BAB V PENUTUP. kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara kematian. masyarakat Minagkabau. Tradisi mandoa merupakan bentuk akulturasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap memiliki nilai-nilai yang masih cukup relevan bagi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

ANGKET. B. Identitas Responden Nama/ Adek : Alamat : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Status : Pekerjaan :

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Akibat dari pertemuan antar etnik ini

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

Salah satu faktor yang memengaruhi memudarnya sikap nasionalisme adalah kurangnya pemahaman siswa tentang sejarah nasional Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

Draft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PRAKTEK RITUAL BAKAR DUPA DALAM PANDANGAN ISLAM DESA LAWONUA KEC.BESULUTU KAB. KONAWE

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN NYANDUNG WATANG DI DESA NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut The Liang Gie dalam Nursid (1981:75) metodologi adalah cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB IV ANALISIS HASIL PELAKSANAAN TRADISI NGAPATI DI DESA SUROBAYAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB II PASAR AIR TIRIS

BAB V Kesimpulan Dan Saran

Angket Penelitian. I. Identitas Responden. 1. Nama : 2. Usia : 3. Pekerjaan : 4. Jenis kelamin : a. Laki- laki. b. Perempuan. 4. Etnis : a.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kantor kelurahan Air Tiris didirikan pada tahun 1974,sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

IMILIK PERPUS.-T.AKA~GNl

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Masyarakat Pauh Duo Nan Batigo merupakan bagian dari suku bangsa Minangkabau yang masih menjalankan tradisi yang ada, yaitu upacara adat yang berkaitan dengan siklus hidup (life cycle) seorang individu dalam masyarakat. Upacara siklus hidup (rites de passage) ini diantaranya adalah kehamilan, upacara kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara kematian. Tradisi mandoa merupakan rangkaian akhir dalam ritual kematian pada masyarakat Minagkabau. Tradisi mandoa merupakan bentuk akulturasi kebudayaan islam dengan kebiaasaan yang ada pada dahulunya atau tradisi sebelum masuknya islam di Minangkabau. Disini dilihat dari kepercayaan masyarakat Minangkabau melakukan ritual mandoa pada hari-hari tertentu yaitu pada hari ketiga, ketujuh, empat belas, empat puluh dan seratus hari yang mirip dengan ajaran agama Hindu. Walaupun banyak perdebatan ulama tentang ritual pada hari-hari tersebut, dalam kenyataan tradisi ini masih bertahan dan ada juga di beberapa tempat telah berubah dan hilang karena masuknya pemikiran-pemikiran baru. Masyarakat Pauh Duo Nan Batigo merupakan salah satu masyarakat yang masih mempertahankan tradisi mandoa, walaupun para ulama Pauh Duo Nan Batigo mengakui adanya pertentangan-pertentangan yang berkaitan dengan ritual ini, tetapi para ulama masyarakat Pauh Duo Nan Batigo berprinsip, bahwa tradisi mandoa tidaklah menimbulkan bid ad, namun apabila tetap dikatakan

bid ad ini merupakan bid ah hasana. Dan kesalahan yang terjadi mungkin dalam tekniknya, dimana untuk merubah sesuatu yang berhubungan dengan adat tidak dapat dilakukan secara cepat, tetapi harus dengan cara bertahap tetapi pasti. Maka dari situlah dapat kita lihat bahwa intelektual tidak hanya menggunakan fikiran tetapi juga menggunakan hati, apabila itu dilakukan pasti berbeda hasilnya, orang yang hanya menggunakan akal fikirannya saja bagi masyarakat kampung tidak akan dihargai, tetapi orang yang menggunakan intelektual dengan fikran dan hatinya, pasti lambat laun masyarakat akan menerimanya dengan senang hati, jadi inilah kebijakan yang ada dalam masyarakat Paun Duo Nan Batigo. Masyarakat nagari Pauh Duo Nan Batigo yang masih sangat teguh melakukan tradisi bukan karena tidak ingin berubah, tetapi masyarakatnya membutuhkan figur yang tepat dan di idolakan oleh masyarakat, maka dengan itulah masyarakat akan berubah. Proses tradisi mandoa yang dilakukan oleh masyarakat Pauh Duo Nan Batigo berlangsung melalui berbagai tahap upacara, yaitu tahap sebelum ritual mandoa dilaksanakan yang merupakan aktivitas awal dari masyarakat dalam melangsungkan upacara. Tahap kedua adalah tahap ritual mandoa yang merupakan aktivitas inti dari masyarakat dalam upacara kematian terebut. Tahap upacara yang pertama terdiri dari aktivitas masyarakat setelah jenazah dikuburkan yaitu ritual doa talqin dan doa tabuang mayik, tradisi mangapiang kayu, ritual kaji stamat (khatam Al-qur an), dan melakukan persiapan mandoa manigo hari (mendoa tiga hari). Pada tahap kedua mencakup ritual mandoa manigo hari (mendoa tiga hari), mandoa tujuah hari (mendoa tujuh

