BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karya sastra sebagai hasil pemikiran imajinatif, menceritakan segala

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. menunjukkan sikap skeptis tokoh Aku. Pendekatan tersebut dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

REALITAS KEMATIAN DALAM NOVEL SIMPLE MIRACLES KARYA AYU UTAMI

BAB II LANDASAN TEORI. itu disebut sebagai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik dan ekstrinsik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Lotman (dalam Supriyanto, 2009: 1) menyatakan bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak terlepas dari konflik-konflik yang dialami masyarakat. Sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah media dari kehidupan masyarakat yang tergambar dalam

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai hasil pemikiran imajinatif, menceritakan segala permasalahan yang berasal dari kehidupan manusia. Permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dapat dijadikan kontemplasi oleh pengarang dalam menghasilkan karya sastra. Imitasi atau tiruan yang terdapat di dalam karya sastra dapat dilihat dari peristiwa, latar belakang dan hal-hal lain yang menggambarkan realitas kehidupan masyarakat. Gambaran cerita yang terdapat di dalam karya sastra merupakan tiruan nyata dari kehidupan manusia itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pemikiran Teeuw (2003:78), sebuah karya sastra tidak mungkin tanpa pengetahuan, sedikit banyaknya pengetahuan tentang kebudayaan yang melatarbelakangi karya sastra tersebut. Oleh karena sastra dapat diletakkan dalam konteks mimesis, maka unsur-unsur yang berkembang dan terdapat dalam kehidupan itu sendiri akan terefleksi dalam teks sastra. Unsur-unsur yang kehidupan dapat berupa berbagai macam masalah dalam realitas kehidupan manusia. Di antara genre utama karya sastra, yaitu puisi, prosa, dan drama, genre prosalah, khususnya novel, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Novel dapat menampilkan unsur-unsur cerita paling lengkap, dengan menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang luas. Di samping itu, kejelian dalam menampilkan estetika dilakukan dengan berbagai pergulatan batin yang cukup mendalam (Sugiarti, 2014: 135). 1

2 Jika dilihat dari segi bahasa, novel juga cenderung menggunakan bahasa sehari-hari atau bahasa yang paling umum digunakan dalam masyarakat. Ratna (2013: 334) menyatakan bahwa melalui kemampuan intersubjektivitas pengarang yang menggali kekayaan masyarakat, kemudian memasukkan kemampuannya tersebut ke dalam karya sastra sehingga dapat dinikmati oleh pembaca. Cara-cara penyajian yang berbeda dibandingkan dengan ilmu sosial dan humaniora inilah yang jelas membawa ciri-ciri tersendiri terhadap karya sastra. Selain itu, kemampuan imajinasi dan kreativitas dalam menampilkan dunia kehidupan yang lain yang berbeda dengan dunia kehidupan sehari-hari merupakan fungsi yang jauh lebih penting sesuai hakikat karya sastra. Untuk memahami dan menilai teks sastra, peneliti tidak hanya bergantung pada pengetahuan sastra, tetapi juga pengetahuan ilmu lain seperti filsafat, sosiologi, psikologi, budaya, dan agama.namun, kajian filsafat dalam sastra, saat ini masih belum banyak dilakukan. Hal ini mungkin disebabkan karena keberanian peneliti terhadap kajian filsafat tidak lebih banyak dibandingkan dengan kajian sastra yang memadukan ilmu lain, seperti sosiologi misalnya. Filsafat dalam sastra masih dipikir terlalu sulit untuk dikaji, dan pencipta karya sastra pun belum banyak yang menyinggung nafas filsafat dalam karya-karyanya. Ayu Utami merupakan salah satu penulis terkemuka di ranah sastra Indonesia menjelang abad ke-20 menujuabad ke-21 dengan karya perdananya yakni sebuah novel berjudul Saman. Keberanian mengungkap sesuatu yang selama ini dianggap tabu, dan teknik penceritaan yang unik adalah beberapa hal yang menonjol di dalam karya-karyanya.

