BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

3. Jenis kelamin 4. Obesitas. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi : Data Penyakit Kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum usia 60 tahun tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara global, PTM merupakan penyebab kematian nomor satu setiap tahun adalah penyakit cardiovascular desease (CVD). CVD merupakan penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner (PJK), penyakit gagal jantung, hipertensi dan stroke (Kemenkes, 2014). PJK merupakan penyakit yang disebabkan oleh lapisan lemak atau kolesterol di dinding nadi yang menyumbat pembuluh darah koroner. Akibat dari penyumbatan oleh lapisan lemak dan kolesterol ini adalah terganggunya proses suplai darah dari dan ke jantung (Haryono, 2013). Menurut World Health Organization (WHO, 2014) terdapat 56 juta kematian terjadi di seluruh dunia, dari jumlah tersebut pada tahun 2012 terdapat sekitar 38 juta orang meninggal karena non communicable desease (NCD) dan diperkirakan akan meningkat menjadi 52 juta orang meninggal pada tahun 2030 dari seluruh kematian NCD di dunia. Penyebab utama kematian NCD pada tahun 2012 adalah CVD. CVD merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia yaitu sekitar (17,5 juta 1

kematian, atau proporsi 46,2% dari kematian NCD), kanker (8,2 juta, atau 21,7% dari kematian NCD), penyakit pernapasan, termasuk asma dan obstruktif kronis penyakit paru (4,0 juta, atau 10,7% dari kematian NCD) dan diabetes (1,5 juta, atau 4% dari kematian NCD). Menurut (Kemenkes, 2014) lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun. Kematian sebelum usia 60 tahun tersebut disebabkan oleh penyakit jantung berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah. Menurut (Lim dkk., 2012) faktor risiko penyakit jantung meliputi tekanan darah dengan proporsi 53%, total kolesterol 29%, obesitas 23%, konsumsi alkohol 33%, merokok 31%, rendah konsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian 40%, aktivitas fisik yang kurang 31%, rendah konsumsi buah 30%, tinggi konsumsi sodium 17%, dan rendah konsumsi sayur 12%. Menurut (Mathers CD, Loncar D, 2006) jumlah kematian CVD secara global pada tahun 2002 sebesar 16,7 juta dan diperkirakan mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Oleh karena itu sebagian besar CVD dapat dihindari dengan mengatasi faktor-faktor risiko yang terkait seperti aktivitas fisik, penggunaan tembakau, diabetes mellitus (DM), diet yang tidak sehat, obesitas, kolesterol dan tekanan darah tinggi. CVD ini juga merupakan penyebab utama kematian di Amerika Serikat setiap tahun yaitu penyakit jantung, kanker dan stroke (Hoyert DL, 2012). Penurunan prevalensi faktor risiko utama seperti penggunaan tembakau atau merokok telah menyebabkan sekitar 60% penurunan angka kematian CVD di antara mereka yang berusia 25-74 tahun. Namun, dengan kesenjangan sosial yang cukup besar maka

kematian akibat CVD masih terus terjadi, seperti di Amerika Serikat, setiap orang yang memiliki sosial ekonomi rendah dan tinggi serta mereka yang berkulit hitam terus mengalami morbiditas dan risiko kematian CVD yang lebih tinggi (Hoyert DL, 2010, National Center for Health Statistics, 2013). Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah ini terus meningkat dan akan memberikan beban kesakitan, kecacatan dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita, masyarakat, dan negara. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner menurut diagnosis dokter atau wawancara di Indonesia sebesar 0,5%, sementara menurut riwayat diagnosis atau gejala ditemukan sebesar 1,5%. Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter atau wawancara tertinggi Sulawesi Tengah sebesar 0,8%, kemudian di ikuti oleh Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh, masingmasing 0,7%, sedangkan prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Indonesia yaitu Nusa Tenggara Timur sebesar 4,4%, diikuti Sulawesi Tengah 3,8%, Sulawesi Selatan 2,9%, dan Sulawesi Barat 2,6%. Hasil (Riskesdas, 2013) juga menunjukkan bahwa proporsi penderita PJK di Indonesia berdasarkan diagnosis/gejala menurut kelompok umur yaitu umur 15-24 tahun sebesar 0,7%, umur 25-34 tahun 0,9%, umur 35-44 tahun 1,3%, umur 45-54 tahun 2,1%, umur 55-64 tahun 2,8%, umur 65-74 tahun 3,6%, dan umur 75 tahun sebanyak 3,2%. Berdasarkan jenis kelamin menurut diagnosis/gejala tertinggi pada perempuan sebesar 1,6% dibanding laki-laki sebesar 1,3%. Di Sumatera Utara, juga

menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner yang terdiagnosis dokter adalah 0,5%, sedangkan yang terdiagnosis atau gejala adalah 1,1%. Peningkatan PTM ini disebabkan karena salah satunya adalah gaya hidup yang tidak sehat. Perilaku yang tidak sehat tersebut adalah perilaku merokok, pola makan yang tidak seimbang, rendahnya asupan buah dan sayur, kebiasaan minuman alkohol dan rendahnya aktivitas fisik. Menurut (Rilantono dkk, 2014) bahwa berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai faktor risiko meliputi faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, kadar kolesterol, DM, merokok, obesitas, pola makan, kurang aktivitas fisik dan depresi, sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Salah satu faktor risiko yang dapat menimbulkan PJK adalah kebiasaan merokok. Risiko PJK pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner (Kemenkes, 2009). Menurut penelitian (Silverman dkk., 2014) menunjukkan bahwa merokok berpengaruh secara signifikan terhadap PJK (p value = <0,001). Menurut penelitian (Khalili dkk., 2014) juga menunjukkan bahwa merokok berpengaruh secara signifikan terhadap PJK (p value = 0,012) dan perokok aktif mempunyai risiko 10,4 kali lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR= 10,4, 95% confidence interval (CI) 8,9-12,2).

Aktivitas fisik juga merupakan salah satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap CVD. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan efisien kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri dada, melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral atau jalan baru bila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya penggumpalan darah, meningkatnya kemampuan tubuh termasuk meningkatkan kemampuan seksual dan meningkatnya kesegaran jasmani. Setelah latihan 4-6 minggu, kemampuan fisik meningkat sebesar 30-33% dan hasil yang optimal akan dicapai setelah latihan fisik 6 bulan (Kemenkes, 2009). Hasil penelitian (Lian CW, dkk., 2015), menunjukkan bahwa dari 223 orang responden terdapat 135 (60,5%) yang beraktivitas tinggi, 55 (24,7%) yang beraktivitas rendah dan 33 (14,8%) yang tidak memiliki aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang rendah berisiko terjadinya CVD dan memiliki pengaruh terhadap faktor risiko seperti tekanan darah sistolik (p = 0,023;OR = 1,020) dan kadar kolesterol (p=0,043; OR = 0,884). Kegiatan fisik atau olahraga yang dilakukan secara teratur (3-4 kali/minggu selama 30 menit) sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan orang dewasa untuk mencegah terjadinya penyakit kronis seperti serangan jantung, stroke dan hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko CVD (Riskesdas, 2013). Hipertensi dapat meningkatkan risiko CVD sebesar 2-3 kali lebih besar daripada kelompok kontrol (tidak menderita hipertensi), sehingga hal ini merupakan faktor risiko yang paling umum untuk CVD (Kannel WB, 1996). Sebuah studi yang