hari), mendoa duo kali tujuah (mendoa dua kali tujuh), mandoa ampek puluh hari (mendoa empat puluh hari) dan mandoa saratui hari (mendoa seratus hari). Bertahannya tradisi mandoa dalam kehidupan masyarakat nagari Pauh Duo Nan Batigo tentunya tidak lepas dari fungsi yang dimiliki oleh tradisi tersebut. Seperti yang tertulis dalam aksioma teori fungsional agama bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap dengan sendirinya. Jadi, bertahannya tradisi mandoa sampai saat sekarang ini karena memiliki fungsi dan bahkan memerankan fungsinya dalam kehidupan masyarakat. Berikut fungsi tradisi mandoa dalam kehidupan masyarakat nagari Pauh Duo Nan Batigo pada upacara kematian. 1. Fungsi Tradisi Mandoa a. Fungsi Tradisi Mandoa Terhadap Keluarga Yang Menyelenggarakan Ritual Kematian. Tradisi mandoa pada hakekatnya dilakukan untuk memohon keselamatan orang yang meninggal dunia, dan bagi keluarga yang ditinggalkan berfungsi untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan agar tidak larut dalam kesedihan, walaupun keluarga disibukkan dengan banyaknya ritual-ritual yang akan dilakukan selama upacara tetapi masyarakat tidak merasa dibebankan, malainkan keluarga merasa senang karena mendapat bantuan baik moril maupun materil. b. Fungsi Tradisi Mandoa Terhadap Hubungan Kekerabatan Hubungan kekerabatan bagi setiap kelompok suku bangsa tentu sangat penting begitu juga bagi masyarakat nagari Pauh Duo Nan Batigo,

pelaksanaan tradisi yang begitu panjang ternyata berfungsi untuk mempererat hubungan kekerabatan, dan sebagai sarana untuk meningkatkan rasa persaudaraan baik itu hubungan sesuku ataupun hubungan karena perkawinan, dimana dengan adanya tradisi semua anggota kerabat yang jarang bertemu menjadi saling bertemu dan kegiatan yang jarang mereka lakukan bersama dapat dilakukan bersama dan saling tolong-menolong dalam pelaksanaan tradisi mandoa. c. Fungsi Tradisi Mandoa Terhadap Masyarakat Dan Adat Tradisi mandoa pada upacara kematian berfungsi untuk meningkatkan integrasi sosial dan untuk mempertinggi solidaritas sosial masyarakatnya. Dan bagi adat berfungsi untuk mempertegas aturan-aturan adat yang berlaku pada masyarakat sehingga tidak mudah melakukan pelanggaran, karena setiap peraturan adat yang berlaku memiliki hubungannya dengan tradisi yang ada pada masyarakat Pauh Duo Nan Batigo sendiri, salah satunya adalah tradisi mandoa. 2. Latar Belakang Bertahannya Tradisi Mandoa a. Tradisi Mandoa sebagai Tradisi Dengan masih bertahannya tradisi sampai sekarang ini, dimana fungsi lembaga keluarga sangat berperan dalam menanamkan nilai-nilai baik kepada anak-anak mereka, termasuk mengajarkan tentang tradisi mandoa sendiri, sehingga telah menjadi tradisi turun-temurun yang tidak akan mudah hilang, dan ditambah lagi dengan terciptanya hubungan yang hangat dan harmonis dalam kehidupan masyarakat semakin mendukung

bahwa tradisi yang mereka lakukan dapat memberikan dampak yang baik. b. Tradisi Mandoa sebagai Prestise Prestise yang dapat dilihat dari adanya tradisi mandoa yaitu membentuk stratifikasi sosial dalam kehidupan masyarakatnya yaitu dengan besar atau kecilnya penyelenggaraan upacara. Besar kecilnya penyelenggaraan upacara dalam ritual dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu upacara besar, upacara menengah, dan upacara kecil. Oleh karena itu, baik atau buruknya kehidupan sosial seseorang dalam masyarakat, tergantung bagaimana dia menempatkan dirinya dalam kehidupan masyarakat, karena hal ini sangat menentukan posisi seseorang dalam kacamata masyarakat Pauh Duo Nan Batigo. B. SARAN Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka dapatlah penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat dimanfaatkan dalam hal menjaga kelangsungan budaya upacara kematian yang ada pada masyarakat Minangkabau, khususnya masyarakat nagari Pauh Duo Nan Batigo : a. Setiap masyarakat memiliki ciri khas masing-masing dalam kehidupan mereka yang menjadi rutinitas dan melembaga. Ciri khas tersebut akan menjadi identitas tersendiri bagi masyarakatnya dan hendaknya harus dihormati sebagai wujud pergaulan rasionalitas bagi para penganutnya. Oleh karena itu, tradisi mandoa yang ada pada masyarakat Pauh Duo Nan Batigo tidak hanya dipahami sebagai ritualitas belaka, melainkan

memiliki dimensi spiritual yang mendalam yang harus diteliti, digali dan diungkapkan. b. Tradisi mandoa yang masih mempunyai banyak perdebatan yang mana ada yang menganggap bahwa ritual ini mubazir dan bid ah, diharapkan kepada perangkat pemerintahan setempat baik lembaga adat dan keagamaan untuk mensosialisasikan dan menjelaskan pemahaman tentang upacara kematian baik dari sudut pandang agama maupun adat.