BAB I PENDAHULUAN. kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tata cara hidup yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Lembaga pendidikan salah satu sistem organisasi yang bertujuan membuat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. luhur kpribadian, yang dilaksanankan secara sistematis dan terperogram.

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Perubahan yang dialami akan berlangsung cepat dan

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dari dulu hingga sekarang pendidikan selalu berada dalam tarik menarik berbagai kepentingan. 2 Mulai dari masa Yunani Kuno sampai sekarang pendidikan dijadikan alat untuk berbagai kepentingan. Hasilnya ketika agama begitu berpengaruh kuat dalam pendidikan, seakan-akan agama tertentu mengikat pendidikan yang berkembang ketika itu. Pada dasarnya pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu hidup dengan baik dalam masyarakatnya, mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan bangsanya. 3 Untuk mencapai hal tersebut maka dibutuhkanlah sesuatu yang bisa merubah pola pendidikan peserta didik melalui menejemen lembaga pendidikan yang islami. 2 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam. (Jakarta: Rajawali Press,2012), hal. 21 3 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius Di Sekolah Upaya Mengembangkan PAI Dari Teori Ke Aksi (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 1.

2 Menejemen adalah merupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia maupun sumber daya yang lainnya. 4 Sedangkan lembaga pendidikan ialah suatu kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur ormal, non formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. 5 Jadi menejemen lembaga pendidikan ialah pola pengorganisasian suatu lembaga pendidikan. dan dapat dikatakan lembaga pendidikan yang islami ialah apa bila lembaga tersebut menerapkan nilai-nilai yang islami, baik dalam memanajemen peserta didiknya sampai pengelolaan sarana prasarana yang ada di lembaga pendidikan tersebut. Hal tersebut akan sangat membantu mewujudkan pendidikan nasional yang sesuai amanat UUD 1945. Dan untuk mewujudkan hal tersebut maka salah satu upayanya ialah melalui budaya religius sekolah. Budaya sekolah adalah nilai-nilai domain yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntut kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku yang alami yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman 4 Eti Rochaety, dkk. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. ( Jakarta: PT.Bumi Aksara,2005), hal. 3 5 Tim Penyususn FOKUSMEDIA, Hmpunan Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan Nasional hal. 3

3 yang sama antara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. Sudah menjadi fitrah setiap manusia yang cinta akan sesuatu yang cantik, bersih dan ceria. Begitulah juga dengan pelajar-pelajar sekolah yang memerlukan persekitaran sekolah yang baik bagi merangsang pembentukan jiwa yang tenang dan aman dalam menimba ilmu pengetahuan. Jadi tidak heran bila pihak pengurusan sekolah sangat menekankan aspek iklim dan persekitaran sekolah yang baik. Karena pelajar tidak akan dapat belajar dengan tenteram bila lingkungan.dan konsisi iklim di sekitar tempat mereka menuntut ilmu itu tidak kondusif, seperti kotor, berbau dan bising, serta hubungan antara pelajar dengan guru yang tidak harmonis, sikap pelajar yang nakal dan suka membuat gaduh. Hal ini nantinya akan membawa dampak pada prestasi belajar siswa. Pusat Perkembangan Kurikulum (1981) mendefinisikan iklim sekolah sebagai suasana sekolah yang baik di mana keadaan persekitarannya dirasakan selesa, tenteram, mesra, riang dengan pembelajaran yang lancar. Sebuah sekolah kadang kala mengalami iklim positif dan negative. Pada dasarnya, sebuah sekolah yang iklimnya positif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yakni sekolah yang bersih dan menarik, hubungan sosial yang baik antara semua warga sekolah serta suasana kerja yang produktif. Manakala iklim negatif atau tertutup biasanya mempunyai keadaan sekolah yang kucar-kacir, kurang selamat, tidak tenteram dan teratur, dan justru sering terjadi konflik dan masalah kediisiplinan. Menyikapi hal

