BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012, Angka kematian ibu adalah 395 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian wanita yang disebabkan oleh karena kehamilan

ALI SADIKIN NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

HUBUNGAN PERSALINAN KALA I MEMANJANG DENGAN KESEJAHTERAAN JANIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia yaitu Worid Health Organization (WHO) telah membuat program-program untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir dan kelahiran ( 38 minggu dari pembuahan ). Istilah medis untuk. wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan, setiap ibu hamil harus mendapatkan pelayanan antenatal care

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. proses fisiologis dan berksinambungan. Kehamilan dimulai dari konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

BAB I PENDAHULUAN. waktu dan tempat, salah satunya adalah kematian janin sewaktu masih

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1. yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang sangat besar bagi setiap wanita (Rusli, 2011). Kehamilan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. besi sering terjadi pada masa kehamilan (Cunningham, 2006; h.1465).

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan Rencana. Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN-N) tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses perubahan fisiologis pada daur kehidupan wanita yang lazim terjadi pada setiap wanita. Sebagian wanita, terutama yang memiliki kondisi kesehatan yang kronik atau komplikasi lainnya, kehamilan menjadi sesuatu yang berisiko tinggi atau berbahaya (Suririnah, 2008). Salah satu komplikasi kehamilan yang berbahaya bagi ibu dan janin adalah kehamilan serotinus. Serotinus adalah kehamilan dengan usia kehamilan telah lebih dari 42 minggu lengkap mulai dari hari menstruasi pertama (Manuaba, 2007). Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan serotinus, prolonged pregnancy, atau post-term pregnancy (Manuaba, 2009). Serotinus adalah istilah yang menggambarkan sindrom dismaturitas yang dapat terjadi pada kehamilan serotinus. Keadaan ini terjadi pada 30% kehamilan serotinus dan 3% kehamilan aterm (Sastrawinata, 2010). Frekuensi kehamilan serotinus sekitar 3-12% (Caughey, 2016). Di Indonesia angka kejadian kehamilan serotinus atau kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, apabila batas waktu 42 minggu antara 10,4 12 % dan apabila batas waktu 43 minggu antara 3,4 4 % (Depkes RI, 2010). Menurut Sulaiman (dalam Oktriani (2013)) menyatakan bahwa salah satu penyebab kehamilan serotinus adalah primigravida muda dan primigravida tua atau pada grandemultiparitas dimana kematian perinatalnya 2-3 kali lebih besar dari bayi yang cukup bulan. Penyebab kehamilan serotinus belum diketahui secara pasti. Namun secara teoritis hal ini dihubungkan dengan perubahan pengaturan hormonal saat awitan persalinan. (Reeder, Martin, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi serotinus terdiri dari faktor potensial (adanya defisiensi hormon adrenokortitoprik pada fetus atau defisiensi enzim 1

2 sulfatase plasenta, kelainan sistem saraf pusat pada janin sangat berperan) dan semua faktor yang mengganggu persalinan baik faktor ibu, plasenta maupun anak (Sastrawinata, 2010). Pada kehamilan serotinus yang sebenarnya, janin terancam bahaya, dimana derajad resiko tersebut berkorelasi positif dengan durasi keterlambatan. Setelah 42 minggu, insiden kesakitan janin dan neonatus adalah 25%, angka kematian perinatal dua kali lebih besar pada usia kehamilan antara 42-43 minggu dan kemudian meningkat empat kali lipat sampai enam kali lipat pada usia kehamilan 44 minggu atau lebih. (Asrat dalam Reeder, Martin, 2012). Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012 mengenai Angka Kematian Neonatus (AKN) menunjukkan 19 kematian/ per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014), sedangkan hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatus terjadi pada umur 0-6 hari (Kemenkes RI, 2015). Kehamilan serotinus dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti kematian janin dalam rahim, yang disebabkan insufisiensi plasenta sebagai akibat menuanya plasenta. Komplikasi lainnya adalah asfiksia pada bayi yang merupakan penyebab utama kematian dan morbiditas neonatus (Sastrawinata, 2010). Selain itu serotinus dapat juga menyebabkan terjadinya bayi makrosomia dimana janin dapat terus tumbuh dan berkembang hingga mencapai 4.000-4.500 gram bila plasenta ibu masih baik. Bayi makrosomia yang dilahirkan melalui persalinan pervaginam akan menimbulkan trauma pada bayi dan maternal yang makin tinggi, seperti asfiksia, trauma langsung persalinan pada jalan lahir, infeksi karena terbukanya jalan lahir secara luas sehingga memudahkan terjadi kontaminasi bakterial, serta perdarahan yang diakibatkan trauma langsung jalan lahir, atonia uteri, dan retensio plasenta sehingga dapat menyebabkan kematian ibu karena faktor perdarahan dan infeksi.

