PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum ANGGOTA PERHUKI DKI

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

5. HAKEKAT PERMENKES 269/MENKES/PER/III/2008 TENTANG RM dan PERTAURAN TERKAIT LAINNYA LILY WIDJAYA,SKM.,MM D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)

PANDUAN REKAM MEDIK PUSKESMAS KARANGLEWAS. No Dokumen :PD/C.VII/UKP/ /IV/2016 Tanggal Terbi:4 April No Revisi : -

Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015

Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 78 / Yanmed / RS Umdik / YMU / I / 91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit

1. UU 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran (UUPK) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis Rekam

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PAB: Maksud Anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah sering dilakukan dan kompleks Hal-hal tersebut membutuhkan: Pengkajian yang lengkap dan meny

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

BAB I PENDAHULUAN. aktif dalam mewujudkan derajat kesehatanyang optimal, dalam hal bidang

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PERMATA MEDIKA KEBUMEN NOMOR / 2015 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP)

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

AP (ASESMEN PASIEN) AP.1

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO /SK-DIR/RSIA-CI/VIII/2014 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED CONSENT)

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)

CHECKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) NO. MATERI DOKUMEN NILAI KETERANGAN Elemen Penilaian PAB 1.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA Nomor : 2347a/PW/Sekr/VIII/2014 TENTANG

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI No.269/MENKES/PER/III/2008

HUBUNGAN PERILAKU DOKTER TERHADAP KELENGKAPAN RESUME MEDIS PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN

DOKUMEN DAN REKAMAN BAB. VII.

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 749a MENKES/PER/XII/1989 TENTANG REKAM MEDIS/MEDICAL RECORDS

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Organisasi. Tata Kerja. Rumah Sakit Pengayoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 6 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

BAB 6 MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 3 Tahun 2006 Seri D Nomor 13 Tahun 2006

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 3 Tahun 2006 Seri D Nomor 13 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 3 TAHUN 2006

dalam yang memenuhi standar profesi serta peraturan perundang- undangan. (R) Pedoman Pelayanan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG TARIF LAYANAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS PENGISIAN REKAM MEDIS

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIS (MIRM) Djoti Atmodjo

PANDUAN PERLINDUNGAN HAK PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN RS. CITRA HARAPAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

20 STANDAR, 70 ELEMEN PENILAIAN. dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes Komisi Akreditasi Rumah Sakit

- 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengisian lembar resume dokter dalam pemenuhan standar akreditasi

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TABA

PANDUAN PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN BAB I DEFINISI. Rahasia kedokteran diatur dalam beberapa peraturan/ketetapan yaitu: 1.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

PANDUAN PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN LOGO RS X

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWANG NOMOR : TENTANG PENGELOLAAN REKAM MEDIS KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

Transkripsi:

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA, Menimbang Mengingat : a. Bahwa Peraturan Direktur Rumah Sakit Prima Husada Nomor 030/RSPH/I-PER/DIR/I/2016 tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Rekam Medis masih belum memenuhi kebutuhan hukum di masyarakat sehingga perlu dilakukan perubahan; b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur tentang Pedoman Rekam Medis; : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis; 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran; 7. Keputusan Direktur Perseroan Terbatas Disa Prima Medika Nomor: 001/DPM/I-KEP/DIR/IV/2015 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Prima Husada. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: (1) Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. (2) Dokter Penanggung Jawab Pelayanan adalah dokter yang 1

bertanggung jawab terhadap asuhan pasien sejak pasien masuk sampai pulang dan mempunyai kompetensi dan kewenangan klinis sesuai surat penugasan klinisnya (3) Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. (4) Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan. (5) Dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang catatan observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan rekaman elektro diagnostik. Pasal 2 (1) Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap disertai tanggal dan jam, dapat dibaca, serta membubuhkan nama dan tanda tangan staf klinis yang menulis di rekam medis. (2) Setiap pasien hanya memiliki satu nomor rekam medis. BAB II ASESMEN AWAL Pasal 3 (1) Asesmen awal medis rawat jalan sekurang-kurangnya meliputi: a. riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi keluhan utama dan riwayat penyakit; b. riwayat alergi; c. pemeriksaan fisik; d. diagnosis; e. rencana asuhan (2) Asesmen awal keperawatan rawat jalan sekurang-kurangnya meliputi: a. bio-psiko-spiritual; b. ekonomi c. skrining dan asesmen nyeri d. status fungsional e. risiko jatuh f. risiko nutrisional g. masalah keperawatan h. rencana asuhan (3) Asesmen awal medis rawat inap sekurang-kurangnya meliputi: a. riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi 2

