BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepada anak didik sampai tercapai kedewasaan rohani dan jasmani/lahir dan batin

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari baik secara langsung dan tidak langsung. Dalam Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. simbolik dan sulit untuk dipelajari. Pandangan tersebut muncul dikarenakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu Negara dikelilingi bangsa yang mempunyai kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM), karena dengan pendidikan dapat melahirkan generasi-generasi

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berasal dari Bahasa Yunani, yaitu paedagogik. Pais artinya anak,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Terlihat juga dalam AL-Qur an surat Al-Anfaal ayat 22.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

OLEH : NUR IDHA MEGASARI NPM :

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik yang akan mendatang. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhlak maupun pendidikan ilmu umum. Pendidikan telah mengubah manusia

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. kemajuan suatu bangsa. Hal ini menjadi tujuan utama dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem. pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah tentang aturan masyarakat ekonomi ASEAN. Maka perlulah

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok untuk mencapai tujuan kearah yang lebih maju. 3 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, tangguh, dan siap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya teknik informatika akan mempermudah aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dipasaran, tetapi bukan berarti masalah ini telah usai karena masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 1

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan dan perkembangan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas kegiatan belajar tersebut bergantung pada tingkat kerumitanan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas sebagai manusia yang hidup di tengah manusia yang lain dan. untuk menjadikan hidupnya lebih bermartabat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapakan pendidikan karena manusia mempunyai kelebihan dan titik

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia utuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 1 Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anakanak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya. 2 Tujuan pendidikan Indonesia ialah untuk membentuk manusia seutuhnya, dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu secara harmonis, berimbang, dan terintegrasi. 3 Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan 1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hal. 1 2 Ibid, hal. 4 3 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 37 1

2 bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 4 Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan merupakan masalah yang inti dalam pendidikan, dan merupakan sari pati dari seluruh faktor yang sangat menentukan jalannya pendidikan sehingga perlu dirumuskan sebaik-baiknya sebelum semua kegiatan pendidikan dilaksanakan. 5 Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 6 Untuk meningkatkan mutu pendidikan maka diperlukan proses belajar dan pembelajaran. Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keterkaitan belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dengan sebuah sistem, proses belajar dan pembelajaran memerlukan masukan dasar yang merupakan bahan pengalaman belajar dalam proses belajar mengajar dengan harapan berubah menjadi keluaran dengan kompetensi tertentu. Selain itu, proses belajar dan pembelajaran dipengaruhi pula faktor lingkungan yang menjadi masukan lingkungan dan faktor instrumental yang merupakan faktor secara sengaja dirancang untuk menunjukkan proses belajar mengajar dan 4 Ibid, hal. 36 5 Ibid, hal. 37 6 Zaini, Landasan Kependidikan. (Tulungagung: Diktat Tidak Diterbitkan, 2009), hal. 77

3 keluaran yang ingin dihasilkan. 7 Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Belajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, artinya berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat sesuatu kepandaian. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses pertumbuhan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain. Sedangkan W.S. Winkel mengartikan belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuanpemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. 8 Sehingga dapat dipahami bahwa belajar adalah sebagai proses untuk merubah diri seseorang (siswa) agar memiliki pengetahuan, sikap dan tingkah laku melalui latihan baik latihan yang penuh dengan tantangan atau melalui berbagai pengalaman yang telah terjadi. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Dan belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme mengalami perubahan perilakunya ke arah perilaku yang lebih baik, sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dengan demikian, belajar 7 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), hal. 4 8 Sulistyorini, Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 5

4 adalah aktifitas yang berproses menuju pada suatu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu. 9 Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. 10 Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan modelmodel pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 11 Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Dalam proses ini sebagaian besar guru berperan aktif menjelaskan materi dan siswa yang mendengarkan, mencatat penjelasan dari guru serta menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang membangun, terlebih lagi bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian cangggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai 9 Ibid, hal.6 10 Syaiful Sagala, Konsep dan Maknapembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 4 11 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 1

5 yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri. 12 Guru harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, terutama perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Ada berbagai macam ilmu pengetahuan yang dipelajari, salah satu ilmu yang menberikan kontribusi terhadap kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah matematika. Selain itu matematika memberikan suatu cara berpikir yang penting sehingga kerangka penyusunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat terwujud. Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya, simbol-simbol diperlukan. Simbol-simbol itu penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Simbolisasi itu barulah berarti bila suatu simbol itu dilandasi suatu ide. Jadi kita harus memahami ide yang terkandung dalam simbol tersebut. Dengan perkataan lain, ide harus dipahami terlebih dahulu sebelum ide tersebut disimbolkan. Secara singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ideide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya 12 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 7

