BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Jagalan di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul.

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X8 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FAKFAK NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN KAMPUNG BUPATI FAKFAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 26 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN KATINGAN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 6 TAHUN 2017 TAHUN 2015 TENTANG

P E R A T U R A N D A E R A H

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X9 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GROBOGAN PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 5 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TELAHAAN STAF. Kekeliruan penempatan dan penetapan besaran penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa.

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2O15 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2017

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BUPATI BOGOR. Cibinong, Desember 2017

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Pelaksanaan Peraturan Bupati Bantul Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Pengalokasian Dana Desa di Desa Wirokerten Dan Desa Jagalan di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Pemerintahan desa keberadaanya adalah berhadapan langsung dengan masyarakat, sebagai ujung tombak pemerintahan yang terdepan, oleh karena itu dalam rangka otonomi daerah, upaya yang memberdayakan pemerintah desa harus dilaksanakan dan tidak dapat ditunda-tunda lagi. Salah satu ciri pelayanan yang baik adalah dapat memberikan kepuasaan bagi yang memerlukan karena cepat, mudah, tepat dan bila dengan biaya maka harus ada kepastian dan dapat terjangkau. 67 Posisi pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat adalah pemerintah desa selaku Pembina, pengayom dan pelayananan masyarakat sangat berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakkan untuk berpartipasi bukan mobilitas terhadap peningkatan desa. Dengan demikian penyeleggaraan pemerintah desa merupakan subsistem dalam sistem penyelenggaraan sistem pemerintah nasional sehingga desa meiliki kewenagan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Pengaturan desa lebih lanjut dapat ditetapkan dalam peraturan daerah kabupaten sesuai dengan pedoman dalam pemerintahan kabupaten. 67 HAW. Widjaja, Pemerintahan Desa/ Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah Suatu Telaah Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 70 79

80 Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa berasal dari pendapatan asli desa, APBD, dan APBN. Penyeleggaraaan urusan pemerintah desa yang menjadi kewenagan desa didanai dari APBDesa, bantuan dari pemerintah pusat, dan bantuan dari pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan urusan pemerintah pusat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBN. Adapun sumber-sumber pendapatan desa berasal dari: 68 a. Pendapatan asli desa yang berasal dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah. b. Bagis hasil pajak daerah kabupaten/ kota paling sedikit 10% (sepeluh persen) untuk desa dan dari retribusi kabupaten/kota yang sebagaian diperuntukan bagi desa. c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh Per sen), yang dibagi kesetiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa. d. Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah. e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. 68 Hanif Nurcholis, Perrtumbuhan & Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Cetakan Keenam Jakarta: Erlangga, 2014.Hal 85

81 Pemerintah desa wajib mengelola keuangan desa secara transparan, akuntabilitas, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin. Transparan artinya dikelola secara terbuka, akuntabel artinya di pertanggungjawabkan secara legal, dan partisipatif artinya melibatkan masyarakat dalam penyusunannya. Disamping itu, keuangan desa harus dibukukan dalam sisten pembukuan yang benar sesuai dengan kaidah sistem akuntansi keuangan pemerintah. 69 Sistem pengelolaan keuangan desa mengikuti sistem anggaran nasional dan daerah, yaitu mulai 1 januari sampai desember, kepala desa sebagai kepala pemerintah desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan, oleh karena itu, kepala desa mempunyai kewenagan antara lain adalah: 70 a. Menetapkan kebijakan tentang pelasanaan APBDesa. b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang jasa. c. Menetapkan bendahara desa. d. Menetapkan petugas yang melakukan pemugutan penerimaan desa, dan e. Menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa. Pembiayaan pembangunan desa berasal dari keuangan desa yang diperoleh dari beberapa sumber yaitu: pendapatan asli desa, alokasi APBN, bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dan pendapatan desa lain yang sah. 71 69 Ibid 85 70 ibid 71 Lihat UU Desa Nomor 6 tahun 2014