keluhan utama dan riwayat penyakit; b. riwayat alergi; c. pemeriksaan fisik; d. pemeriksaan penunjang e. diagnosis; f. masalah medis dan keperawatan; g. rencana asuhan (4) Asesmen awal keperawatan rawat inap sekurang-kurangnya meliputi: a. bio-psiko-spiritual; b. ekonomi; c. skrining dan asesmen nyeri; d. status fungsional; e. risiko jatuh; f. risiko nutrisional; g. masalah keperawatan; h. rencana asuhan i. identifikasi pemulangan pasien yang kompleks (5) Asesmen awal medis gawat darurat sekurang-kurangnya meliputi: a. riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi keluhan utama dan riwayat penyakit; b. riwayat alergi; c. pemeriksaan fisik; d. diagnosis; e. rencana asuhan f. kondisi pasien sebelum meninggalkan unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut; (6) Asesmen awal keperawatan gawat darurat sekurang-kurangnya meliputi: a. bio-psiko-spiritual; b. skrining dan asesmen nyeri c. status fungsional d. risiko jatuh e. risiko nutrisional f. masalah keperawatan g. rencana asuhan (7) Asesmen awal medis dan keperawatan dilaksanakan oleh profesional pemberi asuhan yang kompeten dan berwenang sesuai rincian kewenang klinis yang ditetapkan. Pasal 4 (1) Asesmen awal rawat inap harus diselesaikan selambatlambatnya dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk rawat 3

inap; (2) Asesmen awal rawat jalan harus diselesaikan diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 1 jam setelah dilakukan asesmen; (3) Asesmen gawat darurat harus diselesaikan selambatlambatnya dalam waktu 2 jam setelah dilakukan asuhan sesuai kebutuhan pasien. Pasal 5 (1) Isi rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sebagai asesmen tambahan. (2) Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan masal dicatat dalam rekam medis dan disimpan sesuai ketentuan yang berlaku. BAB III ASESMEN ULANG Pasal 6 (1) Asesmen ulang medis dan keperawatan dilaksanakan oleh profesional pemberi asuhan yang kompeten dan berwenang sesuai rincian kewenang klinis yang ditetapkan; (2) Asesmen ulang medis dilaksanakan minimal satu kali sehari, termasuk akhir minggu / libur untuk pasien akut; (3) Asesmen ulang perawat minimal satu kali per shift atau sesuai dengan perubahan kondisi pasien; (4) Asesmen ulang oleh profesional pemberi asuhan lainnya dilaksanakan sesuai kondisi pasien. BAB IV PELAYANAN SEDASI DAN ANESTESI Pasal 7 (1) Sebelum pemberian sedasi dan anestesi harus mendapatkan persetujuan, setelah diberikan penjelasan. (2) Identitas pemberi penjelasan harus tercantum dalam rekam medis. (3) Catatan yang harus dilakukan untuk sedasi dan anestesi meliputi tapi tidak terbatas pada: a. asesmen pra sedasi/anestesi b. asesmen pra induksi c. monitoring status fisiologis d. monitoring pemulihan sedasi/anestesi e. evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari lokal/regional ke general Pasal 8 4

Asesmen pra sedasi/anestesi meliputi: a) mengidentifikasi setiap permasalahan saluran pernapasan yang dapat memengaruhi jenis sedasi/anestesi; b) evaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi/anestesi; c) merencanakan jenis sedasi/anestesi dan tingkat kedalaman sedasi/anestesi yang diperlukan pasien berdasar atas sedasi/anestesi yang diterapkan; d) pemberian sedasi/anestesi secara aman; dan e) mengevaluasi serta menyimpulkan temuan monitor selama dan sesudah sedasi/anestesi. BAB V PELAYANAN BEDAH Pasal 9 (1) Sebelum pemberian sedasi dan anestesi harus mendapatkan persetujuan, setelah diberikan penjelasan. (2) Identitas pemberi penjelasan harus tercantum dalam rekam medis. (3) Catatan yang harus dilakukan untuk tidakan bedah meliputi tapi tidak terbatas pada: a. asesmen pra operasi untuk melengkapi asesmen awal bedah b. monitoring status fisiologis bila tindakan bedah menggunakan anestesi lokal c. penandaan lokasi operasi bila tindakan bedah dilakukan pada organ dua sisi, serta melibatkan pasien BAB VI TRANSFER DAN RUJUKAN Pasal 10 (1) Pemindahan pasien antar ruang pelayanan harus dilengkapi dengan form transfer pasien; (2) Form transfer pasien sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Indikasi pasien dirawat; b. Riwayat kesehatan; c. Pemeriksaan fisik; d. Pemeriksaan diagnostik; e. Diagnosis; f. Prosedur yang telah dilakukan; g. Obat yang telah diberikan; h. Keadaan pasien saat dipindahkan. 5