6 deduktif. Hal yang demikian ini tentu saja membawa akibat kepada bagaimana terjadinya proses belajar matematika itu. 13 Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada saat praktik pengalaman lapangan di MTsN Aryojeding, Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Hal tersebut dikarenakan dalam Matematika terdapat simbol-simbol dan rumus-rumus. Seperti dalam surat Al- Insyiroh ayat 5 yang berbunyi: 14 Artinya: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Qs. Al- Insyiraah: 5) Berdasarkan ayat tersebut bahwa segala sesuatu itu pasti ada kemudahan untuk meyelesaikannya. Seperti Matematika, untuk membuat Matematika itu tidak sulit maka guru harus mampu menggunakan suatu model pembelajaran agar siswa menjadi lebih mandiri dalam menemukan suatu konsep Matematika. Berdasarkan pembaharuan dan inovasi kurikulum yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), Kurikulum 2013 menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, 13 Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta: Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan, 1988), hal. 3 14 Zainuddin Hamidy & Fachruddin Hs, Tafsir Qur 'an, (Semarang: Fa.Wijaya Jakarta bekerjasama CV.Wicaksono Semarang, 2004), hal. 920

7 produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan peradaban dunia. 15 Lahirnya kurikulum 2013 ini diharapkan dapat membuat siswa lebih bergairah dan berkembang sepenuhnya selama pembelajaran berlangsung dan dapat menerapkan hasil pembelajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih aktif daripada guru. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya (KTSP) yang mana guru lebih aktif menjelaskan dan siswa hanya mendengarkan. Untuk mewujudkan kondisi tersebut banyak usaha yang perlu ditempuh, sehingga memungkinkan terjadinya peristiwa belajar yang optimal pada diri siswa. Salah satu usahanya adalah membuat siswa aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran utuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. 16 Untuk mencapai hasil tersebut maka perlu mencari model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses belajar mengajar, supaya hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Salah satu model pembelajaran yang cocok adalah discovery learning. Dalam discovery learning materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk 15 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013), (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013), hal. 16 16 B.Uno dan Nurdin, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta :Bumi Aksara, 2012), hal. 77

8 akhir. 17 Sehingga siswa dapat menemukan sendiri mengenai konsep suatu matematika. Peneliti menggunakan model pembelajaran discovery learning karena ada beberapa alasan yaitu siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan, materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Yanuar Sinatra bahwa dengan menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran hasil belajar Matematika siswa mengalami peningkatan. 18 Pada penelitian yang dilakukan oleh Atik Mayasri juga menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika siswa yang dikenai stategi discovery learning lebih baik daripada hasil belajar Matematika siswa yang dikenai strategi konvensional maupun strategi group investigation. 19 Materi pelajaran yang dijadikan materi pokok dalam penelitian ini adalah materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Pengambilan materi disebabkan berdasarkan observasi banyak siswa yang kurang memahami mengenai materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Hal tersebut dibuktikan pada saat peneliti melaksanakan praktik pengalaman lapangan pada bab fungsi terdapat materi yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Pada saat siswa diberikan soal SPLDV banyak siswa yang kurang memahami dan 17 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015, (Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2014), hal. 87 18 Yanuar Sinatra, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Discovey Learning dalam http://jurnal.stt.web.id/index.php/teknik/article/view/24, diakses 22 Maret 2017 19 Atik Mayasri, Hasil Belajar Matematika Dengan Strategi Discovey Learning dan Group Investigation Ditinjau dari Keaktifan Siswa SMP dalam https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7608, diakses 23 Maret 2017

9 tidak bisa mengerjakan. Peneliti melaksanakan penelitian di MTsN Aryojeding karena masih banyak guru yang menggunakan model konvensional dalam mengajar Matematika. Sehingga dalam pembelajaran siswa menjadi kurang aktif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Agar siswa lebih aktif, maka peneliti melakukan penelitian dengan model mengajar lain yang membuat siswa lebih aktif dalam menemukan konsep suatu Matematika. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar siswa. Sehingga peneliti mengambil judul Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Materi SPLDV Kelas VIII MTsN Aryojeding. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar Matematika siswa materi SPLDV kelas VIII MTsN Aryojeding? 2. Seberapa besar pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar Matematika siswa materi SPLDV kelas VIII MTsN Aryojeding? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan peneliti adalah sebagai berikut:

10 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan model discovery learning terhadap hasil belajar Matematika siswa materi SPLDV kelas VIII MTsN Aryojeding. 2. Untuk mengetahui besar pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar Matematika siswa materi SPLDV kelas VIII MTsN Aryojeding. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. 20 Sebagai upaya untuk menemukan jawaban dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai jawaban sementara sebagai masalah yang telah dirumuskan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Materi SPLDV Kelas VIII MTsN Aryojeding. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Dengan hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pembelajaran matematika. hal. 64 20 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014),

11 Adapun kegunaan adalah untuk memberi gambaran mengenai pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar Matematika siswa. Sehingga mampu memberikan tambahan informasi mengenai model pembelajaran yang tepat dalam memaksimalkan hasil belajar siswa. 2. Secara Praktis Adapun manfaat secara praktis adalah sebagai berikut: a. Bagi Guru Model Discovery Learning sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dan referensi jenis model yang dapat digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar Matematika. b. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi peningkatan kualitas pembelajaran Matematika. c. Bagi Siswa Siswa diharapkan lebih aktif dalam belajar Matematika sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik seperti yang diharapkan. d. Bagi Peneliti lain Sebagai bahan rujukan dan petunjuk atau acuan dalam penelitian, khususnya bagi peneliti yang akan meneliti linier dengan penelitian ini serta sebagai bahan perbandingan dengan hasil penelitian selanjutnya.

