun belakangan ini dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat, mengakibatkan masyarakat Indonesia mengalami krisis moral. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin meningkatnya kejahatan dan pengangguran yang sangat dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah cenderung tidak memperhatikan norma atau kaidah hukum yang berlaku. Untuk memenuhi kebutuhan ada kecenderungan menggunakan segala cara yaitu dengan melanggar norma hukum. Salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat adalah pencurian. Berdasarkan pemberitahuan dari media massa dan media elektronik menunjukkan bahwa seringnya terjadi kejahatan pencurian dengan berbagai jenisnya di latar belakangi karena kebutuhan hidup yang tidak tercukupi. 1 Iman Sudiyat,1982,Asas-asas Hukum Adat,edisi ke 3, Liberty Yogyakarta,Hlm 5. 1

2 Dewasa ini tindak pidana pencurian mengalami peningkatan. Tindak pidana pencurian dapat ditemukan dalam masyarakat manapun, begitu juga di Bali. Tindak pidana pencurian dianggap sebagai suatu fenomena yang luar biasa dan menjadi suatu issue menarik manakala obyek pencurian adalah benda-benda sakral (benda-benda yang disucikan/dikeramatkan) seperti keris, uang logam (pis kepeng), pratima. Salah satu benda yang disakralkan adalah pratima (patung yang disucikan) yang akan penulis teliti karena sering terjadi pencurian pratima sebagai benda yang di sakralkan oleh masyarakat Hindhu di Bali sebagai sarana atau media pemujaan kepada Ida Shang Hyang Widi Wasa beserta manifestasinya. Benda-benda yang disakralkan oleh masyarakat Hindhu di Bali memang hanya tampak seperti benda mati biasa, namun dalam kaitannya dengan masyarakat Hindhu di Bali, pratima itu disucikan karena merupakan simbol sebagai media pemujaan untuk memuja Tuhannya, maka dari itu pratima tersebut ditempatkan di tempat suci yaitu di pura yang kesucian dan keamanannya terjaga dengan baik dan tidak boleh sembarang orang untuk memegang. Menguak misteri hilangnya pratima di pura yang terjadi sudah dua tahun terakhir ini, terungkap setelah polisi menangkap jaringan pencuri pratima di beberapa kabupaten di Bali. Jaringan pencuri pratima telah beraksi di 44 pura yang ada di seluruh wilayah Bali, mereka sengaja mencuri karena benda itu bernilai tinggi dan diburu para kolektor. Namun

3 tidak semua benda sakral yang menjadi target pencurian, mereka hanya mencuri benda yang ada emas dan berliannya saja yaitu pratima. 2 Secara historis hukum adat dipandang sangat demokratis karena ia lahir melalui proses dan seleksi yang panjang. Kemakmuran dan kepentingan serta kelangsungan hidup masyarakat adalah prioritas utama. Hukum adat memberikan keadilan dan rasa keamanan pada siapapun, selagi mentaati dan mematuhi ketentuan yang berlaku dalam masyarakat hukum adat. Adat merupakan kebiasaan yang normatif. Apabila norma tidak dijalankan oleh masyarakat dalam menghadapi situasi, maka dapat menimbulkan reaksi atau sanksi. Adat yang disertai sanksi merupakan hukum adat yang mengikat dan menyatukan seluruh warga masyarakat. Hukum adat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, ditaati dan dijadikan pedoman berperilaku bagi warga masyarakat. Pelanggaran terhadap hukum adat itu menimbulkan reaksi adat atau sanksi adat, berupa sanksi moral atau sosial. 3 Dipandang dari sudut adat, desa di Bali merupakan lembaga adat, dan bila dipandang dari sudut agama merupakan lembaga agama, yang keduanya memberikan tatanan, isi, dan jiwa dari kehidupan desa. Unsur adat tampak adanya beranekaragaman kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan oleh warga desa. Sedangkan unsur agama dari desa 2 www.google.com, bali pos, polisi kuak misteri hilangnya benda sakral di bali, 20 September 2014, pukul 17.00 WIB. 3 I Nyoman Sirtha, 2008, Aspek Hukum Dalam Konflik Adat di Bali, cetakan I, Udayana University Press, hlm 91.