dilakukan oleh (Danaei G, dkk., 2009) melaporkan bahwa faktor risiko terbesar untuk CVD yang mengakibatkan kematian di Amerika Serikat adalah tingginya tekanan darah yang mencapai 45% dari semua kematian CVD, diikuti oleh kelebihan berat badan atau obesitas, aktivitas fisik, tinggi kolesterol LDL, merokok dan diet garam tinggi. Sekitar 19% penyakit tekanan darah tinggi adalah penyebab utama kematian pada wanita dari semua kematian pada perempuan, sedangkan merokok menjadi penyebab utama kematian pada pria sebesar 21% dari semua kematian pada laki-laki. Menurut penelitian (Silverman dkk., 2014) menunjukkan bahwa hipertensi berpengaruh secara signifikan terhadap PJK (p value = <0,001). Menurut penelitian (Khalili dkk., 2014) juga menunjukkan bahwa hipertensi berpengaruh secara signifikan terhadap PJK (p value = <0,001) dan penderita hipertensi mempunyai risiko 8,8 kali lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR=8,8, 95% CI 7,6-10,1). Obesitas juga berhubungan dengan CVD dan telah di identifikasi sebagai ancaman kesehatan untuk masyarakat secara umum. Distribusi lemak tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penumpukkan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut 90 cm untuk laki-laki dan 80 cm untuk perempuan (Obesitas Sentral) akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Kemenkes, 2009). Kelebihan lemak dalam tubuh dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, peningkatan kadar kolesterol dan CVD. Seseorang yang memiliki

pola makan yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi seperti daging, mentega, dan keju akan meningkatkan kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) (Anies, 2015). Kadar Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) atau yang sering disebut sebagai kolesterol jahat merupakan faktor risiko PJK (Nurrahmani, 2012). Tingginya kadar kolesterol LDL menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri, menghambat aliran darah ke jantung yang bisa menyebabkan seseorang terkena PJK (Anies, 2015). Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu (Nurrahmani, 2012). Kadar trigliserida yang tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko PJK dan CVD lainnya. Peningkatan kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol (Astuti, 2015). Menurut penelitian (Khalili dkk., 2014) menunjukkan bahwa kolesterol LDL berpengaruh secara signifikan terhadap PJK (p value = <0,001) dan orang yang memiliki kolesterol tinggi mempunyai risiko 9,7 kali lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR=9,7, 95% CI 8,5-11,1). DM juga merupakan faktor risiko terhadap PJK. Bila kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu terjadinya aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan DM cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. DM yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida (Astuti, 2015). DM akan

meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke 2-4 serta dapat meningkatkan risiko kematian (Henry, 2014). Menurut (Lloyd D, dkk., 2010) bahwa DM tipe 2 dapat menyumbang sekitar 90% kasus diabetes dan merupakan major risk atau faktor risiko utama untuk CVD. Menurut (Seshasai SR dkk., 2011) pasien dengan DM tipe 2 meningkat secara signifikan terhadap risiko kejadian CVD, bahkan dapat mengakibatkan kesakitan dan risiko kematian dibandingkan dengan kelompok kontrol (pasien bukan DM). Menurut penelitian (Khalili dkk., 2014) juga menunjukkan bahwa DM berpengaruh secara signifikan terhadap PJK (p value = <0,001) dan penderita DM mempunyai risiko 9,6 kali lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR=9,6, 95% CI 8,4-10,9). Menurut (Fox CS dkk., 2007) bahwa CVD merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada penderita DM tipe 2 dan DM meningkat hampir 2 kali lipat antara kasus CVD (dari 8,1% menjadi 14,6%, dengan p value = 0,009). Hasil penelitian (Truthmann dkk., 2015) tentang faktor risiko yang dapat dimodifikasi, menunjukkan bahwa variabel merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, overwight, obesitas, dan kadar kolesterol adalah berpengaruh secara signifikan terhadap CVD dengan p value masing-masing (<0,001). Penelitian (Fransisko dkk., 2013), juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan terhadap faktor risiko CVD yang meliputi hipertensi (p = <0,001 dan OR=1,99 dengan 95% CI 1,81-2,21), kelebihan berat badan (p = <0,001 dan OR = 2,10 dengan CI 1,91-2,31), lingkar pinggang (p = <0,001 dan OR =