4 tersebut, sekolah berusaha untuk mewujudkan suatu iklim yang sehat dalam sekolah sangatlah penting, agar peserta didik bisa belajar dengan nyaman, tenang, dan terkendali sehingga tercapailah tujuan dari sebuah sekolah sebagai lembaga pendidikan. Salah satu aspek penting dalam iklim persekolahan adalah adanya sebuah budaya sekolah yang positif. Budaya sekolah merupakan elemen yang penting dalam sesebuah sekolah dan dipengaruhi oleh nilai dan kepercayaan yang menjadi asas dalam visi sekolah. Selain itu, struktur dan sistem sekolah membolehkan sekolah memilih cara bagaimana ia menjalankan visi sekolahnya. Visi sekolah terdapat dalam pernyataan dasar sekolah yang timbul daripada nilai dan kepercayaan sekolah. Visi dan misi sangat penting di dalam sesebuah sekolah, ini merupakan tujuan dan harapan sesebuah sekolah. Visi dan misi mempunyai ciri-ciri yang tersendiri dalam membentuk wawasan sekolah dan merupakan semangat setiap warga sekolah untuk mencapainya. Oleh itu, nilai dan visi merupakan pengaruh yang penting dalam membentuk budaya sekolah dan tanggungjawab warga sekolah untuk mencapainya. Ini adalah kerana nilai dan visi adalah cermin sesebuah sekolah tersebut. Peranan budaya sekolah memang tidak dapat dinafikan lagi, budaya sekolah banyak memberi pengaruh dan dampak kepada warga sekolah terutamanya dari segi pencapaian, emosi dan juga tingkah laku. Kemajuan dan pencapaian sekolah dapat ditingkatkan melalui kerjasama dan juga kepercayaan. Namun berbalik dari kepentingannya, budaya sekolah juga akan menjadi penghalang kepada perubahan yang ingin dilakukan sekolah, apa bila

5 perubahan tersebut tidak sesuai dengan budaya yang telah ada dalam sekolah tersebut. Guru ialah individu yang pertama yang dapat membentuk sesebuah budaya sekolah. Kesediaan guru untuk berubah mencari, belajar dan menguasai ilmu baru akan meningkatkan profesionalisme guru untuk merubah budaya pembelajaran, dan juga akhlak setiap peserta didik secara keseluruhan. Pada dasarnya, pelajar selalu menjadikan guru sebagai uswatun hasanah mereka kerana mereka menganggap guru sebagai golongan yang berpendidikan dan mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi peserta didik, serta mampu berkikir jauh kedepan dalam bidang ilmu pengetahuan. Sehingga kehadiran guru dapat mempengaruhi pelajar ke arah situasi pembelajaran yang menggalakkan serta membentuk cara budaya pelajar yang sesuai. Pengaruh guru terhadap pelajar sangat besar sehingga kadang kepercayaan yang diberikan oleh pelajar kepada seorang guru lebih tinggi dari pada orang tuanya sendiri. Guru adalah pemimpin yang berperanan sebagai agen perubahan sebuah sekolah dari balik diding kelas. Selain itu, guru juga memainkan peranan sebagai pemimpin, inventor, pengajar, pengurus dan fasilitator kepada peserta. Melalui peranan-peranan tersebut, secara tidak langsung guru dapat menggabungkan elemen budaya seperti nilai, norma, bahasa, kepercayaan, simbol, pengetahuan dan lain-lain. Apabila sifat budaya yang diterapkan oleh guru menjadi ikutan pelajar, maka ini akan membentuk budaya sekolah.

6 Budaya sekolah sangat berkaitan dengan disiplin sekolah. Jika budaya sekolah baik, maka wujudlah disiplin yang baik dengan tiada konflik, pelanggaran disiplin, dan sebagainya. Terdapat banyak masalah disiplin yang sering dilakukan oleh peserta didik. Salah satunya ialah seperti datang lambat ke sekolah, tidak mengikuti taghoni, tidak memakai lencana sekolah, tidak sholat dhuhur berjama ah dan tidak menghormati guru yang sudah menjadi budaya sekolah. Semuanya melibatkan masalah disiplin yang kecil dan masih boleh diperbaiki di mana boleh dikatakan siswa ini adalah siswa nakal. Tetapi lain pula, apa bila peserta didik atau siswa memukul guru, merokok, merampok hal tersebut termasuk tindak pidana. Apabila peserta didik sudah terlibat dengan masalah disiplin maka, akan menyebabkan mereka hilang minat untuk belajar apalagi memikirkan masa depan. Masalah kemerosotan akhlak dan kedisiplinan sering dilakukan oleh peserta didik Masalah ini membawa gambaran negatif kepada sistem pendidikan kita. Puncak masalah ini ialah penekanan konsep pendidikan yang cenderung fokus pada isi pelajaran saja atau bisa dikatakan hanya sebatas teori. Sementara persoalan pembinaan sikap, akhlak dan disiplin diabaikan. Jadi, pelaksanaan disiplin atau peraturan sekolah adalah penting untuk mewujudkan persekitaran sekolah yang selesa dan harmonis. Sekolah mempunyai suasana disiplin yang teratur tanpa perlu membina peraturan ketat, tenang tanpa penindasan yang secara amnya adalah selesa untuk suasana proses pembelajaran. Proses pembentukan akhlak dan kedisiplinan tersebut bisa diwujudkan salah satunya ialah melalui budaya religius sekolah.

