BAB II KERANGKA TEORETIS. 1. Layanan Penempatan dan Penyaluran. perkembangan potensi-potensinya. 9 Layanan penempatan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI

LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN. alizamar BK UNP Padang

BAB XI LAYANAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Tentang Layanan Penempatan dan Penyaluran. 1. Pengertian Layanan Penempatan dan Penyaluran

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

PROGRAM KERJA KOORDINATOR EKSTRAKURIKULER SMP ITUS JALAKSANA TAHUN AJARAN 2015/2016 SMP ITUS

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM BIMBINGAN BELAJAR DAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. Karim

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB II KAJIAN TEORI. sekolah, yang memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru

BAB II KAJIAN TEORI. pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan. pengalaman-pengalaman yang dapat memberi sumbangan yang berarti bagi

BAB II KERANGKA TEORI. 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Bab 2 Pasal 2 yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta. dilaksanakan melalui wadah yang disebut dengan sekolah.

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Hakikat Ekstrakurikuler

BAB II KAJIAN TEORI. guru yang disamping menjabat sebagai guru juga menjadi pembimbing. 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

PROGRAM TAHUNAN LAYANAN BK KOMPREHENSIF SMA N I BANGUNTAPAN TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PEMILIHAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 RANTAU. Noor Jannah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB II GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 CIKANDE

BAB I PENDAHULUAN A. LANDASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENDIDIKAN FORMAL PROGRAM INTRAKURIKULER PROGRAM KOKURIKULER PROGRAM EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

PELATIHAN PENGEMBANGAN DIRI MELALUI BIMBINGAN KARIR BAGI SISWA MADRASAH ALIYAH PP-MTI TG. BERULAK KECAMATAN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu proses investasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lily Nuzuliah, 2014

BAB II KAJIAN TEORI. a. pengertian layanan konseling individual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang definisi pendidikan banyak dikemukakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dana pembangunan sektor ekonomi, yang satu dan

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB II KONSEP TENTANG KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DAN HASIL BELAJAR. sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani manusia supaya tetap bisa bertahan hidup. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik dan sebagainya. 1 Sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik,

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

Transkripsi:

BAB II KERANGKA TEORETIS A. Kerangka Teoretis 1. Layanan Penempatan dan Penyaluran a. Pengertian Layanan penempatan dan penyaluran adalah layanan yang membantu menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan potensi-potensinya. 9 Layanan penempatan dan penyaluran ini merupakan salah satu jenis layanan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi, program latihan dan lain-lain. 10 b. Tujuan 1) Tujuan umum Tujuan umum Layanan PP adalah diperolehnya tempat yang sesuai bagi individu untuk pengembangan potensi dirinya. Tempat yang dimaksudkan itu adalah kondisi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-emosional, dan lebih luas lagi 9 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling. Cetakan II, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. h. 45. 10 Suhertina, Pengatar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Pekanbaru: Suska Press,2008. h. 60. 14

15 lingkungan budaya, yang secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan individu. 11 2) Tujuan khusus Merujuk kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling, yang mencerminkan tujuan secara lebih khusus, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut: Pertama, fungsi pemahaman. Merujuk pada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah agar siswa memahami potensi dan kondisi dirinya sendiri serta kondisi lingkungannya. Kedua, fungsi pencegahan. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mencegah semakin parahnya masalah, hambatan, dan kerugian yang dialami individu (siswa). Ketiga, fungsi pengentasan. Untuk mengangkat individu dari kondisi yang tidak baik kepada kondisi yang lebih baik. Keempat, fungsi pengembangan dan pemeliharaan. Merujuk kepada fungsi ini, maka tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memeliharanya dari hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan perkembangannya. 12 11 Prayitno, Layanan Penenmpatan dan Penyaluran, Padang: Jurusan BImbingan dan Konseling FIB, 2004. h. 3. 12 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Cetakan IV. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011. h. 154.

