INVENTARISASI JAMUR MAKROSKOPIS DI KAWASAN PENYANGGA (BUFFER ZONE) PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

dokumen-dokumen yang mirip
JENIS-JENIS JAMUR MAKRO YANG TERDAPAT DI PERKEBUNAN SAWIT KENAGARIAN DAMAR RUMPUT KECAMATAN AIRPURA KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL E-JURNAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap

INVENTARISASI JAMUR TINGKAT TINGGI DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH ANAI KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT JURNAL

JENIS - JENIS JAMUR MAKRO BASIDIOMYCOTA YANG TERDAPAT DI KORONG TANJUNG NAGARI KASANG KECAMATAN BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL ILMIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman

JENIS-JENIS JAMUR MAKROSKOPIS YANG TERDAPAT DI KAWASAN HUTAN SIMAPETRI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran besar ataupun kecil (Arief : 11). yang tersusun atas berbagai komponen yang saling ketergantungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKRO YANG DITEMUKAN DI BUKIT ACE KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN KURANJI PADANG ABSTRACT

Bionature Vol. 12 (2): Hlm: , Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di

IDENTIFIKASI JAMUR PERUSAK KAYU

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Merangin terletak di provinsi Jambi dengan luas km 2

Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

KERAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCETES MAKROSKOPIS DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS

JENIS-JENIS JAMUR BASIDIOMYCETES FAMILIA POLYPORACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS

Oleh: Rizqi Istiqomah A

III. METODE PENELITIAN

EKSPLORASI JAMUR KAYU MAKROSKOPIS DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A MANGKUNAGORO 1 NGARGOYOSO, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI MEI 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. tradisional, daerah terisolir, daerah pertanian lereng-lereng gunung, pulau

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yang menggunakan

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKROSKOPIS DI ARBORETUM SYLVA UNIVERSITAS TANJUNGPURA

LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya. obatan hingga perananya sebagai keseimbangan ekosistem.

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM. Herbarium

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

SPECIES TUMBUHAN PAKU PADA KAWASAN PENYANGGA (Buffer Zone) DI PERKEBUNAN SAWIT PT. GMP KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang. subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae.

SPESIES COLLEMBOLA PADA AREAL KEBUN KELAPA SAWIT DI DESA SALAREH AIA KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM JURNAL NOFTISA FATMA SARI NIM.

Jenis-Jenis Jamur Makroskopis di Hutan Hujan Mas Desa Kawat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

MAILA WALUYANTI K

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman.

Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.2 Juli 2016

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

KEANEKARAGAMAN JAMUR KELAS BASIDIOMYCETES DI KAWASAN LINDUNG KPHP SORONG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kawasan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya. adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi, yang

Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang.

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian.

INVENTARISASI JAMUR DI GUNUNG SENUJUH KABUPATEN SAMBAS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN FLASH CARD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Oleh karena itu, setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

PRAKATA. merupakan laporan hasil penelitian mengenai Inventarisasi Jamur Pelapuk Putih

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. dan ekologi. Besarnya peranan dari hutan pantai dan hutan mangrove tersebut

BAB I PENDAHULUAN ISOLASI DAN IDENTIFIKASI..., RICKY SINGGIH PURNOMO,ARGOTEKNOLOGI, UMP 2017

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

PRAKATA. Purwokerto, Agustus Penulis

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

Transkripsi:

INVENTARISASI JAMUR MAKROSKOPIS DI KAWASAN PENYANGGA (BUFFER ZONE) PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL SULIS TYANINGSIH NIM. 10010123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014