3 Pasca penerbitan Saman pada tahun 1998 dan novel pelengkapanya Larung yang terbut pada 2001, pada 2008 Ayu Utami menerbitkan novel seri BilanganFu, kemudian disusul pada tahun 2014, Ayu Utami menulis novel Simple Miracles. Novel ini secara umum ditanggapi pembaca sebagai karya sastra yang kaya akan spiritualitas dan filosofi. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Ayu Utami di sampul belakang novel ini yang menamai nafas novelnya spiritualisme kritis. Novel Simple Miracles mengangkat wacana spiritual, baik keagamaan, kebatinan, maupun mistik, ke dalam kerangka berpikir yang logis. Penghargaan terhadap hal-hal yang tidak terlihat dan tidak terukur, yang spiritual dan rohani dan tidak mengkhianati nalar kritis. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudarminta (2002: 47-48), walaupun nalar kita menuntut bahwa kita tidak dapat meragukan semuanya, akan tetapi ia tetap bersikap kritis dalam menghadapi segala sesuatu dan menemukan bukti yang memadai untuk menjamin pendapat, kepercayaan serta klaim pengetahuan kita. Ada dua hal yang menjadikan Simple Miracles perlu ditelaah lebih lanjut. Pertama, novel ini terdiri atas tiga bagian utama yang berjudul Hantu, Tuhan, dan Tahun. Hal tersebut jika dilihat secara fonologis, maka ketiganya memiliki kemiripan bunyi. Kehadirannya secara bersamaan dalam sebuah karya menimbulkan pertanyaan. Kedua, cerita novel inimemperlihatkan bahwa ada semacam gejolak pertentangan yang terjadi dalam cerita. Keraguan akan keimanan terhadap Tuhan, dan sikap skeptis terhadap hantu merupakan sikap yang terus dimunculkan dalam cerita yang diperankan oleh tokoh Aku.

4 Keraguan terhadap Tuhan dan hantu yang dilakukan tokoh Aku terus diperkuat dengan adanya sikap-sikap yang memunculkan banyak pertanyaan.. Menurut tokoh Aku, kepercayaan dan adat atau kebiasaan yang sudah berkembang dan mengakar di dalam masyarakat perlu dipertanyakan kebenarannya dengan perkembangan zaman, karena, sesuatu yang sudah mengakar belum tentu itu yang benar. Descartes (2015: 33) mengungkapkan bahwa dengan melihat banyak hal yang bagi kita terasa berlebihan atau tidak masuk akal, namun tetap diterima dan disetujui oleh banyak bangsa besar lain, maka kita harus belajar untuk tidak terlalu mempercayai hal-hal yang hendak ditanamkan ke dalam keyakinan kita hanya berdasarkan teladan dan kebiasaan semata. Maka dari itu, sikap tokoh Aku dalam menghadapi suatu persoalan, dia terus mengembangkan sikap skeptis terhadap segala sesuatuyang bersifat metafisika. Sudarminta (2002: 48) mengungkapkan bahwa sikap skeptis terhadap segala sesuatu berdasarkan lingkup bidang yang diragukannya terbagi dua. Pertama, sikap skeptisisme mutlak atau universal, yaitu sikap skeptis yang secara mutlak mengingkari kemungkinan manusia untuk tahu dan untuk memberi dasar pembenaran baginya. Kedua, skeptisisme nisbi atau partikular, yaitu sikap skeptis yang tidak meragukan segala sesuatu secara menyeluruh. Dalam novel SimpleMiracles, tokoh Aku mencoba mengembangkan kedua sikap skeptis tersebut. Secara kritis, tokoh Aku mengembangkan metode spiritualisme kritis.sikap keterbukaan dalam menerima ketidaktahuan manusia, termasuk menerima, yaitu mengakui ketidaktahuan, kemudian barulah ia bersikap menguji.