4 adat tampak pada adanya tempat pemujaan bersama kahyangan desa atau kahyangan tiga sebagai tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Tri Murti, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa. 4 Dalam masyarakat hukum adat di Bali, perbuatan yang dianggap bertentangan dengan norma-norma hukum adat, yakni apabila perbuatanperbuatan tersebut bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang termuat dalam awig-awig ataupun perbuatan tersebut tidak selaras dengan keselamatan masyarakat, keselamatan suatu golongan, ataupun keselamatan sesama anggota dalam lingkungan masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Dalam masyarakat hukum adat di Bali, ada berbagai perbuatan yang dianggap sebagai delik hukum adat di samping ada pula pelanggaran-pelanggaran yang sifatnya ringan. Perbuatan-perbuatan tersebut apabila diklasifikasikan termasuk ke dalam: delik terhadap harta benda, delik terhadap kepentingan orang banyak, delik terhadap kehormatan seseorang, delik terhadap kesusilaan. Pencurian benda sakral termasuk dalam delik terhadap harta kekayaan. Benda-benda sakral termasuk harta benda, (harta benda yang dimaksudkan di sini adalah benda-benda yang berwujud dan diberikan makna tertentu). Benda sakral yang dimaksud antara lain benda yang dipergunakan sebagai sarana atau prasarana upacara keagamaan dan umummya dikeramatkan di tempat-tempat suci (pura), karena benda- 4 Ibid, hlm 61.

5 benda yang disucikan tersebut (pratima) merupakan sarana dalam pelaksanaan upacara-upacara keagamaan yang oleh umat Hindu diyakini mempunyai kekuatan ghaib. Pencurian pratima umumnya tidak saja mengakibatkan kerugian materiil tetapi juga kerugian immateriil yang berakibat terhadap gangguan keseimbangan magis. Kejahatan seperti ini merupakan tindakan yang sangat amat merugikan masyarakat di Bali khususnya penganut agama Hindhu karena dianggap sudah merusak keseimbangan hidup masyarakat, para pelaku juga di anggap melecehkan aturan adat yang tertuang di dalam awig-awig di Bali. Pencurian pratima itu merupakan bentuk penodaan terhadap agama dan para pelaku juga dianggap telah merusak cagar alam mengingat pratima yang ada di Bali itu merupakan bagian dari benda cagar budaya dan warisan turun temurun. 5 Untuk mengembalikan keseimbangan tersebut, menurut keyakinan masyarakat diperlukan ritual-ritual keagamaan. Maka dari itu harus dipulihkan terhadap pelaku kejahatan dengan dijatuhkan pidana dan tentu saja ada reaksi dengan sanksi adat agar keadaan kembali seimbang sebagai bentuk reaksi dan koreksi masyarakat. Sanksi adat adalah berupa reaksi terhadap desa adat untuk mengembalikan keseimbangan magis yang terganggu. 5 I Ketut Sandika, 2011, Pratima Bukan Berhala, Paramita, Surabaya.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: Apakah pengadilan dalam menjatuhkan sanksi pada pelaku tindak pidana pencurian pratima memperhatikan aspek-aspek hukum adat di Bali? C. Tujuan Penelitian Penulisan ini bertujuan untuk mencari kejelasan bagaimana pengadilan dalam menyikapi masalah pencurian pratima di Bali dalam penjatuhan sanksi tidak boleh hanya berdasarkan hukum KUHP saja tetapi juga harus memperhatikan aspek-aspek hukum adat di Bali, sehingga tidak menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap putusan pengadilan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis yaitu untuk perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan perkembangan bidang hukum pidana pada khususnya mengenai tindak pidana pencurian barang sakral khususnya pencurian pratima di Bali. 2. Manfaat praktis: a. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan untuk membuat suatu keputusan bahwa dalam tindak pidana pencurian barang

7 sakral tidak hanya mengacu pada hukum KUHP saja, melainkan harus dilihat dari aspek-aspek adat di Bali. b. Bagi masyarakat dan tokoh agama di Bali, sebagai wujud perlindungan terhadap masyarakat di Bali dan supaya masyarakat dan tokoh agama mengetahui pelaksanaan sanksi pada pelaku pencurian. c. Bagi mahasiswa, sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan mengenai pidana adat dan sanksi pidana adat yang berada di daerah Bali. E. Keaslian Penelitian 1. Judul Pembuktian terhadap tindak pidana pencurian yang pelakunya mengidap penyakit kleptomania. a. Identitas Penulis Nama : Jessy Fransiska Purba NPM : 03.05.08496 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan :Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum.