INVENTARISASI JAMUR MAKROSKOPIS DI KAWASAN PENYANGGA (BUFFER ZONE) PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh: Sulis Tyaningsih, Nursyahra, Abizar Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Fungi is life organism that have not chlorophyll, same with plant because have wall cell and non motile. This research is to know macroscopic fungi species where is founded at Buffer Zone Plantation Garden Kiliran Jao Sijunjung. Physic and chemical factors: air temperature, air dampness, ground ph in Buffer Zone. The research is about Inventarization of Macroscopic Fungi in Buffer Zone Plantation Garden Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung have done in June August 2014. Method that is used in this research which is observation and direct collection toward macroscopic fungi. Identification is done in Botanical Laboratory (Biology) STKIP PGRI Sumatera Barat which can be got 25 species from macroscopic fungi where is invite to 3 Classis, 5 Ordo, 8 Familia, 14 Genus. In addition, physic and chemical factor: air temperature of 26.4-29,7 0 C, air dampness of 71-84%, ground ph 6.6-6.8. Keyword: Inventarization, Macroscopic Fungi, Buffer Zone PENDAHULUAN Jamur adalah organisme hidup yang tidak memiliki klorofil, mirip dengan tumbuhan karena memiliki dinding sel, namun jamur tidak memiliki akar, batang, dan daun (talus). Jamur memiliki sel reproduktif yang dapat bergerak (motil) dan berkembang biak menggunakan spora (Dapnetty, 2006). Menurut Gandjar, I., Sjamsurizal, W & Oetari, A (2006), jamur sangat berperan dalam kelangsungan hidup manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganime lainnya, karena jamur merupakan penyerang pertama dalam mengurai suatu bahan organik yang ada di alam menjadi unsur - unsur sederhana. Unsur-unsur tersebut kemudian dimanfaatkan oleh mikroorganisme lain terlebih dahulu, seperti bakteri, sebelum digunakan selanjutnya oleh organisme tingkat tinggi. Sehingga banyak membantu proses dekomposisi bahan organik untuk mempercepat siklus materi dalam ekosistem hutan. Dengan demikian, jamur ikut membantu menyuburkan tanah melalui penyediaan nutrisi bagi tumbuhan, sehingga hutan tumbuh dengan subur. Kelompok jamur makroskopis secara nyata mempengaruhi jaring-jaring makanan di hutan, kelangsungan hidup atau perkecambahan anakan-anakan pohon, pertumbuhan pohon, dan keseluruhan kesehatan hutan. Jadi, keberadaan jamur makroskopis adalah indikator penting komunitas hutan yang sehat. Perkebunan Kelapa Sawit PT.Bina Pratama Sakato Jaya Unit Kiliran Jao Sijunjung merupakan salah satu perkebunan kelapa sawit yang di dalamnya terdapat kawasan penyangga (Buffer Zone) yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Kawasan penyangga yang terdapat di dalam perkebunan kelapa sawit ini luasnya ± 2,5 Ha dengan tingkat kelembaban yang cukup tinggi karena pada kawasan ini memiliki pohon yang cukup lebat, anakan pohon dan semak-semak yang menutupi kawasan ini, selain itu memiliki serasah yang cukup tebal. Pada saat penelitian kawasan ini masih sangat terjaga dari aktivitas manusia, karena kawasan ini dimanfaatkan sebagai kawasan penyangga yang di kelilingi oleh perkebunan kelapa sawit. Dan di tepi kawasan ini terdapat sungai yang mengalir sepanjang kawasan penyangga, ditepi sungai juga banyak

ditemukan pohon-pohon yang telah lapuk, umumnya jamur sangat menyukai tempat yang lembab, kayu lapuk dan serasah yang tebal, sehingga kawasan ini sangat cocok sebagai habitat jamur dan pada kawasan ini belum pernah dilakukan inventarisasi jamur makroskopis. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian tentang Inventarisasi Jamur Makroskopis di Kawasan Penyangga (Buffer Zone) Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao Sijunjung. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni Agustus 2014 di kawasan penyangga (Buffer Zone) perkebunan kelapa sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Botani (Biologi) STKIP PGRI Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan pengoleksian langsung jamur makroskopis yang ditemukan pada lokasi penelitian. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan melakukan eksplorasi sepanjang kawasan penyangga yang memungkinkan ditemukannya jamur, yaitu pada daerah yang memiliki serasah yang cukup tebal, kelembaban yang cukup tinggi dan terdapat banyak pohon yang lapuk. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah camera digital, termohygrometer, soil tester, kardus, spidol permanen, stoples, tali raffia, pisau curter, jangka sorong, dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%. Di lapangan, pengambilan sampel dimulai dari jalan masuk kawasan penyangga, dan terus melakukan eksplorasi hingga sampai ketepian sungai, lalu dilanjutkan menjelajah pada lokasi yang memiliki serasah, dan pohon yang lapuk. Setiap jamur makro yang ditemukan di lokasi penelitian diamati, kemudian di lakukan pengukuran kelembaban udara, suhu udara, ph tanah, dan mencatat data yang penting, seperti tempat hidup, warna, dan morfologi jamur. Sampel yang di dapatkan difoto kemudian diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik, untuk jenis jamur yang basah/lunak kemudian direndam alkohol 70% dan untuk jenis jamur yang kering dimasukkan kantong kertas yang telah disediakan. Di laboratorium, jamur yang telah direndam dengan alkohol 70% didalam stoples dikeluarkan dan diletakkan diatas baki. Kemudian dilakukan pengukuran ketebalan tudung, diameter tudung, panjang tangkai dan diameter tangkai jamur dengan menggunakan jangka sorong dan penggaris. Identifikasi jenis jamur makro dilakukan dengan cara melihat dan mencocokan bentuk, ukuran dan sifat hidupnya secara makrokopis, secara eksternal dari Pileus dan stipe. Pengidentifikasian, menggunakan buku identifikasi spesies yaitu sebuah gambar suatu spesies jamur yang disertai nama jamur, dan dituntun oleh beberapa buku identifikasi jamur. Lalu di buat kunci determinasi, yang dicocokkan dengan beberapa buku identifikasi jamur. Setelah diidentifikasi, jamur disimpan untuk waktu yang lama dan sebagai koleksi jamur makro. Setiap botol sampel kemudian diberi label yang berisi nama kolektor, nomor koleksi, lokasi pengambilan sampel dan nama spesies. Buku pedoman yang digunakan dalam pengidentifikasian adalah Alexopoulus (1996), Dapnetty (2006), Vargas and Capelari (2011), Espinoza and Mata (2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang telah dilakukan di Kawasan Penyangga (Buffer Zone) Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao Sijunjung ditemukakan 25 spesies jamur makro yang terdiri dari 3 class, 5 ordo, 8 familia, dan 14 genus. Faktor fisika dan kimia yang didapatkan: suhu udara berkisar 26,4 29,7C, kelembaban udara berkisar 71-84%, ph tanah berkisar 6,6-6,8. Seperti terlihat pada Tabel 1. Familia terbanyak adalah familia Polyporaceae yaitu 11 species, terdiri dari Polyporus tenuiculus, Polyporus sp, P. leptocephalus, P. alveolaris, P. arcularis, Trametes versicolor, T. modesta, T. menziesii, Microporus xanthopus, Hexagonia tenuiculus, Pycnoporus cinnabarius.

