BAB II TINJAUAN COWORKING SPACE

dokumen-dokumen yang mirip
COWORKING SPACE DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

SEMINAR TUGAS AKHIR 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bebas tanpa hambatan tarif maupun non-tarif. Dari total. penduduk Indonesia. Indonesia dengan SDM dan SDA nya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman mengubah gaya hidup masyarakat. Mereka cenderung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 - Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN INTERIOR QUEEN GARPHIC HOUSE PADANG PANJANG SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu hal. Maka dari itu pada perancangan ini menerapkan konsep pelangi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendahuluan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah masyarakat manusia umumnya, membaca merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. makanannya, dan kawasan perbelanjaannya. Kota Bandung berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1.1: Lokasi Kineruku Café Sumber: kineruku.com

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN

1.4 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. beragam konteks. Cultural Studies, istilah ini diciptakan oleh Richard

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia semakin. berkembang dan semakin majunya juga perkembangan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. modern dewasa ini. Selain sebagai unsur pendukung dalam kehidupan,

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Fasilitas Industri Kreatif Media Cetak di Surabaya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Konsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic

BAB I PENDAHULUAN. memiliki teknologi yang bagus. Jenis mainan di bedakan menjadi 2 yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kopi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan memiliki peranan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalannya suatu perusahaan. Karena setiap perusahaan didirikan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi idaman setiap orang tua manapun. Pentingnya stimulasi sejak usia dini dalam

REDESAIN INTERIOR KANTOR PT DIGINET MEDIA YOGYAKARTA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESKRIPSI KARYA INTERIOR WIJAYA RESIDENCE Warm Interior Space BY: NYOMAN DEWI PEBRYANI S.T.,M.A

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Umum Yogyakarta: Studi Perpustakaan di Masa Depan. dengan Penekanan pada Fleksibilitas Ruang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERANAN GAYA DESAIN INTERIOR DALAM MEMBENTUK CITRA PERUSAHAAN. Nur Endah Nuffida

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB V KESIMPULAN. Karakter media sosial sebagai teknologi informasi dan perilaku masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Librarians, space, and the atmosphere

COWORKING SPACE DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PSIKOLOGI LINGKUNGAN UNTUK MENCIPTAKAN SUASANA BAHAGIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. pemotongan/pemungutan mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di area perkotaan, sebagai tanggapan terhadap gaya hidup modern dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

Sudirman Green Office

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian Jejaring Informasi Garage Sale di Kalangan Kaum

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung kini sudah menjadi salah satu wisata kota populer di Indonesia. Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan

Tugas Akhir. PERANCANGAN INTERIOR DAN FURNITURE JAKARTA PET CENTER Jln. Pluit Putri Raya No.1 A-C JAKARTA UTARA

Perancangan Interior The Space Sanur Sebagai Co-Working Space Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN. 1 U n i v e r s i t a s K r i s t e n M a r a n a t h a

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional)

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan permainan berbasis online atau sering di sebut dengan Game Net. Game

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN. Gambar 96. Analisa Bentuk Bangunan. Sumber: Olahan Pribadi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN COWORKING SPACE 2.1 Tinjauan dan standar Coworking Space 2.1.1 Pengertian Coworking Space Coworking Space merupakan bentuk baru tipologi perkantoran yatu rental office yang mengadaptasi perkembangan cara bekerja yang berubah menjadi semakin fleksibel. Hal ini didasarkan pada pola hubungan antar pekerja yang terus mengalami evolusi dari masa ke masa. Awalnya orang-orang bekerja dengan tatanan hirarki yang rapi sehingga segala aktifitas harus terkontrol dan berurutan dari atas ke bawah dan sebaliknya. Berbeda dengan saat ini, pola hirarki mulai bergeser menjadi pola kerja tim yang memberikan ruang bagi semua pekerja dalam satu tim untuk bisa andil dalam pengerjaan proyek dengan leader yang memiliki peran untuk mengayomi sekaligus menjadi pengambil keputusan akhir. Pola-pola kerja tersebut akan terus berkembang di mana pekerja tidak lagi harus bernaung di dalam suatu perusahaan atau tim yang sama secara terusmenerus melainkan berdiri atas nama pribadi dan tidak terikan dalam suatu instansi (freelancer). Freelancer bertukar ide secara personal sehingga membutuhkan pekerjapekerja lain sebagai dalam hubungan timbal balik sehingga melahirkan network untuk mengembangkan usaha-usahanya. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, kegiatan bekerja tidak lagi mengharuskan pertemuan secara fisik namun dapat dilakukan dari jarak jauh. Perkembangan pola kerja dari masa ke masa diilustrasikan melalui Gambar 2.1. Gambar 2.1 Perkembangan Pola Hubungan Antar Pekerja Sumber : Dugyu, Ergin. 2013. How to Create a Co-Working Space Handbook. Italy : (pg. 8) 10