5 Tidak hanya sekadar meragukan, tetapi juga terbuka dan berpikir secara kritis dalam memecahkan suatu persoalan.hal ini terkait dengan epistemologi dalam mengkaji persoalan sastra secara kritis. Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia (Sudarminta, 2002:18). Lebih lanjut lagi, Sudarminta juga mengungkapkan bahwa epistemologi juga bermaksud secara kritis mengkaji pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya pengetahuan serta mencoba memberi pertanggungjawaban yang rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya.hal tersebut terus dijalankan tokoh Aku dalam perjalananya mencari kebenaran. Penelitian dengan menggunakan konsep skeptisisme dalam novel SimpleMiracles ini sangat penting untuk diteliti. Sebelumnya penelitian dengan menggunakan novel SimpleMiracles ini sudah pernah dilakukan, namun dengan kajian yang berbeda. Kajian yang pernah digunakan adalah tentang relisme magis dan realitas kematian. Penelitian tentang relisme magis ini dilakukan oleh Sandra Whilla Mulia, mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya, tesis (2016) yang berjudul Relaisme Magis dalam Novel SimpleMiracles Doa dan Arwah karya Ayu Utami. Kesimpulan dalam penelitian tersebut, ialah bahwa dalam novel tersebut dapat memunculkan dua isu sosial dan pemaknaan. Isu sosial yang muncul yakni isu mengenai kesukaan orang Jawa pada hal-hal mistis yang berkaitan dengan makhluk halus serta isu mengenai akulturasi budaya Jawa dengan agama-agama di Jawa. Makna yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain: (1) orang Jawa

6 akan selalu percaya pada hal-hal mistis yang berkaitan dengan makhluk halus; (2) di Jawa, dukun dan makhluk halus adalah alternatifkedua untuk mewujudkan citacita; (3) identitas dukun identik dengan seorang yang memiliki kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan makhluk halus; (4) adanya kepercayaan bahwa makhluk halus itu ada di mana-mana; (5) orang Jawa percaya bahwa setiap orang meninggal akan menjadi roh yang tetap hidup di sekeliling mereka; (6) orang ateis jarang ditemui di Jawa; (7) agama-agama yang ada di Jawa selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan Jawa. Selain penelitian yang telah dijelaskan di paragraf sebelumnya, ada satu penelitian lagi tentang novel SimpleMiracles yakni, penelitian skripsi (2016) yang dilakukan oleh Hesti Pratiwi Ambarwati mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Judul penelitian yang diambil adalah Relaitas Kematian dalam Novel SimpleMiracles karya Ayu Utami. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut menunjukkan (1) wujud realitas kematian antara lain kematian tokoh, bayangan kematian, ritus kematian, makna kematian, doa dan arwah, dan tempat yang berhubungan dengna kematian; (2) wujud kebudayaan Jawa terkait kematian di antaranya konsep sangkan paraning dumadi dan sedulur papat lima pancer, ritus tilik kubur dan slametan metangpuluh dina (40 harian), serta mistisme Selasa Kliwon dan ageman; (3) wujud ajaran Katolik terkait kematian berupa ritus pemakaman, sakramen pengurapan orang sakit, novena Jumat Pertama, makna kematian Yesus Kristus, ibadat pertobatan, serta hari Maria diangkat ke surge (assumptio); dan (4) gagasan filsafat eksistensialisme terkait kematian di antaranya manusia bertanggung jawab total terhadap dunianya sendiri dan penolakan akan adanya konsep kehidupan setelah kematian, kecemasan (angst),

7 sikap inotentik das man, sikap autentik dasein, serta konsep bahwa kematian adalah milikku yang paling autentik (ownmost). Persamaan antara kedua penelitian sebelumnya dengan penelitian yang saya lakukan terletak pada objek yang diteliti. Dalam hal ini, objek yang diteliti yakni sama-sama menggunakan novel dengan judul Simple Miracles karya Ayu Utami. Perbedaannya terletak pada kajian yang digunakan dalam penelitian. Jika penelitian pertama yang dilakukan oleh Sandra Whilam Mulia, mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya dalam tesisnya (2016) Relaisme Magis dalam Novel SimpleMiracles Doa dan Arwah karya Ayu Utami ini lebih mengacu pada isu sosial dan pemaknaan terhadap kesukaan orang jawa pada hal-hal mistis serta mengenai akulturasi budaya Jawa dengan agama-agama di Jawa. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Hesti Pratiwi Ambarwati mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dalam skripsinya (2016) yang berjudul Realitas Kematian dalam Novel Simple Miracles karya Ayu Utami yang lebih mengacu pada wujud realitas kematian, wujud kebudayaan Jawa terkait kematian, dan wujud ajaran Katolik terkait kematian, serta gagasan filsafat eksisetensialisme terkait kematian. Maka yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah kaian yang digunakan dalam penelitian, yakni sikap skeptis yang dimunculkan tokoh Aku dalam cerita. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa SimpleMiracles memiliki kompleksitas dalam ceritanya. Kompleksitas yang akan ditelaah lebih lanjut adalah perihal mekanisme skeptis yang dikembangkan oleh tokoh Aku dalam novel tersebut. Dengan memadukan antara teori sastra dan ilmu filsafat serta metode skeptis, maka penelitian ini merupakan penelitian pertama yang