Tabel Spesies Jamur Makro yang ditemukan di Kawasan Penyangga (Buffer Zone) Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung Classis Ordo Familia Genus Species Discomycetes Pezizales Sarcoscyphaeae Cookeina 1. Cookeina speciosa (P. Fr) Dennis Pyrenomycetes Xylariales Xylariaceae Xylaria 2. Xylaria polymorpha (Pers. ) Grev Hymenomycetes Polyporales Polyporaceae Polyporus 3. Polyporus tenuiculus (. P. Beauv) Pastor 4. Polyporus leptocephalus (Jacq.) P. 5. Polyporus alveolaris( DC. ) Bondartsev & Singer 6. Polyporus arcularis (Batsch) Fr. 7. Polyporus sp.. 8. Tramentes versicolor (L. Fr.) Pilat Ganodermataceae Tramentes Microporus Hexagonia Pycnoporus Ganoderma 9. Tramentes modesta (Fr.) Ryv. 10. Trametes menziesii (. Berk) Ryvarden 11. Microporus xanthopus (P.) Kuntze 12. Hexagonia tenuiculus (. Hook) Pastor 13. Pycnoporus cinnabarinus (. Jacq) P. 14. Ganoderma applanatum (Pers. ex Wallr.) Pat. 15. Ganoderma tsugae Kuo, M. 16. Ganoderma lucidum (W. Curt. ex Romo) P. Karst Amaroderma 17. Amaroderma longipes(leveille) Torrend. Pleurotaceae Pleurotus 18.Pleurotus djamor ( Rumph. ex Romo ) Boedijn Meripilaceae Hydnopolyporus Auriculariales Auriculariaceae Auricularia 19.Hydnopolyporus palmatus (Hook.) O. Fidalgo 20. Auricularia auricula-judae 21. Auricularia mesentrica (Dicks.) Pers. Agaricales Trichlomataceae Marasmius 22. Marasmius siccus ( Schweinitz ) Fries 23. Marasmius scordanius 24. Marasmius sp.. Trogia 25. Trogia infundibuliformis Berk. & Broome, PEMBAHASAN Pada kawasan ini banyak ditemukan jamur makro dari Familia Polyporaceae, yaitu didapatkan 11 species. Jamur ini lebih mudah ditemukan dari jamur lainnya karena tubuh buah jauh lebih besar dan menempel pada kayu yang lapuk. Jamur ini dapat tumbuh lebih cepat pada habitat yang cocok. Kawasan tempat ditemukan jamur dari familia ini merupakan suatu daerah yang ternaungi, yang banyak ditumbuhi pohon, anakan pohon, dan memiliki serasah yang cukup tebal. Dan pada umumnya ditemukan tumbuh diatas kayu dan pohon yang telah lapuk, sehingga dapat membantu dan mempercepat proses pelapukan, dan akan membantu dalam penyuburan tanah. Menurut Dwidjoseputro (1976), jamur makro dari family Polyporaceae adalah jamur yang tubuh buahnya berupa suatu kipas, himenofor merupakan bulu bulu (pori) yang dilihat dari luar berupa lubang lubang. Sisi dalam lubang dilapisi oleh himenium. pileus lebih besar dan menempel pada kayu lapuk. Karena dapat hidup sepanjang musim dan memiliki tubuh yang besar sehingga jamur dari family ini mudah untuk ditemukan. Selanjutnya ditemukan 4 species dari familia Ganodermataceae, jamur ini termasuk kedalam klasifikasi jamur perusak kayu. Jamur ini menempel pada pohon yang