12 F. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah 1. Ruang Lingkup Ruang lingkup masalah pada penelitian ini mencakup lokasi, subjek dan variabel-variabel penelitian dengan rincian sebagai berikut. a. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di MTsN Aryojeding. b. Subjek penelitian Subjek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTsN Aryojeding. c. Variabel yang diteliti Variabel terikat: hasil belajar Matematika siswa kelas VIII MTsN Aryojeding. Variabel bebas: model Discovery Learning 2. Pembatasan Masalah Untuk mengatasi agar permasalahan yang akan dibahas pada penelitian tidak terlalu kompleks, maka peneliti perlu memberikan batasan-batasan permasalahan. Pembatasan permasalahan ini bertujuan agar penelitian yang akan dilakukan dapat tercapai pada sasaran dan tujuan dengan baik. Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah: a. Peneliti melakukan penelitian pada penyampaian pelajaran Matematika materi SPLDV kelas VIII dengan menggunakan model Discovery Learning. Pada pembelajaran dengan model tersebut siswa berperan sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap

13 pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pembelajaran. Kemudian peneliti juga melakukan penelitian penyampaian pelajaran Matematika pada kelas lain namun tanpa menggunakan model Discovery Learning. Di mana siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. b. Peneliti mengobservasi ada tidaknya pengaruh model Discovery Learning terhadap hasil belajar Matematika siswa materi SPLDV kelas VIII MTsN Aryojeding dilihat dari kedua kelas yang telah diteliti dengan perlakuan yang berbeda. G. Penegasan Istilah Untuk mempermudah dan menghindari kesalahpahaman pengertian dan kekeliruan penafsiran terhadap kandungan judul Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Materi SPLDV Kelas VIII MTsN Aryojeding dan agar judul tersebut dapat dimengerti secara umum menyangkut isi dan pembahasan, maka perlu diuraikan penjelasan sebagai berikut: 1. Definisi Konseptual a. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 21 Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daya 21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 664

14 dari model discovery learning yang ikut membentuk hasil belajar Matematika siswa. b. Model pembelajaran menurut Soekamto adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. 22 Model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pedoman, pegangan seorang guru dalam mengkondisikan dan mengatur jalannya pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. c. Discovery Learning adalah model pembelajaran penemuan yaitu model pembelajaran yang lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. 23 Discovery Learning dalam penelitian ini adalah model pembelajaran di mana siswa diminta untuk menemukan suatu konsep Matematika. d. Hasil belajar adalah hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu. 24 Hasil belajar di sini bisa diperoleh setelah dilakukan tes akhir. 22 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), hal. 23 23 Kebudayaan, Materi Pelatihan, hal. 37 24 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pemgajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 33

15 2. Definisi Operasional Penelitian dengan judul Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTsN Aryojeding ini membahas materi sistem persamaan linear dua variabel. Penelitian ini akan menguji ada tidaknya pengaruh yang ditimbulkan pada hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan yaitu model Discovery Learning pada materi sistem persamaan linear dua variabel. H. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi ini dibuat per bab yang terdiri dari 3 bab (bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir) dan tiap-tiap bab terdiri dari subsub sebagai perinciannya. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: 1. Bagian awal, terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dafta gambar, daftar lampiran, dan abstrak. 2. Bagian utama (inti), terdiri dari: a. Bab I, Pendahuluan: a) Latar Belakang, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Hipotesis Penelitian, e) Kegunaan Penelitian, f) Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian, g) Penegasan Istilah, dan h) Sistematika Penulisan Skripsi. b. Bab II, Landasan Teori:

16 a) Pembelajaran Matematika, b) Belajar dan Pembelajaran, c) Model Discovery Learning, d) Hasil Belajar, e) Materi Persamaan Linear Dua Variabel, f) Kajian Penelitian Terdahulu, g) Kerangka Berpikir Penelitian. c. Bab III, Metode Penelitian: a) Pendekatan dan Jenis Penelitian, b) Populasi, Sampling, dan Sampel Penelitian, c) Data, Sumber Data, dan Variabel, d) Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data, e) Teknik Analisis Data. d. Bab IV, Laporan Hasil Penelitian: a) Deskripsi Data, b) Pengujian Hipotesis, c) Rekapitulasi Hasil Penelitian. e. Bab V, Pembahasan: a) Pengaruh Model Discovery Leaning Terhadap Hasil Belajar Siswa, b) Besarnya Pengaruh Model Discovery Leaning Terhadap Hasil Belajar Siswa, c) Temuan dalam Penelitian. f. Bab VI, Penutup: a) Kesimpulan, b) Saran. 3. Bagian akhir, terdiri dari : a) Daftar Rujukan, b) Lampiran-lampiran.

17 17