16 Kelima, fungsi advokasi, mempunyai kaitan yang tidak langsung dengan fungsi-fungsi lainya dalam layanan PP. Dengan fungsi pengentasan dan pencegahan, secara tidak langsung layanan PP menghindarkan individu atau klien dari keteraniayaan diri dari hak-haknya. Lebih jauh, apabila layanan PP berhasil memandirikan klien, klien itu sendiri akan mampu mempertahankan diri dan membela hak-haknya. 13 c. Komponen Komponen dari layanan penempatan dan penyaluran adalah: 1) Konselor Konselor sebagai pelaksana layanan PP, adalah ahli pelayanan konseling yang sangat peduli terhadap optimalisasi perkembangan individu demi kebahagiaan kehidupannya. 2) Subjek Layanan dan Masalahnya Subjek layanan PP adalah siapa saja yang memerlukan kondisi lingkungan yang lebih sesuai dengan kebutuhan kehidupannya dan perkembangannya, baik di sekolah, di rumah, dalam organisai, lingkungan kerja, lembaga seni dan budaya, dunia keilmuan, dan lain sebagainya. 14 13 Prayitno, Op. Cit., h. 4. 14 Ibid,. h. 5.

17 d. Asas yaitu: Menurut Prayitno ada dua sisi yang perlu mendapat perhatian, a) Potensi dan kondisi diri Subjek Layanan: (1) Potensi intelegensi, bakat, minat dan kecenderungan pribadi (2) Kondisi psikofisik, seperti terlalu banyak bergerak, cepat lelah, alergi terhadap kondisi lingkungan tertentu (3) Kemampuan berkomunikasi dan kondisi hubungan sosial (4) Kemampuan panca indera (5) Kondisi fisik, seperti: jenis kelamin, ukuran badan, keadaan jasmaniah lainnya. b) Kondisi Lingkungan: (1) Kondisi fisik, kelengkapan, serta tata letak dan susunannya (2) Kondisi udara dan cahaya (3) Kondisi hubungan sosio-emosional (4) Kondisi dinamis suasana kerja dan cara-cara bertingkahlaku (5) Kondisi statis, seperti aturan dan pembatasanpembatasan. 15 Asas kesukarelaan dan keterbukaan subjek layanan (klien) sangat penting. Setelah itu asas kekinian dan asas kegiatan merupakan jaminan bagi kelancaran dan suksesnya layanan PP. Asas kerahasiaan diterapkan untuk hal-hal yang bersifat pribadi, khususnya untuk kondisi pribadi yang tidak boleh dan tidak layak diketahui pihak lain. 16 e. Teknik Beberapa hal yang perlu dilakukan pembimbing atau konselor sebelum melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran adalah: a) mengkaji potensi dan kondisi diri subjek layanan, b) mengkaji kondisi 15 Ibid., h. 5-6. 16 Ibid,. h. 7-8.

18 lingkungan dari lingkungan yang paling dekat dan mengacu kepada permasalahan subjek layanan, c) mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi siswa dengan lingkungannya serta mengidentifikasi permasalahan yang secara dinamis berkembang pada diri siswa, d) mengkaji kondisi dan prospek lingkungan lain yang mungkin ditempati, e) menempatkan subjek ke lingkungan baru. 17 f. Pelaksanaan Prosedur dan langkah-langkah layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut: Pertama, perencanaan yang mencakup: a) identifikasi kondisi yang menunjukan adanya permasalahan pada diri siswa tertentu, b) menetapkan siswa yang akan menjadi sasaran layanan, c) menyiapkan prosedur, langkah-langkah dan perangkat serta fasilitas layanan, dan d) menyipakan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup: a) melakukan analisis terhadap berbagai kondisi yang terkait dengan permasalahan siswa sesuai prosedur dan langkah-langkah yang telah diterapkan, b) melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran. Ketiga, evaluasi yang mencakup: a) menetapkan materi evaluasi, b) menetapkan prosedur evaluasi, c) menyusun instrumen evaluasi, d) mengaplikasikan instrumen evaluasi, e) mengelola hasil aplikasi instrumentasi. 17 Tohirin, Op. Cit., h. 155.