8 b. Rumusan Masalah Bagaimanakah pembuktian dalam proses peradilan terhadap tindak pidana pencurian terhadap tindak pidana pencurian yang pelakunya mengidap penyakit kleptomania? c. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang pembuktian dalam proses peradilan terhadap tindak pidana pencurian yang pelakunya mengidap penyakit kleptomania. d. Hasil Penelitian Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab 2, maka dapat disimpulkan pembuktian terhadap tindak pidana pencurian yang pelakunya mengidap penyakit kleptomania serta penegakkan hukum dalam proses peradilan bagi tindak pidana pencurian yang pelakunya mengidap penyakit kleptomania, pelaku pencurian memiliki latar belakang penyakit klepto di indonesia bukanlah merupakan sepenuhnya tindak pidana, tetapi merupakan tindakan pidana dengan pertanggungjawaban sebagian karena tindakan yang timbul karena penyakit ini juga menyebabkan kerugian bagi orangorang di sekitar penderita klpetomania dan juga memiliki kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan di depan hukum.

9 2. Judul Upaya polda DIY dalam penanggulangan pencurian di dalam kereta api a. Identitas Penulis Nama : Ignatius Adi Nugroho NPM : 99.05.06793 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : peradilan dan penyelesaian sengketa hukum b. Rumusan Masalah 1) Upaya apakah yang dilakukan oleh aparat polda DIY dalam menanggulangi kejahatan pencurian di dalam kereta api dari dan tujuan Yogyakarta Jakarta? 2) Kendala apa yang harus dihadapi oleh aparat kepolisian Polda DIY dalam menanggulangi kejahatan pencurian di dalam kereta api dari dan tujuan Yogyakarta Jakarta? c. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif a) Untuk mengetahui upaya apakah yang dilakukan aparat kepolisian polda DIY dalam menanggulangi pencurian di dalam kereta api dari dan tujuan Yogyakarta Jakarta. b) Untuk mengetahui kendala-kendala apa yang dihadapi aparat kepolisian khususnya polda DIY dalam

10 menanggulangi pencurian di dalam kereta api dari dan tujuan Yogyakarta Jakarta. 2. Tujuan Subyektif Tujuan subyektif dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan keterangan ataupun bahan-bahan guna menyusun skripsi sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu hukum, dengan program kekhususan peradilan dan penyelesaian sengketa hukum di fakultas hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. d. Hasil Penelitian Berdasarkan analisis data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa upaya penanggulangan yang diterapkan polda DIY adalah upaya yang bersifat preventif yaitu pencegahan pencurian di dalam kereta api dengan melakukan penyamaran, operasi rutin, patroli meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan personilnya dan penjagaan di setiap pos di stastiun kereta serta melakukan penerangan, himbauan, penyuluhan kepada masyarakat agar lebih waspada terhadap ancaman kejahatan pencurian di dalam kereta api. Lalu upaya bersifat represif dalam arti upaya untuk menegakkan hukum terhadap pelaku tindak pidana pencurian di

11 dalam kereta api dengan melakukan penyelidikan, penyidikan kemudian hasilnya tersebut diserahkan kepada jaksa penuntut umum dan dilanjutkan pada proses peradilan hingga sampai pada putusan pengadilan dan akhirnya pada pelaksanaan putusan agar diperoleh sifat jera bagi pelakunya. 3. Judul Upaya penanggulangan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di wilayah hukum polres sleman. a. Identitas penulis Nama : Yosef Ari Harianto NPM : 010507558 Program studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan :peradilan dan penyelesaian sengketa hukum. b. Rumusan Masalah Bagaimanakah upaya kepolisian Polres Sleman dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dan faktor faktor apakah yang menghambat aparat kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor wilayah hukum polres sleman?

12 c. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah merupakan apa yang hendak dicapai dan diharapkan oleh peneliti yaitu; 1. Tujuan Obyektif a. Dengan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dalam wilayah hukum sleman. b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menghambat aparat kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, serta bagaimana mengatasi hambatan-hambatan tersebut. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang hal-hal yang berhubungan dengan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, serta dapat memberikan saran dan masukan kepada aparat kepolisian dalam upayanya menanggulangi pencurian kendaraan bermotor. b. Untuk memperoleh data-data dan bahan-bahan yang berkaitan dengan penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

13 d. Hasil penelitian Sebagai akhir dari pembahasan tentang upaya penanggulangan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Wilayah Hukum Polres Sleman. Maka dalam rangka menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di wilayah hukum Polres Sleman, kepolisian melakukan upaya hukum yang bersifat preventif yang terwujud melalui patroli terbuka, patroli tertutup, pemeriksaan di jalan, pemasangan spanduk himbauan, penyuluhan yang dilakukan oleh polmas serta penyelidikan yang dilakukan anggota satuan reskrim. Selain itu juga harus dilakukan upaya represif diwujudkan dengan cara penindakan, pencarian barang dan penjebolan jaringan. F. Batasan Konsep 1. Pemidanaan Kata pemidanaan berasal dari kata pidana yang berarti sebuah nestapa/derita yang dijatuhkan dengan sengaja oleh negara (melalui pengadilan). 6 6 http://kitabpidana.blogspot.com/2012/04/pidana-dan-pemidanaan.html, diakses pada hari kamis 2 oktober 2014, pukul 14.30 WIB.