Coworking Space didasarkan pada nilai-nilai penting yaitu partisipasi, berbagi dan keterbukaan pikiran. Dalam praktiknya, pekerja yang memutuskan bekerja sebagai freelancer tetap membutuhkan tempat bekerja. Sebagai alternatif baru selain mengandalkan rumah atau café yang kurang kondusif sebagai tempat bekerja, Coworking Space menawarkan nilai tambah berupa network bagi sesama freelancer. Coworking Space pada dasarnya adalah penyewaan meja kerja di ruang terbuka untuk waktu yang fleksibel. Sebagai bentuk baru dadri rental office, ruang tersebut bersifat berbagi pakai dengan orang lain untuk menekan biaya sewa. Pengguna datang dari latar belakang yang berbeda beda seperti pengusaha, asosiasi, seniman, mahasiswa, peneliti sebagai "rekan kerja". Perbedaan latar belakang menimbulkan interaksi yang bersifat dinamis karena setiap orang memiliki kelebihan masingmasing dalam pembahasan proyek pekerjaan sehingga hasilnya dapat lebih maksimal. 2.1.2 Jenis Coworking Space Seorang praktisi pekerja nomaden, Eli David yang bekerja dengan menggunakan Coworking Space sebagai alternatif tempat untuk bekerja dalam jangka waktu pendek menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis Coworking Space yang dibedakan berdasarkan kebutuhan serta jenis pekerjaan pengguna, antara lain: a. Total office merupakan tipe Coworking Space yang diperuntukkan bagi pekerja yang menetap sementara di sebuah tempat baru. Pada umumnya, bidang yang menggunakan Coworking Space tipikal ini adalah pengacara, akuntan, dan pekerja Public Relations yang membutuhkan tempat yang nyaman, sekaligus memberikan impresi yang baik bagi klien. Jam kerja seperti kantor pada umumnya yaitu pukul 9.00 sampai 17.00. Total Office tidak bersifat fun oriented namun menyerupai rupa kantor secara umum dengan furniture formal. Tipikal ini menarik personal yang ingin bekerja di dalam suasana kantor namun menghindari kerumitan administrasi walaupun dengan rentang harga sewa yang di atas rata-rata. b. Coworking Places merupakan tipe yang biasanya diperuntukkan untuk freelancer atau pekerja lepas yang bersifat dinamis. Pengguna Coworking Place akan menggunakan meja, bertemu orang-orang, berkumpul di dalam suatu atmosfir baik yang biasanya didominasi oleh pekerja usia muda. Jam buka melebihi jam kantor pada umumnya bahkan 24 jam dan cocok untuk digunakan untuk bertemu antar pekerja lepas ataupun komunitas untuk 11

mengadakan kegiatan. Tipikal ini disewakan dengan harga yang lebih murah dibanding Rental Office. c. Startup-oriented incubators lebih diarahkan bagi pekerja dengan bisnis online serta startup yang membutuhkan lingkungan yang akan menghubungkan mereka ke startup lain sehingga menciptkan networking. Pada umumnya pemilik Coworking Space tipe ini hanya mengkhususkan bagi penggunayang sifatnya startup. Keuntungan tipe ini adalah banyaknya pekerja muda dengan ide-ide baru yang bisa berkembang menjadi besar dan didedikasikan untuk mengubah dunia dan dengan energi tak terbatas. Startup-oriented incubators bahkan mungkin menawarkan dukungan, pendanaan, dan pelatihan. Selain jenis yang dijabarkan di atas, jurnal online, deskmag.com yang bertajuk The Growth of Hybrid Coworking Space (Dermot, 2013), menjelaskan tentang tipe Hybrid Coworking atau bisa disebut sebagai tipe gabungan. Dermot memunculkan gagasan bahwa dengan adanya berbagai jenis pekerjaan di dalam ruang kerja yang sama akan memberikan pekerja di dalam Coworking Space kemampuan untuk memilih elemen kerja terbaik yang sesuai dengan mereka dan memberi pilihan untuk menambah atau mengurangi ukuran tim yang diperlukan. Coworking baik sebagai konsep yang telah berkembang banyak selama sepuluh tahun terakhir, dari yang relatif kurang diminati menjadi cara yang semakin diterima oleh umum. Perbedaan kebutuhan spesifik di dalam Coworking Space akan menghasilkan ruang yang bersifat hybrid. Tidak ada pola khusus untuk merancang sebuah Coworking Space yang efektif, melainkan harus menyesuaikan kebutuhan pekerja yang terus berkembang dan mencerminkan unsur tersebut ke dalam desain ruang. 2.1.3 Aktivitas dan Persyaratan Fasilitas Minimal Coworking Space Kegiatan yang dilakukan di dalam berbagai tipe Coworking Space kurang lebih sama dengan kegiatan perkantoran di rental office namun dengan perbedaan pola kerja yang lebih fleksibel dan dinamis serta ruang ruang yang digunakan dengan sistem berbagi pakai untuk menekan pembiayaan. (Dugyu, 2014) merespon 12