19 Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakup: a) menetapkan standar evaluasi, b) melakukan analisis, dan c) manafsirkan hasil analisis. Kelima, tindak lanjut yang mencakup: a) mengidentifikasi masalah yang perlu ditindaklanjuti, b) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, c) mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada siswa dan kepada pihak-pihak lain yang terkait apabila diperlukan, dan d) melaksanakan rencana tindak lanjut. 18 g. Penempatan dan Penyaluran Siswa di Sekolah Di sekolah banyak wadah dan kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bakat, kemampuan dan minat serta hobi, namun diperlukan penempatan dan penyaluran yang sesuai agar potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang semaksimal mungkin. Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah dapat berupa a) penempatan siswa di dalam kelas, b) penempatan dan penyaluran ke dalam kelompokkelompok belajar, c) ke dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan d) ke dalam jurusan atau prodi studi yang sesuai. 19 h. Penempatan dan Penyaluran pada Program Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kurikulum. Sebagaimana dengan kegiatan-kegiatan lain, kegiatan ekstrakurikuler pun menjadi wadah belajar siswa. Pada kenyataannya sebagian siswa enggan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Sering 18 Ibid., h. 157. 19 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Cetakan II. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. h. 273.

20 keengganan mereka itu disebabkan mereka tidak memiliki keterampilan yang memadai. Penempatan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang tepat dapat membantu siswa-siswa itu memperoleh pemahaman yang diperlukannya untuk dapat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan itu secara efektif. 20 i. Layanan Penempatan dan Penyaluran yang Efektif Layanan penempatan dan penyaluran yang efektif adalah layanan penempatan dan penyaluran yang dilaksanakan sesuai dengan teori yang ada. Untuk mendapatkan layanan penempatan dan penyaluran yang efektif, guru pembimbing harus melakukan persiapan-persiapan yang matang untuk menunjang keefektifan layanan penempatan dan penyaluran yang diberikan. Hal yang harus dipersiapkan oleh guru pembimbing yaitu: 1) Melakukan kajian tentang potensi yang dimiliki oleh siswa. 2) Mengkaji kondisi lingkungan, mulai dari lingkungan yang paling dekat dengan permasalahan yang dialami siswa. 3) Mengkaji kondisi awal tentang potensi yang dimiliki siswa dengan rencana penempatan yang akan dilaksanakan. 4) Mengkaji kondisi dari lingkungan lain yang diperkirakan dapat ditempati oleh siswa. 21 20 Ibid., h. 275. 21 Renopendidikankonselor.blogspot.com/2013/05/layanan-penempatan-danpenyaluran.html.

21 Selain persiapan, prosedur pelaksanaan dari layanan penempatan dan penyaluran juga berpengaruh dalam menciptakan layanan penempatan dan penyaluran yang efektif. Khususnya layanan penempatan dan penyaluran pada program ekstrakurikuler. Prosedur dari pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran pada program ekstrakueikuler adalah sebagai berikut: 1) Melancarkan angket pilihan kegiatan ekstrakurikuler. 2) Menganalisis angket tersebut. 3) Melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran sesuai dengan kegiatan ekstrakurikuler yang diinginkan. 22 j. Waktu dan Tempat layanan penempatan dan penyaluran diselenggarakan melalui bentuk upaya yang bersifat terbuka dan luwes, tidak dibentuk satuansatuan paket pertemuan, atau kegiatan yang disajikan atau dilaksanakan dalam sesi-sesi tertentu. Untuk itu waktu dan tempat yang digunakan disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan dalam layanan, khususnya berkenaan dengan bentuk-bentuk penempatan yang ditempuh. 23 k. Penilaian Penilaian hasil layanan penempatan dan penyaluran dilakukan setelah beberapa waktu subjek layanan berada di lingkungan yang baru. Penilaian tersebut terdiri dari: 22 Heng-ky.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-en-us-x-none.html. 23 Prayitno, Op.Cit., h. 12.