3 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) Tahun 2012 angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 359.000 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu disebabkan beberapa faktor antara lain 30,3% pendarahan, 27,1% hipertensi, 7,3% infeksi, 1,8% partus lama, 1,6% abortus dan 40,8% faktor lain-lain (Kemenkes RI, 2014). Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2012 sebesar 116,34 per 100.000 kelahiran hidup, hal ini berarti terjadi peningkatan permasalahan kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2014). AKI Kabupaten Pemalang pada tahun 2015 sebesar 130 orang per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, 2015). Jumlah ibu hamil di Kabupaten Pemalang tahun 2015 sebanyak 27.971 orang dan jumlah komplikasi kebidanan sebanyak 6.214 kasus, meningkat dibanding tahun 2014 sebanyak 5.811 kasus. Jumlah kehamilan serotinus di Kabupaten Pemalang tahun 2013 sebanyak 194 kasus, tahun 2014 sebanyak 124 kasus dan tahun 2015 sebanyak 255 kasus. Jumlah kehamilan serotinus di Puskesmas Kebandaran pada tahun 2013 sebanyak 8 kasus, tahun 2014 sebanyak 25 kasus, tahun 2015 sebanyak 64 kasus dan tahun 2016 sebanyak 65 kasus. Data tersebut menunjukkan bahwa kejadian kehamilan serotinus di Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara terhadap 10 orang ibu hamil, diketahui 60% termasuk dalam usia reproduksi sehat, 50% primigravida dan 60% mempunyai pengetahuan kurang tentang antenatal care. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Umur, Status Paritas dan Pengetahuan Ibu hamil Tentang Antenatal Care dengan Kejadian Kehamilan Serotinus di Wilayah Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang.

4 B. Rumusan Masalah Peneliti merumuskan masalah penelitian ini yaitu Apakah ada hubungan umur, status paritas dan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care dengan kejadian kehamilan serotinus di wilayah Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur, status paritas dan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care dengan kejadian kehamilan serotinus di wilayah Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Mendeskripsikan umur ibu hamil di wilayah Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang b. Mendeskripsikan status paritas ibu hamil di wilayah Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang c. Mendeskripsikan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di wilayah Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang d. Mendeskripsikan kejadian kehamilan serotinus di wilayah Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang e. Menganalisis hubungan umur dengan kejadian kehamilan serotinus di wilayah Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang

5 f. Menganalisis hubungan status paritas dengan kejadian kehamilan serotinus di wilayah Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang g. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care dengan kejadian kehamilan serotinus di wilayah Puskesmas Kebandaran Kabupaten Pemalang. D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan civitas akademika bidang keperawatan Maternitas tentang kejadian kehamilan serotinus. 2. Bagi Peneliti Peneliti dapat menambah pengetahuan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan kejadian kehamilan serotinus dan dapat memberikan pendidikan kesehatan sehingga meminimalkan angka kejadian serotinus. 3. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan program pelayanan kesehatan pada ibu hamil terutama pelayanan antenatal care. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup Keperawatan Maternitas.

6 F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul & Peneliti Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Partus Serotinus di Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat, Suleman, 2013 Jenis Penelitian Penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional Pengambilan Sampel Simple random sampling Analisis Data Chi square Hasil Penelitian Karakteristik ibu hamil yang terdiri dari usia, paritas dan pekerjaan tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadian serotinus Hubungan Kehamilan Lewat Waktu dan Bayi Prematur dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum, Brillianningtyas, 2014 Penelitian analitik dengan pendekatan retrospektif Total sampling Chi square Ada hubungan yang signifikan kehamilan lewat waktu dan bayi premature dengan kejadian asfiksia neonatorum Pengaruh Umur Kehamilan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Asfiksia Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Hartatik, 2013 Observasional analitik dengan pendekatan case control Consecutive sampling Chi square Ada pengaruh umur kehamilan saat bayi lahir dengan kejadian asfiksia. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mempunyai perbedaan dengan penelitian Suleman (2013) adalah variabel penelitian. Peneliti akan meneliti variabel bebas yaitu umur, status paritas dan pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care dan variabel terikat adalah kejadian serotinus, sedangkan

7 Suleman (2013) meneliti variabel bebas yaitu umur, paritas, pekerjaan, dan variabel terikat adalah kejadian kehamilan serotinus. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mempunyai perbedaan dengan penelitian Brillianningtyas (2014) adalah variabel penelitian. Peneliti akan meneliti variabel bebas yaitu umur, status paritas dan pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care dan variabel terikat adalah kejadian serotinus sedangkan Brillianningtyas (2014) meneliti variabel bebas yaitu kehamilan lewat waktu, bayi premature dan variabel terikat adalah kejadian asfiksia neonatorum. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mempunyai perbedaan dengan penelitian Hartatik (2013) adalah variabel penelitian. Peneliti akan meneliti variabel bebas yaitu umur, status paritas dan pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care dan variabel terikat adalah kejadian serotinus sedangkan Hartatik (2013) meneliti variabel bebas yaitu umur dan variabel terikat adalah kejadian asfiksia neonatorum. Peneliti akan menggunakan desain survai analitik dengan pendekatan retrospektif, sedangkan Hartatik (2013) menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan case control.