82 Pengelolaan keuangan desa pada dasarnya mengikuti pola pengelolaan keuangan daerah dimana Kepala Desa merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa. Pendapatan, belanja dan pembiayaan desa harus ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa yang ditetapkan dalam peraturan desa oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pertanggungjawaban terhadap penggunaan dan pengelolaan keuangan desa ini merupakan tanggungjawab Kepala Desa untuk disampaikan kepada: a. Bupati/Walikota pada setiap akhir tahun anggaran yang disampaikan melalui camat, b. Badan Permusyawaratan Desa pada setiap akhir tahun anggaran, dan c. Masyarakat dalam musyawarah desa. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa berlanjut hingga UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, terutama dilihat dari kedudukan serta pengisian jabatan Kepala Desa dan penghasilan Pemerintah Desa. 72 Pertama, kedudukan Kepala Desa adalah sebagai pimpinan Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain (Pasal 25 UU No. 6Tahun 2014). Walaupun Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa (Pasal 34 (1)), pengesahan (Pasal 37 (5)) dan pelantikan (Pasal 38 (1)) Kepala Desa dilaksanakan oleh Bupati/Walikota. Kedua, pelantikan tersebut linier dengan penghasilan Kepala Desa. Pasal 66 (1) melegitimasi bahwa Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh 72 Lihat UU Nomor 6 Tahun 2014 Desa Jonto Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa

83 penghasilan tetap setiap bulan ditambah dengan jaminan kesehatan dan dapat memperoleh penerimaan lainnya yang sah (ayat (4)). Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat Desa bersumber dari dana perimbangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diterima oleh Kabupaten/Kota dan ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota (Pasal 66 ayat (2). Selain penghasilan tetap, Kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Pasal 66 ayat (3)). Skema sumber pendapatan Kepala Desa tersebut menunjukkan ketergantungan keuangan yang cukup besar bagi penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Gerusan terhadap otonomi Desa pun diperkuat lagi dalam pembentukan Desa. Walaupun belum tentu sifat asal-usul dan hak-hak tradisional masyarakat Desa serta merta hilang karena kebijakan pemekaran Desa, keberadaan Desa secara formal tidak lagi merupakan komunitas sosial yang tumbuh melalui ikatan sosiologis. Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya, pengaturanya diserahkan kepada daerah dalam hal ini Kabupaten dan di salurkan ke desa-desa yang ada di wilayah kabupaten Bantul dalam hal ini desa Wirokerten dan Desa Jagalan. Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa wajib di catat dalam APBDesa. Setiap pendapatan desa harus didukung oleh bukti penerimaan yang sah.

84 Setiap pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti harus mendapat pengesahan bukti pengesahaan sekretaris desa atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud. Pengeluaran kas desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rencangan peraturan tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa. Dengan demikian itu bisa meminamalisir korupsi dari para pejabat yang berwenang dalam pengucuran dana desa ini. Pemerintah kabupaten/kota harus mengalokasikan dana dari APBDnya kepada desa. Alokasi dana desa berasal dari APBD kabupaten/kota yang bersumber dan bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh Persen). Tujuan alokasi dana desa adalah: 73 a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjagan, b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pemabagunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat. c. Meningkatkan pembagunan infrastruktur perdesaan. d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial. e. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat. f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat. h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). 73 ibid

85 Rumusan yang dipergunakan dalam alokasi Dana desa adalah: 74 a. Asas Merata, yaitu besarnya bagian alokasi dana desa yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM). b. Asas Adil, yaitu besarnya bagian alokasi dana desa berdasarkan Nilai bobot desa (BD) yang dihitung dengan rumusan dan variable tertentu (misalnya kemiskinan, keterjangkauan, pendidikan dasar, kesehatan dan dll), selanjutnya disebut alokasi dana desa Proporsional (ADDP), besarnya pronsentase perbandingan antara asas merata dan adil adalah besarnya ADDM adalah 60% (enam puluh persen) dari jumlah ADD dan besarnya ADDP adalah 40% (empat puluh persen) dari jumlah ADD. Alokasi dana desa dalam APBD kabupaten Bantul di anggarkan pada bagian pemerintahan desa. Pemerintahan desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan keputusan kepala desa. Kepala desa mengajukan permohonan penyaluran alokasi dana desa kepada Bupati dalam hal ini Bupati Bantul Cq. Kepala bagian pemerintahan desa sekretaris daerah kabupaten bantul melalui camat setelah melalui verifikasi oleh tim pendamping kecamatan. Bagian pemerintah desa pada setda kabupaten Bantul akan meneruskan berkas permohonan berikut lampirannya kepada kepala bagian keuangan setda kabupaten bantul atau kepala badan pengelolaan keuangan daerah (BKPD) atau kepala badan pengelolaan keuangan dan kekayaan asset daerah (BPKKAD). Kepala bagian keuangan setda atau kepala BPKD atau kepala BPKKAD akan menyalurkan alokasi dana desa langsung dari kas daerah ke rekening desa dalam hal ini desa wirokerten dan desa jagalan. Mekanisme pencairan alokasi dana desa dalam 74 Ibid 89