masih hidup, yang menyerang holoselulosa kayu dan meninggalkan residu residu yang kaya akan lignin. Ciri ciri jamur dari familia ini adalah memiliki basidioma abadi atau tahunan. Permukaan atas pileus keras, berkerak, dan bergelombang. Kadangkadang permukaan pileus ditaburi dengan spora, bergerigi, atau berlekuk, seperti kulit. Lamella memiliki pori pori kecil, kadangkadang nyaris tak terlihat, volva dan annulus tidak ada. Spora coklat sampai coklat kemerahan, ornament tebal atau berdinding ganda. Menurut Muzayyinah (2009), jamur ini banyak tumbuh pada pohon atau sebagai saprofit. Tubuh buah berbentuk setengah lingkaran, dengan basidiokarp yang keras dan tebal. Ditemukan 3 spesies jamur dari family Auriculariaceae yang memilki ciri khas basidium tersekat secara melintang, atau miring, pileus serupa dengan telinga, pada lamella terdapat himenium yang menghasilkan basidium panjang. Kebanyakan Auriculariaceae hidup secara saprofit, dan jamur ini tidak dapat ditemukan pada musim kemarau, karena memiliki tudung yang menyerupai jelly, yang mengering apabila terkena cahaya matahari. Jamur ini hidup sebagai saprofit, yang berkelompok (berkoloni) pada kayu kayu yang telah lapuk, ternaungi dan tempat tempat yang lembab. Menurut Dapnetty (2006), Auriculariaceae memiliki struktur basidiokarp seperti telinga, yang terbentuk pada kayu mati, dan ukurannya yang paling besar dari jamur jeli. Beberapa jenis dari Auriculariaceae dikonsumsi oleh masyarat, seperti Auricularia auricular-judae, A. cornea telah dibudidayakan di Jepang dan Taiwan. Hanya ditemukan 1 spesies dari family Sarcoscyphaceae, yaitu Cookeina speciosa. Hal itu disebabkan karena pada umumnya jamur dari filum Ascomycota adalah jamur mikroskopis, dan hanya sebagian kecil dari filum ini yang merupakan jamur makroskopis. Seperti contohnya Cookeina, hanya ditemukan pada satu lokasi pengambilan sampel, yang ditemukan pada kayu yang telah lapuk dan memiliki kelembaban yang cukup tinggi. Jamur ini hidup secara berkoloni sebagai saprofit pada kayu kayu lapuk, sampai sekarang belum ada yang berhasil memelihara jamur ini pada medium buatan sampai tumbuh askokarpnya. Menurut Dwidjoseputro (1976), Kebanyakan spesies dari family ini hanya ditemukan pada daerah tropis, yang memiliki askus yang langsing dan mudah goyah. Ciri khas dari jamur ini adalah pada ujung askus menyerupai cincin, dengan lubang yang miring. Askosporanya tidak berwarna, tidak bersekat sekat, apotesium pada umumnya besar dan berwarna cerah. Di hutan hutan tropis, dapat ditemukan Cookeina, dengan apotesium berwarna merah atau kuning. KESIMPULAN Didapatkan 25 species jamur makroskopis yang terbagi kedalam 3 Classis, 5 Ordo, 8 Familia, 14 Genus. Dengan familia terbanyak yang ditemukan adalah Familia Polyporaceae, yaitu 11 species. Dan faktor fisika dan kimia: suhu udara 26,4 29,7 0 C, kelembaban udara berkisar 71-84%, ph tanah berkisar 6,6-6,8. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menyarankan untuk melakukan penelitian Keanekaragaman Fungi Makro Pada Kawasan Penyangga (Buffer Zone) Dan Perkebunan Sawit Kiliran Jao Sijunjung, sehingga akan diketahui keanekaragaman dan peranan dari jamur makro pada daerah tersebut. DAFTAR PUSTAKA Dapnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Padang: Andalas University Press. Dwidjoseputro, D. 1976. Pengantar Mikologi. Alumni, Malang. Gandjar, I., Sjamsurizal, W & Oetari, A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. Surakarta: UNS Press.