8 dilakukan dalam mengkaji karya sastra. Maka dari itu, peneliti mengambil judul Skeptisisme Tokoh Aku dalam Novel Simple Miracles karya Ayu Utami. 1.2 Fokus Masalah Sikap meragukan kemampuan manusia untuk tahu dengan pasti adalah skeptisisme nisbi/partikular. Sikap skeptis yang secara mutlak mengingkari kemungkinan manusia untuk tahu dan untuk memberi dasar pembenaran baginya merupakan skeptisisme mutlak/universal. (Sudarminta, 2002: 48). Dari kedua jenis skeptisisime tersebut, tentu ada yang terkait dengan kehidupan manusia. Skeptis terhadap Tuhan dan hantu ini berpengaruh pada keyakinan tokoh terhadap sesuatu yang bersifat metafisika atau sesuatu yang bersifat gaib. Keraguan yang dibangun oleh tokoh Aku inilah dasar yang digunakan untuk melegitimasi keraguan itu sendiri. Dalam sebuah karya sastra khususnya novel, terdapat persoalan-persoalan di dalamnya yang berdampak pada keberadaan tokoh dalam dimensi sosial yang tidak utuh. Dimensi sosial ini tentu memiliki kontribusi terhadap pemikiran yang dibangun oleh pengarang terhadap tokoh-tokohnya. Maka dari itu, peneliti memfokuskan penelitian ini pada wujud sikap skeptisisme mutlak/universal dan skeptisisme nisbi/partikular tokoh Aku yang ditampilkan oleh Ayu Utami dalam novel Simple Miracles. Adapun fokus masalah diungkapkan sebagai berikut. 1) Bagaimana wujud skeptisisme nisbi atau partikular tokoh Aku dalam novel Simple Miracles karya Ayu Utami? 2) Bagaimana wujud skeptisisme mutlak atau universal tokoh Aku dalam novel Simple Miracles karya Ayu Utami?

9 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus masalah di atas penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1) Untuk mendeskripsikan wujud sikap skeptisismenisbi/partikular tokoh Aku dalam novel Simple Miracles karya Ayu Utami. 2) Untuk mendeskripsikan wujud sikap skeptisismemutlak/universal tokoh Aku dalam novel Simple Miracles karya Ayu Utami. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan di atas penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut. 1) Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai wujud dari skeptisme dalam kajian sastra dan filsafat. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak bagi setiap orangdalam menghadapi suatu persoalan mengenai ketidaktahuan dan keraguan terhadap sesuatu, sehingga dapat terbuka dan berpikir secara kritis. Penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian selanjutnya yang memiliki kesamaan topik sebagai bahan referensi. 1.5Penegasan Istilah Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam memahami istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti mencoba membuat definisi operasional. Adapun istilah-istilah yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

10 1) Skeptis adalah sikap kurang percaya diri yang dihadapi seseorang terhadap segala sesuatu termasuk terhadap doktrin agama. 2) Skeptisisme adalah aliran yang memandang segala sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan). 3) Skeptisisme mutlak/universal berarti secara mutlak mengingkari kemungkinan manusia untuk tahu dan untuk memberi dasar pembenaran baginya (Sudarminta, 2002: 48). 4) Skeptisisme nisbi/partikular berarti tidak meragukan segalanya secara menyeluruh. Hanya meragukan kemampuan manusia untuk tahu dengan pasti dan memberi dasar pembenaran yang tidak diragukan lagi untuk pengetahuan dalam bidang-bidang tertentu saja (Sudarminta, 2002: 49).