86 APBDesa dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten bantul. Berdasarkan peraturan Bupati Bantul Nomor 29 tahun 2015 tentang pengalokasi Dana Desa (ADD) Kepada Pemerintah Desa tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Bantul mengatur dalam rangka pelaksanaan pembangunan desa menuju kemandirian desa dengan dibutuhkan partisipasi dari seluruh masyarakat untuk mewujudkan cita-cita pembangunan daerah. Tujuan ADD adalah untuk pemerataan pembangunan dan meningkatkan partisipasi masyarakat, kesejahteraan serta pelayanan kepada masyarakat desa melalui pembangunan dalam skala besar dengan penetapan besarnya ADD untuk seluruh desa ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kabupaten setiap tahun anggaran berdasarkan sumber penerimaan kabupaten. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN dan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa telah diatur beberapa pokok penggunaan keuangan desa. Pada pasal 100 PP No. 43 tahun 2014 disebutkan bahwa Belanja Desa yang ditetapkan dalam APBDesa digunakan dengan ketentuan: a. Paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan. b. Paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk: I. Penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa; II. Operasional Pemerintah Desa;

87 III. IV. Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; Insentif rukun tetangga dan rukun warga. Dari pasal tersebut terlihat bahwa keuangan desa hanya dibatasi untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan membayar penghasilan maupun tunjangan insentif bagi perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa dan rukun tetangga/rukun warga. Dalam merealisasikan APBDesa, Kepala Desa bertindak sebagai koordinator kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat desa dan/atau unsur masyarakat desa. Pelaksanaan kegiatan harus mengutamakan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di desa serta mendayagunakan swadaya dan gotong royong masyarakat. Semua ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 121 PP No. 43 tahun 2014. Selain itu, APBDesa juga dapat digunakan untuk pembangunan antar desa atau biasa disebut pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar desa yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Inisiatif untuk melakukan pembangunan kawasan perdesaan dapat dilakukan secara bottom-up dengan pengusulan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota dan dapat juga secara top-down sebagai program Gubernur atau Bupati/Walikota.

88 Maka Pengalokasian Dana Desa untuk masing-masing Desa dengan mempertimbangkan: 1. jumlah penduduk; 2. angka kemiskinan; 3. luas wilayah; dan 4. Tingkat kesulitan geografis. Sedangkan Pasal 4 ayat 2 menyebutkan 75 Pengalokasian dan besaran dana desa untuk masing-masing desa diatur dalam Peraturan Bupati tersendiri maka dalam hal ini bupati bantul sangat menentukan mana desa yang akan diberi anggaran dana desa yang besar dan kecil. Akan tetapi desa berhak mangajukan permohonon anggaran dana desa kepada bupati melalui camat terlebih dahulu. 76 hal demikian juga senada di sampaikan oleh carik desa wirokerten yang mengatakan besarnya anggaran dana desa (ADD) itu tergantung pada kriteria diatas pada pasal 4 ayat 2, sehingga desa hanya bisa mengajukan jumlah anggaran dan nominal yang dibutuhkan desa dan hasil itu di musyawarahkan di desa dan baru di ajukan ke bupati bantul dengan memalui camat setempat dalam hal ini camat Bagun tapan. Maka dalam proses anggaran dan implementasi anggaran desa sangat administrative untuk menguragi KKN dan penyalah gunaan jabata. 77 Berdasarkan pada hasil wawancara penulis kepada Kepala Desa Jagalan Eko Purwanto, terkait dengan implementasi peraturan bupati bantul tentang pengalokasian dana desa hal ini disusun dalam RKPDS dan dituangkan dalam 75 Peraturan Bupati Bantul Nomor 34 tahun 2015 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 13 ayat 6. 76 Hasil wawancara Bapak Kepala Desa Jagalan Eko Purwanto 77 Hasil wawancara Dengan Bapak Carik Desa Wirokertan Yuan Purwanto.