Pasal 11 (1) Dalam proses rujukan harus sudah dipastikan bahwa fasilitas kesehatan yang menerima rujukan dapat memenuhi kebutuhan pasien; (2) Dokumen rujukan sekurang-kurangnya berisi: a. Identitas pasien b. Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan c. Diagnosis kerja; d. Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan; e. Tujuan rujukan; f. Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan rujukan. (3) Dokumen rujukan juga memuat nama fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju; (4) Dokumen rujukan juga memuat nama staf yang menyetujui menerima pasien di fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju; (5) Dalam dokumen rujukan juga dicantumkan kondisi pasien, termasuk saat dalam proses rujukan. BAB VII RINGKASAN PULANG Pasal 12 (6) Ringkasan pulang harus dibuat oleh dokter penanggung jawab pelayanan sebelum pasien pulang; (7) Ringkasan pulang diberikan kepada pasien, disimpan dalam rekam medis pasien, dan dapat diberikan kepada tenaga kesehatan yang akan melanjutkan asuhan pasien; (8) Isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: a. identitas pasien; b. riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik; c. diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat; d. prosedur terapi dan tindakan yang telah dikerjakan; e. obat yang diberikan termasuk obat setelah keluar rumah sakit; f. kondisi kesehatan pasien saat akan dipulangkan g. instruksi tindak lanjut. BAB VIIi TATA CARA PENYELENGGARAAN Pasal 13 (1) Tenaga kesehatan yang mempunyai akses ke rekam medis adalah: a. Profesional pemberi asuhan yang telah mendapat 6

kewenangan terhadap pasien terkait; b. Staf klinis pemberi asuhan terhadap pasien terkait; c. Staf rekam medis sesuai penugasannya; d. Direktur dan atau jajaran manajemen sesuai kebutuhan; e. Komite Medis/Subkomite terkait sesuai kebutuhan; f. Komite Keperawatan/Subkomite terkait sesuai kebutuhan; g. Tim review rekam medis; h. Tenaga kesehatan atau peserta didik yang telah mendapat ijin Direktur/Kepala Rumah Sakit. (2) Tenaga kesehatan yang mempunyai akses ke rekam medis dan berhak menulis/mengisi rekam medis adalah staf klinis terhadap pasien terkait. (3) Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan pembetulan. (4) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan. BAB IX PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DAN KERAHASIAAN Pasal 14 Unit rekam medis menetapkan pengaturan urutan penyimpanan lembar-lembar rekam medis agar mudah dicari kembali profesional pemberi asuhan dan staf klinis yang terkait. Pasal 15 (1) Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan. (2) Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik. (3) Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut. (4) Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Pasal 16 (1) Informasi tentang identitas diagnosis, riwayat penyakit, riwayat 7

pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. (2) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal: a. untuk kepentingan kesehatan pasien; b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan; c. permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri; d. permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan e. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien; (3) Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan. BAB X KEPEMILIKAN Pasal 17 (1) Berkas rekam medis milik rumah sakit. (2) Isi rekam medis merupakan milik pasien. (3) Pasien mempunyai akses Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan rekam medis. (4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasren yang berhak untuk itu. BAB XI PENGORGANISASIAN Pasal 18 (1) Pengelolaan rekam medis dilaksanakan unit rekam medis. (2) Unit rekam medis wajib menjaga agar hanya tenaga kesehatan yang berwenang yang memiliki akses ke rekam medis. (3) Unit rekam medis wajib menjaga kerahasiaan rekam medis dan menjaga dari kehilangan. (4) Unit rekam medis bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan, dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis. BAB XII PENUTUP 8

Pasal 19 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Malang pada tanggal.2017 Direktur Rumah Sakit Prima Husada, dr. Lovi Krissadi Endari 9