22 1) Penilaian jangka pendek Penilaian ini dilaksanakan setelah satu minggu sampai satu bulan setelah siswa berada di lingkungan yang ditetapkan. 2) Penilaian jangka panjang Penilaian ini dilakukan setelah lebih dari satu bulan. Penilaian yang dilakukan difokuskan pada kenyamanan subjek atau klien yang berada pada lingkungan yang baru, dampak sosio-emosional, serta dampak-dampak lainnya. 24 2. Kegiatan Ekstrakurikuler a. Pengertian Program ekstrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan, pengembangan, bimbingan dam pembiasaan siswa agar memiliki kemampuan dasar penunjang. Kegiatan-kegiatan dalam program ekstrakurikuler diarahkan kepada upaya memantapkan pembentukan kepribadian siswa. 25 Menurut Hadari Nawawi, dkk kegitatan ekstrakurikuler adalah kegiatan anak didik di luar jam tatap muka dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan anak didik tersebut dalam memadukan, mengintegrasikan, pengarahan sikap dan keterampilan yang telah dipelajari kedalam situasi nyata (dalam kegiatan sehari-hari) baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 26 24 Ibid., h. 13. 25 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa., Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. h. 170. 26 Hadari Nawawi, dkk, Administrasi Sekolah, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998. h. 177.

23 Dalam mengembangakan kegiatan ekstrakurikuler perlu diciptakan suasana atau situasi yang kondusif, yaitu terwujudnya situasi penyelenggraan kegiatan belajar mengajar, dan suasana pergaulan di lingkungan sekolah. b. Visi dan Misi 1) Visi Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguana untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. 2) Misi a) Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka. b) Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melaui kegiatan mandiri dan atau kelompok. 27 c. Tujuan Kegiatan ekstrakurikuler memiliki beberapa hal yang menjadi tujuan dalam kegiatan itu diantaranya: 1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam beberapa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 2006. h. 13. 27 Allson, Panduan Pengembangan Diri. (Diktat perkuliahan, tidak diterbitkan), Jakarta,

24 2) Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. 3) Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan hubungan antara mata pelajaran yang satu dan mata pelajaran yang lain. 4) Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan, dan tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. 5) Menumbuhkembangkan akhlak islami yang mengintegrasikan hubungan dengan Allah, Rosul, Manusia, alam semesta, bahkan diri sendiri. 6) Memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada peserta didik agar memiliki fisik yang sehat, bugar, kuat, cekatan dan terampil. 7) Memberikan peluang peserta didik agar memiliki kemampuan untuk komunikasi dengan baik, baik secara verbal dan non verbal. 8) Menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah sehari-hari. 28 d. Fungsi Fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler yaitu: 1) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. 28 Departemen Agama, Op. Cit., h. 10.

25 2) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. 3) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. 4) Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik. 29 e. Prinsip 1) Individual, prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesui dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing. 2) Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik. 3) Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh. 4) Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik. 5) Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil. 6) Kemanfaatan social, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat. 30 29 Allson, Op. Cit., h.13-14.

26 f. Pelaksananaan Kegiatan 1) Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin, spontan dan keteladanan dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor dan tenaga kependidikan di sekolah atau madrasah. 2) Kegiatan ekstrakurikuler yang terprogram dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pelaksana sebagaimana telah direncanakan. 31 Dalam pendidikan ekstrakurikuler termasuk dalam pengembangan diri. pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah atau madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir serta kegiatan ekstrakurikuler. 32 Kegiatan pengembangan diri berupa layanan konseling difasilitasi atau dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstrakurikuler dapat dibina oleh konselor. Pengembangan diri ini meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen yaitu: (1) Pelayanan konseling, meliputi pengembangan kehidupan pribadi, social, belajar dan wawasan dan perencanaan karir, (2) Kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi kegiatan kepramukaan, latihan kepemimpinan ilmiah remaja, 30 Ibid. h. 14. 31 Ibid., h. 15. 32 Amirah, Op. Cit., h. 99.

27 palang merah remaja, seni, olah raga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan. 33 3. Mengoptimalkan Potensi Siswa Untuk mengoptimalkan potensi siswa diperlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh di sekolah. Kebijakan itu tidak hanya dilakukan oleh guru pembimbing saja, tetapi juga melibatkan komponen-komponen yang ada di sekolah seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran, siswa itu sendiri serta orang tua. Pihak sekolah dan guru BK dapat membuat program bimbingan pengembangan potensi siswa. Bimbingan pengembangan potensi siswa tersebut antara lain: a. Program Pengembangan Siswa Unggul Akademis (SUA) Untuk mengembangkan potensi siswa unggul ada beberapa tahapan kegiatan yang perlu dilakukan yaitu: 1) Seleksi kemampuan akademis siswa (NEM, tes psikologis, wawancara, observasi). 2) Menentujan kurikulum khusus (tambahan) disamping kurikulum biasa. 3) Memilih guru-guru berkualitas dan cekatan dalam mengajar. 33 Ibid., h. 100.