7 Yakni ditekankan pada perwujudan peserta didik yang seimbang baik dari materi ilmu pengetahuan dan juga penerapan nilai dan norma dalam kehidupan. Namun kenyataannya budaya yang ada di sekolah belum sesuai dengan harapan terwujudnya visi misi sekolah. Budaya sekolah hanya sekedar tradisi yang dilaksanakan setiap hari. Dan siswa tidak tahu akan manfaat dan tujuannya. Yang siswa tahu ialah budaya tersebut harus dilakukan karena mematuhi peraturan dan tradisi sekolah yang mereka tinggali. Sebuah budaya sekolah seharusnya mampu membawa peserta didiknya sesuai dengan visi misi sekolah untuk membentuk akhlak yang terpuji bagi peserta didik, membawa lembaga pendidikan kearah yang lebih baik. Selain itu juga amanah UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Melihat permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan memahami apakah budaya religius sekolah berpengaruh pada prestasi siswa. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada judul penelitian Pengaruh Budaya religius sekolah (Sholat berjama ah dan hafalan surat yasin) terhadap prestasi belajar siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian padauraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok pembahasan yaitu :

8 1. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara budaya religius sekolah disiplin hafalan surat yasin dengan prestasi belajar siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon 2. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara budaya religius sekolah disiplin sholat berjama ah dengan prestasi belajar siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon 3. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara budaya religius disiplin hafalan surat yasin dengan disiplin sholat berjama ah siswa MTs Darul Falah C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menjelaskan hubungan yang positif dan signifikan antara budaya religius sekolah disiplin hafalan surat yasin dengan prestasi belajar siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon 2. Untuk menjelaskan hubungan yang positif dan signifikan antara budaya religius sekolah disiplin sholat berjama ah dengan prestasi belajar siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon 3. Untuk menjelaskan hubungan yang positif dan signifikan antara budaya religius disiplin hafalan surat yasin dengan disiplin sholat berjama ah siswa MTs Darul Falah D. Hipotesis Setelah peneliti melakukan penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan asumsi atau anggapan dasar, maka

9 langkah selanjutya adalah merumuskan hipotesis. Menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. 6 1. Ha : terdapat hubungan yang positif dan siqnifikan antara budaya religius sekolah disiplin hafalan surat yasin dengan prestasi belajar siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Ho : tidak terdapat hubungan yang positif dan siqnifikan antara budaya religius sekolah disiplin hafalan surat yasin dengan prestasi belajar siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon 2. Ha : terdapat hubungan yang positif dan siqnifikan antara budaya religius sekolah disiplin sholat berjama ah dengan prestasi belajar siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Ho : tidak terdapat hubungan yang positif dan siqnifikan antara budaya religius sekolah disiplin sholat berjama ah dengan prestasi belajar siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon 3. Ha : terdapat hubungan yang positif dan siqnifikan antara budaya religius sekolah hafalan surat yasin dengan disiplin sholat berjama ah siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Ho : tidak terdapat hubungan yang positif dan siqnifikan antara budaya religius sekolah hafalan surat yasin dengan disiplin sholat berjama ah siswa MTs Darul Falah Bendiljati Kulon 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 110.

10 E. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai : 1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi guru PAI khususnya agar lebih mempunyai kreativitas dalam membentuk budaya religius sekolah sehingga dapat diamalkan oleh siswa dan mempunyai manfaaat yang lebih untuk membentuk kecerdasan emosional siswa. 2. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi : a. Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tolak ukur seberapa jauh siswa menjalankan budaya religius dalam lembaga pendidikannya dan dampaknya pada prestasi belajarnya. Dan juga semagai penyemangat bagi siswa agar bisa menerapkan budaya religius baik di sekolah mauppun dirumah, sehingga tercipta perilaku yang arif yang dapat mendukung prestasi belajarnya. b. Guru Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi agar para guru khususnya guru PAI lebih mempunyai kreativitas dalam mengembangkan budaya religius sekolah yang dapat menambah semangat siswa dalam belajar. c. Bagi lembaga pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif demi pengembangan lembaga pendidikan,

11 khususnya di MTs Darul Falah Bendiljati Kulon serta menumbuhkan budaya meneliti di lingkungan sekolah demi terciptanya lembaga pendidikan yang sesuai visi misi sekolah, fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 7 Dengan adanya penelitian ini sangat diharapkan dapat djadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang diarahkan untuk membentuk budaya religius sekolah yang bisa diterapkan pula disekolah. d. Bagi orang tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh orang tua peserta didik sebagai acuan untuk mendidik anak mereka terutama saat berada di rumah sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif. e. Bagi peneliti yang akan datang Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pijakan dalam perumusan desain penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan 7 Ibid., hal. 5-6

12 lebih komprehensif khususnya yang berkenaan dengan penelitian budaya religious disiplin hafalan surat yasin dan juga disiplin sholat berjama ah terhadap prestasi belajar siswa. F. Ruang lingkup dan keterbatasan peneliti Ruang lingkup yang akan dikaji dalam penelitian ini ialah kaerena budaya religius yang sangat banyak, maka peneliti memilih dua budaya religius yang akan diteliti yakni sebatas disiplin siswa dalam berbudaya religius MTs Darul Falah Bendiljati Kulon yakni disiplin sholat dhuhur berama ah dan hafalan surat yasin yang mempengaruhi prestasi siswa. Sedangkan keterbatasan peneliti tersebut ialah merujuk pada dua hal yakni: a. Keterbatasan ruang lingkup kajian yang dilaksanakan ini ialah karena beberapa alasan procedural, tehnik penelitian maupun factor logistic. b. Keterbatasan peneliti berupa kendala yang bersumber dari lokasi peneliti yakni etika, adat, tradisi yang tidak memungkinkan peneliti menjangkaunya atau memasukinya untuk pengumpulan data. G. Definisi operasional Budaya religius sekolah hafalan surat yasin adalah sebuah kebiasaan religius sekolah yakni membaca surat yasin yang berulang-ulang yang akhirnya membuat siswa hafal dan selanjutnya akan dites kehafalannya oleh guru. Dan dijadikan standar kereligiusan siswa Madrasah Tsanawiyah yang baik dan berakhlakul karimah. Budaya religius sekolah sholat berjama ah adalah sebuah kebiasaan religius yang setiap harinya dilaksanakan oleh siswa yakni sholat yang

13 dilaksanakan secara bersama-sama dengan konsep imam dan makmum yang dilaksanakan ketika waktu sholat tiba. Disiplin atau taat adalah suatu perilaku yang terdapat dalam seseorang yang selalu patuh pada peraturan, yang biasanya melekat pada siswa yang pandai. H. Sistematika Skripsi Untuk mempermudah pemahaman yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini, maka perlu adanya sistematika pembahasan yang jelas. Berikut ini dikemukakan pokok-pokok masalah dalam sekripsi ini. Adapun sistematikanya ialah sebgai berikut: Bab I pendahuluan, terdiri dari : (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) hipotesis penelitian, (e) kegunaan penelitian, (f) ruang lingkup dan keterbatasan peneliti, (g) definisi operasional, (h) serta sistematika skripsi. Bab II Landasan teori, terdiri dari : (a) kerangka teori yang membahas variable penelitian, (b) kajian penelitian terdahulu, (c) kerangka berfikir penelitian, (d) kerangka berfikir. Bab III Metode Penelitian, terdiri dari : (a) rancangan penelitian, (b) populasi, sampling dan sampel penelitian, (c) Sumber data, variable dan skala pengukurannya, (e) tehnik pengumpulan data dan instrument penelitian, (f) analisis data. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari : (a) Hasil penelitian yang berisi deskripsi data dan pengujian hipotesis, (b) pembahasan. Bab V Penutup, terdiri dari : (a) kesimpulan, (b) saran. Bagian akhir terdiri dari : (a) daftar rujukan, (b) Lampiran-lampiran, (c) surat pernyataan keaslian sekripsi, (d) daftar riwayat hidup peneliti.