HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN ISPA DI RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH RINI MULYATI

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

Oleh : Suyanti ABSTRAK

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT ISPA PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT ISPA PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. rongga telingga tengah, dan pleura (Kepmenkes, 2002). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

BAB I PENDAHULUAN. segala umur. 1.5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Faktor

BAB I PENDAHULUAN. karena menjadi penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh: SUSILOWATI J 210050003 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara sedang berkembang. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ini menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahun, sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi khususnya bayi muda (WHO,2003). Jumlah tiap tahunnya kejadian ISPA di Indonesia 150.000 kasus atau seorang balita meninggal tiap 5 menitnya. Penelitian Myrnawati juga menemukan bahwa 20-30% kematian balita disebabkan oleh ISPA. (Depkes RI, 2006) ISPA merupakan infeksi saluran pernafasan akut yang di sebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme. Adapun yang termasuk dalam penyakit ISPA adalah pneumonia, diperkirakan kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA. Pada akhir tahun 2000 di Indonesia mencapai lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Artinya, pneumonia mengakibatkan 150 ribu bayi atau balita meninggal tiap tahunnya, atau 12.500 korban per bulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima menit (Silalahi, L, 2004). Hasil penelitian fungsi paru di negara sedang berkembang menunjukan bahwa kasus pneumonia berat pada anak disebabkan oleh bakteri, biasnya streptococcus pneumoniae atau 1

Haemophillus influezae. Hal ini bertolak belakang dengan situasi di Negara maju, penyebab utamanya adalah virus. Hampir seluruh kematian karena ISPA pada anak kecil disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISPbA), paling sering adalah pneumoniae. Akan tetapi, tidak semua infeksi saluran pernapasan bawah akut dapat menjadi serius: sebagai contoh bronchitis relative sering terjadi dan jarang fatal (WHO, 2003). Pengalaman klinis dan studi interfensi di negara sedang berkembang menunjukkan bahwa pengobatan dini dengan anti biotik dapat mengurangi angka kematian karena pneumoniae. Banyak kematian akibat pneumoniae terjadi di rumah, beberapa diantaranya setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Kunci untuk mengurangi angka kematian karena ISPA adalah dengan memastikan adanya akses yang lebih baik pada penanganan kasus pneumoniae dan melakukan penanganan pada kasus pneumoniae tepat pada waktunya (WHO, 2003). Dalam Rancangan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 (RPKMIS), masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setiggi-tingginya diseluruh republik Indonesia. untuk dapat mewujudkan hal tersebut telah disusun pokok-pokok program pembangunan kesehatan yang antara lain mencakup program penyakit menular.

Pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan merupakan upaya yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia serta merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (Dep.Kes, 2002). Pemberantasan penyakit ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984, bersamaan dengan dilancarkanya pemberantasan penyakit ISPA ditingkat global oleh WHO dalam pola tata laksana ISPA pada tahun 1984 penyakit ISPA diklasifikasikan dalam 3 tingkat keparahan, yaitu: ISPA ringan, ISPA sedang, ISPA berat. Klasifikasi ini menggabungkan penyakit infeksi Akut paru, infeksi akut ringan dan tenggorokan pada anak dalam satu kesatuan, dalam periode pra implementasi telah dilaksanakan 2 kali lokakarya ISPA Nasional, yaitu tahun 1984 dan tahun 1988 (Depkes, 2002.) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Indonesia selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita, selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Murtini, 2008). Usia Balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA masih tinggi pada balita di negara berkembang. penyakit ISPA sendiri sering mengalami kekambuhan dalam jangka waktu yang sangat pendek, biasanya pada musim-musim kemarau, penyakit ISPA merupakan salah satu