perkembangan pola kerja dengan membuat klasifikasi aktivitas di dalam Coworking Space yang dijelaskan melaui Tabel 2.1. User Solo Collective Group Congenial Socializing Activity Writing, drawing, telephoning, selling, dealing, thinking, reading, filling, computing, researching Selling, dealing, researching, filing Teaching, counselling, monitoring, interviewing, meeting, teaw working, brainstorming, informing, briefing, conferencing Mailing, circulating, paper processing, getting supplies, filling, personal care, coffeemaking, brown-bagging, working launches Eating, entertaining, chatting, smoking, exercising Tabel 2.1 Klasifikasi Aktivitas Berdasar Jumlah Pengguna Sumber : Dugyu, Ergin. 2013. How to Create a Co-Working Space Handbook. Italy : (pg. 16) Selanjutnya, perkiraan jumlah ideal manusia dapat diketahui melaui aktifitas yang dilakukan di dalam Coworking Space. Menurut survey (Foertsch, 2012), 51% pekerja lebih memilih untuk bekerja di ruang yang jumlahnya kurang dari 20 orang. Jumlah bertambah seiring dengan besaran rang. Meskipun begitu, seringkali meja tidak terisi penuh setiap saat yang akhirnya memberikan ruang lebih. Jumlah yang didapat (Dugyu, 2014) di bawah ini merupakan jumlah efektif manusia dalam melakukan aktifitas yang dilakukan secara bersamaan sehingga dapat menghasilkan produktifitas yang maksimal. Gambar 2.2 Jumlah Pengguna Berdasarkan Aktivitas. Sumber : Ibid. pg. 18 13

Aktivitas mentoring dan counseling paling efektif hanya dilakukan oleh dua sampai tiga orang sedangkan aktivitas interviewing dan monitoring dilakukan mulai dari dua sampai dua belas orang. Jumlah pengguna ruang akan semakin bertambah ketika melakukan aktivitas teamworking dan meeting yang bisa mencapai 24 orang. Berbeda dengan brainstorming yang juga maksimal dilakukan oleh 24, namun biasanya terdiri dari dua belas orang sebagai grup terkecil. Conferencing adalah kegiatan dengan jumlah penguna paling banyak yaitu kurang lebih mencapai 48 orang sehingga membutuhkan ruang yang cukup luas. 2.2 Studi Komparasi 2.2.1 Eduplex, Bandung 2.2.1.1 Fungsi Eduplex yang terletak di Jl. Ir. H. Djuanda, Bandung adalah sebuah Coworking Space yang berdiri sejak tahun 2016 dibawah pengelolaan Eduglobal. Tidak hanya sebagai tempat bekerja, Eduplex yang mengusung konsep A Café, Study Coworking Space in Bandung ini juga difungsikan sebagai tempat kursus dan juga kafe. 2.2.1.2 Ruang Coworking Space ini menyediakan berbagai jenis ruang kerja dan fasilitas jasa kreatif. Ruang-ruang yang disediakan antara lain sebagai berikut: 1. Kafetaria 2. Pantry 3. Resepsionis 4. Coworking Area sekaligus ruang untuk event komunitas 5. Startup/Tenant 6. Kelas Kursus 7. Ruang Manajemen 8. Kantor Pengelola Kursus 9. Toilet 14

2.2.1.3 Pelingkup Eduplex menggunakan bangunan lama bergaya arsitektur kolonial yang didekorasi ulang dan ditambahkan bangunan baru pada area belakang untuk memenuhi kebutuhan. Gambar 2.7 Fasad Eduplex, Bandung Sumber : kumparan.com 2.2.2 Co&Co Cipaganti, Bandung 2.2.2.1 Fungsi Merupakan rantai coworking yang terdapat di Bandung. Mewadahi tidak hanya kelas pekerja namun juga mahasiswa. Bekerja sama dengan bank milik pemerintah sehingga sistem pebayaran dan akses internet menggunakan kartu khusus. 2.2.2.2 Ruang Co&Co menyediakan berbagai jenis ruang kerja dan fasilitas yang bebas digunakan pengguna. Ruang-ruang yang disediakan antara lain sebagai berikut: 1. Resepsionis 2. Coworking Area sekaligus ruang untuk event komunitas 3. Startup/Tenant 4. Idea Room 5. Meeting Room 6. Print Station 7. Pantry 8. Taman sebagai tempat event 15

9. ATM banking spot 10. Dapur 11. Mushola 12. Ruang Manajemen 13. Toilet Gambar 2.8 Coworking Area di Co&Co Cipaganti Sumber : dok. pribadi 2.2.2.3 Pelingkup Co&Co terletak di daerah pusat di Kota Bandung. Tampilan fasad berupa bangunan colonial yang sesuai dengan bangunan di sekitarnya yang merupakan rumah-rumah bergaya colonial. Interior diolah menyesuaikan gaya saat ini dengan pola-pola geometris yang cocok dengan kalangan muda. Gambar 2.11 Fasad Co&Co Cipaganti Sumber : google earth 16