89 APBDesa serta tata cara pelaksanaanya sesuai dengan peraturan bupati bantul nomor 34 tahun 2015. Tata cara atas ususlan masyarakat dan di ranking dan adanya skala prioritas tentangg alokasi dana desa serta di rembuk bersama BPD. Di samping itu juga proses alokasi dana desa itu dilakukan dengan mengajukan kepada bupati bantul setelah mendapat persetujuan camat, meminta rekomendasi camat terdahulu baru di ajukan ke bupati bantul dan ditransfer kerekening desa. 78 Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada bapak Carik Yuan Purwanto di desa Wirokerten. Pelaksanaan dana desa itu di jabarakan dalam empat bidang, penyelenggaraan pemerintah desa yang tertuang dalam Perdes, dalam hal ini ada 4 bidang anggaran, 1, penyelenggaraan pemerintah desa, 2. Bidang pelaksanaan pembagunan, 3. Bidang pelaksanaa kemasyarakat, 4. Pemberdayaan masyarakat. Dan terkait dengan anggaran tinggi dan rendah hal itu terkait dengan klasifikasi atau kategori seperti jumlah penduduk dan wilayah desa tertentu. Maka dalam hal ini pengambilan dana desa itu hanya bisa di ambil oleh sekretaris desa dan bendahara desa. 79 B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Peraturan Bupati Bantul Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pengalokasian Alokasi Dana Desa Dan Besaran Alokasi Dana Desa Di Desa Wirokerten Dan Desa Jagalan. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan 78 Ibid, 10 79 Ibid. 11

90 Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Yang dapat di gunakan dan dikelola oleh desa dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa, dan bisa mengembangkan kemandirian desa dengan dana yang di anggarkan oleh desa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa mempunyai sumber pendapatan berupa pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagaian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, alokasi anggaran dari APBN, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat pihak ketiga. Sumber pendapatan desa tersebut secara keseluruhan digunakan untuk mendanai seluruh kewenangan yang menjadi tanggungjawab desa. Dana desa tersebut digunakan untuk mendanai penyelenggaraan kewenagan desa yang mencakup penyelenggaraan pemerintah, pembagunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemsyarakatan. Dengan demikian, pendapatan desa yang bersumber dari APBN juga digunakan untuk mendanai kewenagan tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenanganya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas desa. Hal ini berarti dana desa akan digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan desa sesuai dengan kebutuhan dan prioritas dana desa tersebut. Namun, mengigat dana desa bersumber dari belanja pusat, untuk mengoptimalkan penggunaan dana desa, pemerintah diberikan kewenagan untuk menetapkan prioritas penggunaan dana desa untuk mendukung

91 dana program pembagunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Penetapan prioritas penggunaan dana tersebut sejalan dengan kewenagan yang menjadi tanggungjawab desa. Alokasi anggaran untuk dana desa ditetapkan sebesar 10% (sepuluh Persen) dari total dana transfer kedaerah dan akan dipenuhi secara bertahap sesuai dengan kemampuan APBN. Dalam masa transisi, sebelum dana desa mencapai 10% (sepuluh Persen), anggaran dana desa dipenuhi melalui realokasi dari belanja pusat dari program yang berbasis desa. Kementrian/lembaga mengajukan anggaran untuk program yang berbasis desa kepada Mentri untuk ditetapkan sebagai sumber dana desa. Besaran dana desa yang telah ditetapkan dalam APBN dialokasikan ke desa dalam 2 (dua) tahap. Pada tahap pertama, mentri mengalokasikan dana desa kepada kabupaten/kota sesuai dengan jumlah desa berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, dan angka kemiskinan dalam hal ini diajukan oleh kabupaten/kota. Tahap kedua, berdasarkan besaran dana desa setiap kabupaten/kota, bupati/wali kota mengaolakasikan dana desa kepada setiap desa. Bupati/wali kota diberikan kewenangan untuk menetukan beseran jumlah anggaran tersebut berdasarkan pendapatan desa asli, dan penduduk yang padat dan wilayah georafis yang luas sehingga membutuhkan anggaran yang tinggi. Di samping itu juga melihat pada faktor pelayanan publik dan serta kesediaan transfortasi masyarakat desa tersebut dan penghasilan warga penduduk setempat. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan desa yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, yang bertujuan

92 meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, pengalokasian dana desa lebih banyak mempertimbangkan tingkat kemiskinan desa. Maka pengelolaan dana desa itu harus lah dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. 80 Hambatan dalam pelaksanaan peraturan bupati nomor 29 tahun 2015 tentang pengalokasian dana desa dan tata cara pelaksanaan dana desa dan antara lain adalah, beragamnya sumber daya manusia, sehingga menerjamahkan berbeda-beda. Dan yang kedua adalah keterbatasan kualiatas personel dan personelnya juga tidak memadai personel karyawan di kantor desa. Hambatan dalam alokasi dana desa, aturannya semua baru, dan tata cara administrasi yang baru, sehingga kita kurang paham dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang memadai dalam pelaksanan alokasi dana desa tersebut. Dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan administrasi di desa wirokerten itu sendiri. 81 Maka dengan demikian perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat dengan program-program yang di tuangkan dalam desa. 80 Peraturan Bupati Bantul Nomor 34 tahun 2015 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 2 ayat 2 81 Ibid, 11