14 2. Pelaku Pelaku adalah orang yang melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam arti orang yang dengan suatu kesengajaan atau suatu tidak sengajaan seperti yang diisyaratkan oleh Undang-Undang. 7 3. Pencurian Menurut Pasal 362 KUHP yang dimaksud dengan pencurian ialah barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum. 4. Pratima Pengertian pratima jika ditelusuri secara etimologi, berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya gambar atau rupa, bentuk, manifestasi dari perwujudan Dewa atau disebut juga dengan Murti dan Vigraha. 8 5. Hukum Adat Bali Hukum adat Bali adalah hukum yang tumbuh dalam lingkungan masyarakat hukum adat Bali yang berlandaskan pada ajaran agama 7 Barda Nawawi Arif,1984, Sari Kuliah Hukum Pidana II Fakultas Hukum Undip, hlm: 37. 8 https://brahmacarya.wordpress.com/2011/06/10/pratima-omkara-1/, diakses pada hari minggu, 18 Januari 2015, pukul 14.25 WIB.

15 Hindu dan tumbuh berkembang mengikuti kebiasaan serta rasa kepatutan dalam masyarakat hukum adat Bali itu sendiri. 9 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif yang di dukung dengan data empiris. Dalam penelitian hukum normatif ini dikaji dengan norma-norma hukum di KUHP yang berkaitan dengan putusan Pengadilan Negeri di Bali dan wawancara dari beberapa narasumber baik dari pemuka agama Hindhu dan salah satu hakim di Pengadilan Negeri Gianyar. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian hukum normatif adalah data sekunder atau bahan hukum sebagai data utama yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Adapun data sekunder meliputi: a) Bahan hukum primer Bahan hukum primer meliputi: peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kasus yang diteliti dan putusan hakim. 9 http://ketutwirawan.com/adat-dan-agama-dalam-masyarakat-hukum-adat-bali/, diakses pada hari minggu, 18 Januari 2015, pukul 15.00 WIB.

16 b) Bahan hukum Sekunder Bahan hukum sekunder meliputi: buku-buku, hasil penelitian, dan pendapat hukum dalam literatur, fakta hukum dan internet yang berkaitan dengan tindak pidana pencurian barang sakral di Bali. c) Bahan hukum tersier Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) digunakan agar tidak terjadi penafsiran ganda pada setiap kata yang digunakan penulis. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara yaitu kegiatan tanya jawab secara langsung atau dengan diskusi dengan narasumber menggunakan daftar pertanyan yang sudah disiapkan sebagai pedoman untuk wawancara yang berkaitan dengan tindak pencurian barang sakral (pratima) di Bali. Yang menjadi narasumber dalam penelitian hukum ini adalah para pemuka adat di Bali dan salah satu hakim dari Pengadilan Negeri Gianyar. 4. Analisis Data Analisis data dilakukan terhadap: a. Bahan hukum primer yang berupa peratuan perundang-undangan yang berkaitan dengan kasus yang diteliti, seperti Undang-Undang Darurat Sementara Tahun 1950, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010

17 tentang cagar budaya, dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman. b. Bahan hukum sekunder yang berupa pendapat hukum, asas-asas hukum dan fakta hukum, buku, artikel, dan dicari persamaan dan perbedaanya sehingga akan didapatkan pemahaman mengenai pertimbangan hakim yang memberi putusan kepada pelaku tindak pidana pencurian barang sakral (pratima) di Bali tidak hanya hukum KUHP saja melainkan juga harus berdasarkan aspek-aspek adat Bali. 5. Proses berpikir proses berpikir atau prosedur penalaran digunakan secara induktif. Pengambilan suatu kesimpulan berdasarkan metode berpikir secara induktif yaitu, data dan informasi yang bersifat khusus dikaji dan diolah dengan mengacu pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum. H. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi terdiri dari 3 bab, yang pembagiannya sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

18 BAB II PEMBAHASAN Bab ini berisi uraian tentang detil rumusan ketentuan perundang-undangan, pendapat para ahli, serta detil mengenai eksistensi hukum pidana adat mengenai delik adat pada masyarakat hukum adat Bali. BAB III PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran penulis.