28 4) Menyediakan sarana penunjang ( hardware) program kurikulum seperti sanggar matematika, lab fisika/kimia/biologi, lab bahasa asing. 5) Menyiapkan program bimbingan dan konseling bagi keberhasilan belajar, pengembangan pribadi, minat dan hubungan social para siswa. b. Program Pengembangan Siswa Unggul Kreativitas (SUK) Pengembangan kreativitas siswa bertujuan: 1) Menemukan dan melatih siswa yang berbakat dan kreatif sehingga mereka menjadi terampil dalam berbagai bidang seperti teknologi, seni dan sebagainya. 2) Menyiapkan para siswa untuk pasar kerja dengan memiliki semiketerampilan atau siap latih di BLK atau industri atau perusahaan atau BUMN. Untuk mengembangkan program SUK ini, tahapan kegiatan adalah sebagai berikut: 1) Seleksi minat, bakat, dan kreativitas siswa melalui wawancara, observasi kegiatan atau keterampilan, penelitian hasil karya atau cipta, dan tes psikologi. 2) Menyusun program keterampilan sesuai kebutuhan dan kondisi sekolah. 3) Menyediakan sarana untuk latihan keterampilan dan pembimbing yang terampil.

29 4) Menggalang kerjasama dengan Depnaker dan pihak industry atau perusahaan atau BUMN. 5) Menyiapkan program bimbingan dan konseling bagi sisiwa untuk membantu keberhasilan mereka, bimbingan pribadi, social, minat, bakat, keterampialn, dan sebagainya. c. Bimbingan Siswa Bermasalah Siswa bermasalah walaupun jumlahnya tidak lebih dari 5%, tetap menjadi perhatian lembaga bimbingan dan konseling di sekolah. Namun, perlu diingat bahawa tidak semua masalah siswa dapat dibantu guru pembimbing berhubung keterbatasan kemampuan profesional. 34 Selain itu, guru pembimbing juga dapat melakukan layanan penempatan dan penyaluran agar potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang menjadi lebih optimal. Khususnya penempatan dan penyaluran pada program ekstrakurikuler. Karena siswa dapat lebih mengembangkan potensinya jika dia berada pada tempat yang tepat. Kita ibaratkan seperti tumbuhan Eceng Gondok, tumbuhan ini tidak akan dapat tumbuh dan berkembang jika dia berada di darat. Tetapi dia dapat tumbuh dan berbunga jika berada di air. B. Penelitian yang Relevan Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Di antaranya adalah: 34 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, Cetakan ke IV. Bandung: ALFABETA, 2009. h. 29-31.

30 1. Marlinda, (2012). Mahasiswi Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiayah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Kasim Riau. Skripsinya meneliti tentang Efektivitas Layanan Penempatan dan Penyaluran dalam Bimbingan Belajar di Sekolah Menengah Atas ( SMA) Islam As-Shofa Pekanbaru. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa efektivitas layanan penempatan dan penyaluran dalam bidang belajar di SMA Islam As-Shofa Pekanbaru dikategorikan sangat efektif. Hal ini dilihat nilai yang di dapat dari rekapitulasi angket dengan hasil persentase 78,06%. Kendala-kendala pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran dalam bidang bimbingab belajar di SMA Islam As-Shofa Pekanbaru adalah: a. Faktor internal, latar belakang pendidikan dan pengalaman guru pembimbing. b. Faktor eksternal, fasilitas dan biaya. 2. Lilis Marliah, (2012). Skripsinya meneliti tentang Komitmen Guru Pembimbing dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler di Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan Desa Buluh Rampai Kecamatan Seberinda Kabupaten Indragiri Hulu. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen guru dalam kegiatan ekstrakurikuler di Mts Al-Ikhsan Desa Bukuh Rampai Kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu tergolong tinggi dengan persentase 78,7%. Hal itu dilihat dari beberapa aspek, yaitu: a. Guru membina peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler, b. Guru membina siswa dalam pengembangan keterampilan dalam kegiatan ekstrakurikuler, c. Guru melaksanakan tugas kegiatan ekstrakurikuler, d. Guru menyempatkan hadir dalam kegiatan ekstrakurikuler, e. Guru