penyakit dengan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam penanganannya diperlukan kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun petugas, terutama tentang beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan (Depkes, 2005). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kekambuhan pada balita. Notoatmojo (1997) mengemukakan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab utama terhadap kesehatan anggota keluarga termasuk anak, oleh karenanya orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit yang diderita anaknya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Dengan pengetahuan yang cukup maka diharapkan akan timbul sikap yang positif dan meningkatkan kewaspadaan agar tidak terjadi kekambuhan penyakit. Di UPTD Puskesmas Pekalongan Selatan pada bulan januari sampai Desember 2009 terdapat 400 kasus kejadian ISPA pada anak (Rekam medik, 2009). Angka ini tentunya sangat memprihatinkan mengingat hanya dalam lingkup UPTD Puskesmas Pekalongan Selatan saja sudah mencapai angka ratusan. Wilayah kerja UPTD Puskesmas Pekalongan Selatan terdiri dari enam kelurahan, yaitu kelurahan Kuripan Kidul, Kelurahan Kuripan Lor, Kelurahan Yosorejo, Kelurahan Soko, Kelurahan Duwet, Kelurahan Kertoharjo. di masing-masing Desa terdapat kasus ISPA, namun yang paling banyak angka kejadianya adalah Kelurahan Kuripan Lor dan Kelurahan

Yosorejo, ditambah lagi ketika peneliti melakukan studi pendahuluan di UPTD Puskesmas Pekalongan Selatan, dan memberikan pertanyaan tentang seputar penyakit ISPA, tujuh dari sepuluh orang tua anak tidak mengerti tentang penyakit tersebut. Kebanyakan orang tua tidak mengetahui penyebab ISPA, faktor resiko ataupun penatalaksanaan penyakit ISPA. Berdasarkan latar belakang ini peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua dengan kekambuhan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Pekalongan Selatan Kabupaten Pekalongan. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah yaitu: Apakah ada hubungan antara pegetahuan dan sikap orang tua dengan kekambuhan ISPA pada balita di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Pekalongan Selatan?. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua dengan kekembuhan ISPA pada balita 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA b. Untuk mengetahui sikap orang tua tentang penyakit ISPA c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kekambuhan ISPA.

D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan dan Puskesmas dalam penentuan arah kebijakan program penanggulangan penyakit menular khususnya ISPA. 2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, disamping itu hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menambah wawasan pengetahuan 4. Bagi masyarakat memberi informasi tentang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Dodi Eko Prasetyo Putro (2008) Hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua dengan cara pencegahan kekambuhan ISPA pada anak di wilayah kerja puskesmas Purwantoro 1. jenis penelitian ini adalah kuantitatif non Eksperimental dengan metode Deskriptif korelasional dan menggunakan pendekatan Cross Sectional pengambilan data menggunakan test dengan mengambil data primer dalam bentuk kuesioner. Penelitian di laksanakan pada bulan Juni 2007 - Februari 2008 di puskesmas Purwantoro 1. Sample penelitian ini diambil dengan tehnik non

probabilitiy sampeling dengan metode purposive sampling dan di dapatkan 68 sempel yang memenuhi inklusi, data dianalisis dengan menggunakan chi square. Hasil penelitian (1) pengetahuan orang tua tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak diwilayah kerja puskesmas Purwantoro 1 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai pengetahuan yang baik. (2) sikap orang tua tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak di wilayah kerja puskesmas Puwantoro 1 sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai sikap yang baik. (3) Upaya pencegahan kekambuhan orang tua tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak di wilayah kerja puskesmas purwantoro 1 sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai upaya pencegahan kekambuhan yang baik. (4) pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan dengan upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Indra Ruswanti (2005) program studi ilmu keperawtan fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhamadiyah Surakarta dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA pada anak balita di kelurahan Selo katon wilayah kerja Puskesmas gondong rejo Karang anyar, pada penelitian ini menitik beratkan pada Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA pada anak balita. Rancangan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatifdengan metode kasus kontrol, hasil penelitian menunjukan Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA adalah pendidikan ibu, tingkat sosial

ekonomi keluarga, setatus Gizi balita,lingkungan rumah, jenis penelitian adalah kuantitatif Non eksperimental yaitu suatu penelitian di mana dimana variabelnya berupa katagori-katagori yang disusun menurut kuantitas atau besarnya atau nilainya dapat dinyatakan dengan angka dan tidak melakukan percobaan atau perlakuan terhadap variabel independenya dan tidak mengukur akibat percobaan tersebut pada variabel dependen, sedangkan metode yang digunakan diskeriptif korelational dengan pendekatan Cross sectional. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variable satu dengan yang lainya dan dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu bersamaan rancangan penelitian ini adalah diskriptif korelasi yaitu rancangan penelitian dengan maksud untuk menggambarkan hubunga antara pengetahuan dan sikap orang tua dengan upaya pencegahan kekambuhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak diwilayah kerja Puskesmas Purwantoro.