1,78 dengan CI 1,60-1,97), obesitas (p = <0,001 dan OR = 4,50 dengan CI 4,02-5,04) dan DM (p = <0,001 dan OR = 3,86 dengan CI 3,09-4,89). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Donald, 2008) menyatakan bahwa faktor risiko yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian PJK terdiri dari hipertensi (p<0,05 dan OR=2,25), aktivitas fisik (p<0,05 dan OR=2,25), merokok (p<0,05 dan OR=2,51), pola perilaku (p<0,05 dan OR=3,05), stres (p<0,05 dan OR=2,86). Dengan uji regresi logistik diketahui bahwa faktor yang paling dominan dengan kejadian PJK adalah pola perilaku (p=0,002;or=3,257). Hasil Penelitian (Elismen, 2015) juga menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan PJK adalah riwayat penyakit jantung keluarga (p=0,002;or=3,38), merokok (p=0,007;or=2,89), penyakit diabetes mellitus (p=0,012;or=2,68), Sedangkan hipertensi dan kegemukan tidak bermakna secara signifikan terhadap PJK (p<0,05). Dari uji regresi logistik diketahui bahwa faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian PJK adalah riwayat penyakit jantung keluarga (p=0,008;or=2,88). Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan oleh peneliti di RSUP atau Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan pada bulan Februari Tahun 2016, dari medical record menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit jantung koroner untuk semua kelompok umur pada tahun 2015 sebanyak 10,371 orang yang terdiri dari pasien rawat inap dan pasien rawat jalan dengan jumlah penderita pada kelompok usia 45 tahun sebanyak 435 orang (4,19%).

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh faktor risiko yang dapat diubah terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 Tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 1.2. Perumusan Masalah Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa hingga dewasa ini PJK masih merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia, karena masih banyak menimbulkan kesakitan dan kematian yang tinggi terutama pada kelompok usia 45 tahun. Hal ini dapat dilihat dari medical record RSUP H. Adam Malik Medan, menunjukkan bahwa jumlah penderita PJK untuk semua kelompok umur pada tahun 2015 sebanyak 10,371 orang yang terdiri dari pasien rawat inap dan pasien rawat jalan dengan jumlah penderita kelompok usia 45 tahun sebanyak 435 orang (4,19%). Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian apakah terdapat pengaruh faktor risiko yang dapat diubah terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor risiko yang dapat diubah terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016.

1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor risiko yang dapat diubah meliputi (merokok, aktivitas fisik/olahraga, pola makan, obesitas, kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, DM, hipertensi) dan kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 2. Untuk mengetahui pengaruh merokok terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 3. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik/olahraga terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 4. Untuk mengetahui pengaruh pola makan terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 5. Untuk mengetahui pengaruh obesitas terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 6. Untuk mengetahui pengaruh kolesterol total terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 7. Untuk mengetahui pengaruh kolesterol LDL terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 8. Untuk mengetahui pengaruh kolesterol HDL terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 9. Untuk mengetahui pengaruh trigliserida terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016.

10. Untuk mengetahui pengaruh diabetes mellitus terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 11. Untuk mengetahui pengaruh hipertensi terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 12. Untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada pengaruh merokok terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 2. Ada pengaruh aktivitas fisik/olahraga terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 3. Ada pengaruh pola makan terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 4. Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 5. Ada pengaruh kolesterol total terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 6. Ada pengaruh kolesterol LDL terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016.

7. Ada pengaruh kolesterol HDL terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 8. Ada pengaruh trigliserida terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 9. Ada pengaruh diabetes mellitus terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 10. Ada pengaruh hipertensi terhadap kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak rumah sakit mengenai pelayanan kesehatan terhadap pasien PJK kelompok usia 45 tahun, serta sebagai salah satu masukan dalam pengambilan kebijakan rumah sakit terutama dalam program promosi kesehatan terkait dengan upaya preventif dari faktor risiko yang dapat di ubah terhadap kejadian PJK sehingga dapat menurunkan angka terjadinya PJK pada kelompok usia 45 tahun. 2. Bagi Pasien PJK Sebagai bahan informasi kepada penderita PJK tentang faktor risiko yang dapat diubah terhadap PJK pada kelompok usia 45 tahun sehingga dapat mengetahui upaya pencegahan faktor risiko PJK seperti memperhatikan pola makan,

menghindari kebiasaan merokok, melakukan olahraga secara rutin, dan menghindari mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi.