BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM harus dimiliki. Kesadaran tentang arti pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembelajaran Matematika dari zaman ke zaman merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan unsur- unsur manusiawi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA DENGAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mutu peserta didik menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan,

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas X 1 SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dirancang dan disajikan. Dengan dilaksanakannya Kurikulum

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAI-LKS UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI REDOKS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah adalah dengan diberlakukannya Kurikulum 2013. Pelaksanaan Kurikulum 2013 ini dititikberatkan pada peserta didik agar meningkatkan kemampuannya dalam melakukan observasi, bertanya, menalar, dan mengkomunikasikan. Guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang membantu proses belajar siswa agar berjalan dengan baik, sehingga pada implementasi kurikulum ini kegiatan belajar mengajar tidak didominasi oleh guru. Namun, keadaan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Pembelajaran dengan model konvensional yang berpusat pada guru (teacher centered learning) masih sering digunakan. Hal ini karena dianggap lebih praktis dan efisien waktu. Penggunaan metode konvensional ini kurang memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuannya dan dapat memicu kejenuhan siswa sehingga materi kurang dapat diterima dengan baik dan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan optimal. Berdasarkan hasil observasi selama melaksanakan praktek pengalaman lapangan (PPL) dan wawancara dengan guru kimia di kelas X SMA Dharma Pancasila Medan merupakan sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013, meskipun dilakukan ujicoba pada kelas X. Diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa SMA Dharma Pancasila pada bidang studi kimia masih tergolong rendah. Fakta ini diperoleh dari data penilaian ulangan harian untuk siswa kelas X T.P 2016/2017 dengan nilai rata-rata kelas yaitu 60 sementara Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kimia di sekolah ini adalah nilai 75. Hal ini disebabkan, guru masih cenderung menggunakan proses pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered learning) dimana pembelajaran bersifat satu arah. Model pembelajaran ini mengakibatkan siswa cenderung pasif dan bosan serta tidak memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat. Penggunaan model pembelajaran yang berpusat pada guru inilah yang memungkinkan prestasi belajar

2 kimia rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan peran guru untuk memberikan motivasi serta menjadikan kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa (Student Centered Learning) dan menjadikan proses belajar mengajar kimia menjadi menyenangkan sehingga siswa menjadi termotivasi untuk mempelajari kimia. Salah satu materi kelas X adalah reaksi reduksi oksidasi yang memiliki karakteristik gejalanya bersifat konkrit, dan konsepnya bersifat abstrak, menggunakan hitungan matematis logis, memerlukan hafalan simbolik, pemahaman, terapan dan peristiwa yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak peristiwa yang berkaitan dengan reaksi redoks yang harus dihadapi peserta didik untuk dicari, diidentifikasi sebab, dirumuskan masalahnya, dianalisis untuk membuat keputusan, dan berusaha untuk mendapatkan solusi pemecahan masalahnya (Pratiwi dkk., 2014). Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam berbagai program untuk memberikan para siswa kesempatan terstruktur untuk belajar dari satu sama lain dan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mereka. Cooperative Learning (CL) terdapat kelompok-kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama (Goodell etal., 2012). Siswa yang belajar dalam kelompok mengembangkan peningkatan pemahaman antarbudaya, peningkatan keterampilan interpersonal dan mereka lebih siap untuk berpartisipasi modern ditempat kerja (Baker etal., 2009). Model kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual, dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok yang bertugas sebagai asisten yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi dibandingkan anggotanya, kesulitan pemahaman materi yang dialami siswa dapat dipecahkan bersama ketua kelompok serta bimbingan dari guru. Keunggulan model pembelajaran tipe TAI yaitu siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya (Yunindar dkk., 2014). Model pembelajaran TAI lebih efektif diterapkan pada pembelajaran yang berhubungan

3 dengan kinerja matematik dimana siswa memiliki kesempatan untuk bekerja sama dalam tim, berbagi pandangan dan pendapat, dan terlibat dalam pemikiran untuk menyelesaikan masalah (Hamdi & Hasan, 2016). Pilihan lain dapat menggunakan model kooperatif Learning Together (LT), siswa belajar dalam kelompok- kelompok, tiap kelompok belajar mendiskusikan bahan belajar secara kolaboratif, mempresentasikan hasil diskusi kelompok dalam diskusi kelas. Dalam model pembelajaran ini siswa akan mengerjakan permasalahan dalam suatu kelompok, dimana setiap individu memberikan sumbangan pemikiran pada pemecahan masalah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Learning Together menekankan pada empat unsur yaitu interaksi tatap muka, interpendensi kelompok, tanggung jawab individual, serta kemampuan interpersonal. Melalui model pembelajaran LT diharapkan siswa dapat memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materi yang dibangun bersama-sama dengan anggota kelompoknya (Rahmawati dkk., 2015). Kesulitan belajar seorang siswa dalam sebuah tim dapat diatasi dengan bantuan anggota timnya dengan cara berdiskusi. Sedangkan metode pembelajaran TAI memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik secara individu maupun secara kelompok. Penelitian Winarti dkk., (2007) menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model TAI efektif dalam mengatasi kesulitan belajar, selama pembelajaran siswa yang berkemampuan tinggi dapat menyelesaikan materi lebih cepat sehingga dapat mempelajari materi yang lebih tinggi levelnya dibanding siswa lain. Metode Pembelajaran TAI menuntut siswa membangun pengetahuaannya sendiri, sehingga dibutuhkan media penyampaian yang mendukung hal tersebut. Salah satu media penyampaian materi adalah dengan menggunakan Handout (Reza dkk.,2016). Disamping memilih model pembelajaran yang sesuai, guru juga harus membuat media pembelajaran yang mendukung proses belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa sehingga tercipta interaksi dalam kelas antara siswa dan guru. Media pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan untuk mempermudah siswa memahami materi pelajaran. Salah satu media yang sering digunakan dalam

4 pembelajaran kooperatif adalah kartu soal. Kartu soal adalah sebuah kartu yang didalamnya terdapat soal/permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa yang mendapat kartu tersebut. Kartu soal dipilih karena mudah diaplikasikan dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengerjakannya dibandingkan dengan apabila siswa diberi soal secara langsung (Perdana dkk, 2014). Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat dan estetika (Effendy 2013). Pengertian lain tentang karakter disebutkan oleh Ibrahim (2013) bahwa karakter secara estimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Charrassein, berarti to engrave atau mengukir. Dalam penelitian ini karakter yang diamati yaitu tanggung jawab, kerjasama dan rasa ingin tahu. Penilaian karakter dilakukan untuk melihat sejauh mana tanggung jawab, kerjasama dan rasa ingin tahu siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reza dkk.,(2016) menyatakan model kooperatif tipe TAI yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 52,63%. Selanjutnya penelitian Rahmawati dkk.,(2015) menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran TAI dan LT terhadap prestasi belajar aspek pengetahuan. Hasil penelitian Syanas dkk.,(2016) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Learning Together (LT) dilengkapi media kartu pintar dapat meningkatkan interaksi sosial dan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada aspek pengetahuan yang mengalami peningkatan dari 46,43% menjadi 85,71%. Hasil penelitian Perdana dkk.,(2014) menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) berbantuan kartu soal dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Kemudian penelitian Zuhara & Azizah, (2014) menyatakan hasil pemahaman siswa terhadap pencapaian karakter menggunakan model TPS untuk disiplin, tanggung jawab memperoleh kategori baik berturut-turut sebesar 78,98%, 73,38%. Penelitian Shofiyah & Yonata (2013) menyatakan Hasil rata-rata penilaian pada karakter jujur pertemuan 1 dalam kategori baik (66,67%), pertemuan 2, dan pertemuan 3 termasuk dalam kriteria sangat baik (76,04%, dan 85.4%). Karakter tanggung jawab pada pertemuan 1 termasuk dalam kriteria

5 cukup baik (59,4%), pertemuan 2 dan pertemuan 3 termasuk dalam kategori baik (71,9% dan 81,3%). Karakter berani mengemukakan pendapat pada pertemuan 1 termasuk dalam kategori cukup baik (60,4%), pertemuan 2 dan pertemuan 3 termasuk dalam kategori baik (72,9% dan 83,3%). Penelitian Sudarman (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah melalui integrasi media internet dapat meningkatkan hasil belajar serta nilai karakter seperti karakter toleransi, komunikatif, percaya diri, menghargai prestasi dan demokratis. Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Model Kooperatif Tipe TAI Dengan LT Berbantuan Media Kartu Soal Pada Materi Reaksi Redoks Terhadap Hasil Belajar Dan Karakter Siswa. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka teramati masalah sebagai berikut: 1. Mayoritas pembelajaran kimia yang dilakukan masih berpusat pada guru (satu arah). 2. Antusiasme siswa dalam belajar kimia masih rendah. 3. Pembelajaran kimia masih menggunakan metode konvensional. 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini akan dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan. 2. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X bidang peminatan matematika dan ilmu alam. 3. Materi kimia yang dibelajarkan yaitu pada pokok bahasan Reaksi Redoks. 4. Target dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan karakter siswa. 5. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan LT. 6. Penerapan model kooperatif tipe TAI dengan LT menggunakan alat bantu berupa kartu soal.

6 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarakan menggunakan model kooperatif tipe TAI dengan LT berbantuan media kartu soal pada pokok bahasan reaksi redoks? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki karakter tinggi dan rendah yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif berbantuan media tersebut? 3. Apakah terdapat interaksi antara kedua model tersebut dengan karakter terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan reaksi redoks? 4. Apakah ada hubungan antara karakter dengan hasil belajar? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif tipe TAI dengan LT berbantuan media kartu soal pada pokok bahasan reaksi redoks. 2. Perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki karakter tinggi dan rendah yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif berbantuan media kartu soal 3. Interaksi antara kedua model kooperatif dengan karakter terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan reaksi redoks. 4. Hubungan antara karakter dengan hasil belajar.

7 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Manfaat secara teoritis adalah bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi ilmiah mengenai model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan LT berbantuan media kartu soal untuk hasil belajar kimia yang lebih baik. Sedangkan manfaat secara praktis adalah: (1) Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya; (2) Hasil penelitian ini dapat membantu dan mengantisipasi masalah hasil belajar siswa meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik; (3) Untuk mengatasi masalah pemilihan model pembelajaran yang tepat bagi siswa berkarakter rendah. 1.7 Defenisi Operasional 1. Metode pembelajaran TAI merupakan metode pembelajaran kooperatif dengan salah satu anggota kelompok menjadi asisten yang bertugas membantu anggota dalam kelompok yang kurang mampu. TAI memiliki dinamika motivasi karena siswa saling mendukung dan saling membantu satu sama lain untuk berusaha keras agar tim mereka berhasil (Hasanah dkk.,2016). 2. Kartu soal adalah sebuah kartu yang didalamnya terdapat soal/permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa yang mendapat kartu tersebut (Perdana dkk.,2014). 3. Model pembelajaran kooperatif adalah sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi uuntuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2011).