31 melaksanakan tugas yang diemban dalam kegiatan ekstrakurikuler, f. Guru merasa terpanggil untuk memajukan kegiatan ekstrakurikuler, g. Guru melakukan yang terbaik dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, h. Guru merasa prihatin bila siswa kurang berminat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. i. Guru pembimbing menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Faktor-faktor mempengaruhi Komitmen Guru, antara lain: a. Adanya motivasi dari Kepala Madrasah yang berupa insentif non material yaitu memberi pujian, penghormatan dan pemberian kesempatan kepada guruguru, b. Terjalin komunikasi dengan guru-guru mengenai kegiatan ekstrakurikuler, c. Pengambilan keputusan tentang tugas pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dengan melibatkan guru, d. Kompensasi yang diterima guru sesuai dengan kesepakatan kerja, e. Kemampuan kepala sekolah mengarahkan guru-guru dalam melaksanakan tugasnya. 3. Ernawati, (2010). Mahasiswi Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiayah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Kasim Riau. Skipsinya meneliti tentang Peran Kepada Sekolah dalam Pengembangan Kegitan Ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir dengan hasil persentasi 68,65% sesuai dengan persentase yang telah ditetapkan bahwa kategori antara 56%-75% tergolong cukup baik. Hal ini di pengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat, faktor pendukung antara lain: Latar belakang pendidikan, profesionalitas, kelompok kerja dan adanya momentum. Sedangkan faktor

32 penghambat seperti: sarana dan prasarana, biaya yang minim dan kesadaran. Meskipun penelitian yang dilakukukan oleh Marlinda, Lilis Marliah dan Ernawati ada kesaman dengan penelitian yang sedang penulis lakukan, tetapi penelitian ini berbeda dengan penelitian di atas. Walaupun Marlinda juga meneliti efektivitas layanan penempatan dan penyaluran, tetapi Marlinda meneliti bagaimana efektivitas layanan tersebut dalam bidang bimbingan belajar. Sedangkan penulis meneliti efektivitas layanan penempatan dan penyaluran pada program ektrakurikuler. Lilis Marliaah dan Ernawati meneliti tentang komitmen guru dan peran kepala sekolah dalam ekstrakurikuler. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penelitian yang peneliti lakukan belum pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya. C. Konsep Operasional Konsep operasional ini merupakan konsep yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap konsep teoritis. Konsep kajian ini berkenaan dengan efektivitas layanan penempatan dan penyaluran pada program ekstrakurikuler dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut: 1. Efektivitas Layanan Penempatan dan Penyaluran pada Program Ekstrakurikuler. Maksudnya adalah layanan penempatan dan penyaluran dapat menempatkan siswa pada ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi yang

33 dimilikinya dan potensi tersebut dapat berkembang. Jika layanan tersebut efektif, maka menunjukkan indikator sebagai berikut: a. Guru pembimbing melakukkan tes bakat dan minat pada siswa b. Guru pembimbing melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran pada program ekstrakurikuler. c. Layanan penempatan dan penyaluran dapat menempatkan siswa pada kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. d. Layanan penempatan dan penyaluran pada program ekstrakurikuler dapat mencegah kesalahan siswa dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler. e. Layanan penempatan dan penyaluran pada program ekstrakurikuler dapat meminimalisir siswa yang tidak dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. f. Layanan penempatan dan penyaluran dapat menjadi wadah sosialisasi kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan potensi yang dimiliki oleh siswa. 2. Faktor yang mempengaruhi efektivitas layanan penempatan dan penyaluran pada program ekstrakurikuler. Indikator faktor yang mempengaruhi efektivitas layanan penempatan dan penyaluran pada program ekstrakurikuler sebagai berikut:

34 a. Faktor internal 1) Latar belakang pendidikan guru pembimbing 2) Pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran pada program ekstrakurikuler 3) Partisipasi guru pembimbing dalam ekstrakurikuler b. Faktor eksternal 1) Sarana dan prasarana 2) Dukungan personil sekolah 3) Siswa itu sendiri